Quantcast
Channel: FROM ACEH WITH LOVE
Viewing all 268 articles
Browse latest View live

Aceh, Di Mataku dan Di Matamu

$
0
0
Pucok Krueng, Aceh Besar (kredit by Bang Arie Yamani)
Obrolan demi obrolan mengalir begitu saja. Saya dan keluarga, bang Syafrizaldi dan keluarga, duduk bersama dalam sebuah meja kecil di sebuah warung tak jauh dari lapangan Blang Padang Banda Aceh. kami baru saja saling mengenal. Tapi rasanya, seperti bertemu sahabat lama. Suasana mengalir hangat. Anak-anak tertawa satu dan lainnya.

Sepintas ini semua biasa saja. Akan tetapi bagaimana bila ternyata bang Al, sapaan saya untuk bang Syafrialdi, adalah orang asli minang. Dan saya, asli Aceh.

“Yud, Aceh ini cantik. Tapi kenapa harus yang negative yang berkembang diluaran?” obrolan santai sehabis waktu magrib itu berubah menjadi sesuatu yang serius. Istri bang Al, sepertinya juga tertarik dengan pernyataan yang dilontarkan oleh sang suami. Saya dan istri hanya bisa saling bertatapan. Bingung ingin mengomentari apa setelahnya.

“Kenapa selalu media memberikan kabar yang ekstrem mengenai Aceh. mulai dari wajib jilbab sampai hukuman cambuk. Mulai dari razia pacaran sampai kawin paksa. Apalagi bila sudah berbicara syariat Islam. Seolah Aceh ini sudah macam negera-negara arab! Padahal.. ah kamu lah yang lebih paham kan Yud” Bang Al istirahat sejenak. Lalu mulai menyeruput minuman manis yang sedari tadi ada di hadapannya.

Saya akhirnya paham, apa maksud dan tujuan obrolan dari Salah seorang penulis yang tulisannya paling sering nangkring di majalah National Geographic Traveler. Ini bukan pertama kalinya, dan saya yakin, ini juga bukan yang terakhir kalinya.

***
Banyak para pelancong yang datang ke Aceh itu sebagian besar adalah orang-orang nekat. Mereka memutuskan untuk menjelajahi Aceh karena ingin menggenapkan seluruh perjalanan keliling Indonesia-nya. Mungkin, bila Aceh tidak menjadi bagian dari negera kesatuan Indonesia, belum tentu para pelancong dalam negeri akan berani bermain ke provinsi yang bergelar serambi mekkah ini.

Aceh memang ibarat gadis cantik yang terlalu sering diperebutkan oleh berbagai kalangan. Setiap kali pinangan itu tertolak, maka rasa sakit hati yang berbicara. Jadilah image negative yang terlontar dengan sempurna dari corong-corong media. Pun, begitu sebaliknya. Saking cantiknya, terkadang dia lupa diri. Kalau umurnya tak lagi semuda gadis lagi yang perlahan bermunculan dalam ranah per-indonesiaan. #mulaiNggakJelas

Bu Kulah, atau nasi bungkus khas dari aceh
Bicara Aceh, tidak selamanya kita bicara ganja. Walaupun ladang ganja terbesar di Indonesia pernah ditemukan di Aceh. Tapi tahukah kalian, kalau sebagian besar orang Aceh kini tidak lagi menjadi pengguna ganja layaknya bob marley? Tidak ada Rastafarian di Aceh. walaupun ganja sempat menjadi salah satu komoditi “unggulan” dari Aceh selain gas alam cairnya.
Daerah paling barat Indonesia ini, bisa dikatakan sebagai daerah yang cukup konservatif perihal agama. Maklum saja, awal mula masuknya agama islam di nusantara ini ya, dari ujung barat Sumatra. Aceh! Akan tetapi bukan dengan serta merta kalian mengecap kalau orang Aceh itu kolot, pecinta cambuk, dan pembenci non muslim. Tidak, sama sekali tidak benar.

Memang, ketika Belanda menyerang Aceh di abad ke 19, perang yang berkobar di Aceh adalah perang Agama. Ini karena Belanda menjalankan sebuah taktik perang yang konyol. Yaitu membakar masjid raya Baiturrahman Banda Aceh. Masjid kebanggaan masyarakat Aceh yang dibangun oleh sultan yang juga paling dicintai oleh orang Aceh. Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam.

Masyarakat Aceh, sama seperti masyarakat Indonesia lainnya. Kami orang Aceh, sebagian besar beretnis melayu. Tak jauh beda dengan masyarakat Belitong, Riau, Padang, Medan, dan daerah Kalimantan yang juga ada beretnis melayu. Penduduk etnis lainnya tetap hidup damai dengan etnis dominan. Hampir bisa ditemukan etnis thionghua dalam setiap sudut pasar tradisional di Aceh. perbedaan Agama, tidak pernah menjadi sebuah komoditi yang suka dibicarakan oleh orang Aceh di warung kopi. Melainkan, kami lebih menyukai membahas masalah politik dan obrolan remeh-temeh lainnya. Karena, yang menarik dari orang Aceh itu ya, politiknya.
****

Susah mandi laut di Aceh terutama buat kalian yang tidak berjilbab? Isu murahan ini memang menjadi permasalahan paling kronis hari ini di Aceh. padahal, para petualang wanita mulai tumbuh bak jamur di musim hujan. Mulai pergi sendirian, sampai gerentongan seperti ingin menghadiri arisan. Lalu, langkah mereka berhenti hanya sampai Medan. Tidak berani melanjutkan ke Aceh.

pantai ujung batu putih, bukit Lamreh Aceh besar
Secara de facto, Aceh memang menjalankan syariat islam sejak jaman kesultanan dahulu. Lalu, baru dituangkan ke dalam undang-undang atau lembaran daerah, baru pada awal tahun 2000. Kala itu, Aceh masih dalam keadaan konflik. Sampai kini, syariat islam yang sebenarnya sudah menjadi adat serta budaya orang Aceh tetap berjalanan sebagaimana biasanya. Tidak disibukkan oleh peraturan-peraturan yang terkadang lebih banyak unsur politiknya daripada unsur kebaikan hidup orang banyak.

Sehabis perang dan konflik yang resmi berakhir pada tanggal 15 agustus 2005, setahun setelah tsunami, para petualang muda mulai berdatangan. Itu pun masih dengan muka pucat pasi. Takut ditembak kalau ke Aceh. Dor!!

Pelabuhan Tradisional di Pulau Beras/Breuh, Aceh Besar

Taman Putroe Phang di kota Banda Aceh  (kredit by Bang Rinaldi Ad)

Tapi, tahukah kalian, bahwa konflik ternyata berimbas kepada keasrian alam Aceh? Konflik yang berkepanjangan membuat hutan Aceh terjaga sempurna. Tidak ada yang berani naik ke gunung kecuali ada ijin dari kedua belah pihak. Tidak ada yang berani bermain ke pantai-pantai tersembunyi, karena sebagian besar pesisir pantai digunakan untuk menglansir senjata. Lalu, ketika semuanya berlalu dengan damai, tinggallah semua keasrian itu untuk kalian semuanya, para pecinta seni keindahan alam yang masih perawan.

Mandilah di laut Aceh dengan sesuka hati. Di Pulau Sabang, para turis bisa bebas menikmati alam bawah lautnya. Asalkan anda sopan, maka kami pun akan segan. Karena intinya, setiap tempat yang ingin ditapaki, maka disitulah langit dijunjungi.

Aceh kini berbeda dengan Aceh yang dahulu sering bersuara desingan peluru dan mortar. Aceh kini bukan lagi Aceh yang selalu mensuarakan ganja dan Rastafarian. Aceh kini, menjadi sebuah cerita terbaru dalam setiap detik travelling. Mulai dari Pulau Weh dengan pantai iboih nya yang bening, sampai kepada keunikan kumpulan pulau di Pulau Banyak Aceh Singkil.

Bahkan, bila ada ingin menghilang dari peredaran dunia maya, Pulau Nasi dan Pulau Beras bisa menjadi opsi pilihan yang menarik. Tempatnya dekat dengan ibukota Provinsi, akan tetapi minim sinyal. Walaupun demikian, kedua pulau ini tidak minim pemandangan yang eksotik!
Sunsrise di Pulau Balai, Aceh Singkil

Lantas, alasan apalagi yang menjadikan kamu ragu untuk mengenal Aceh lebih dekat? Alibi apalagi yang diperlukan untuk mengingkari Aceh sebagai salah satu tujuan destinasi yang menantang bagi anda yang berjiwa petualang? 

Ke Aceh, Berani?

tulisan ini pernah menjadi tulisan "Guest Post" di blog Mbak Febbie 

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?

$
0
0
Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?
melaka malam hari dari sky deck the shore
 “Di situ terkadang, saya merasa sedih.. cintaku dikhianati..Di situ terkadang saya merasa sedih, sakitnya hati ini”

Dari Sebuah becak sepeda dengan umbul-umbul kuning dan gambar Pikachu mengalun lagu khas Indonesia. Dangdut! Saya bukan sedih, tapi menjadi semakin bingung. Ketika beberapa becak serupa menyalakan music dangdut, melayu, dan R and B, sebagai daya magnet untuk menarik penumpang. Ini Negeri Melaka ataukah Jogja?

Saya memilih duduk di trotoar sembari melihat lalu lalang becak dan para turis yang melancong untuk berwisata ke Melaka. Betis dan tapak kaki saya pegalnya tak terkira. Seharian, saya naik turun tangga dan lift. Berputar-putar dalam sebuah gedung bertingkat yang bernama The Shore Entertaining City!

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?
Yups, ke Melaka, bukan hanya bisa menikmati kota tuanya, akan tetapi kamu juga bisa menikmati citarasa modern dan berkelas di sini. Saya yang sempat bingung ketika diajak ke mall yang menyatu dengan Apartemen mewah ini. Mau ngapain?

Ternyata, seharian di dalam Mall tak membuat saya bosan sama sekali. Kami beruntung, datang di sedikit pagi ke Mall yang terletak di Jalan Persisiran Bunga Raya Melaka ini. Beberapa pegawai tampak sibuk berbenah. Lalu, Mrs Agnes Wong mengajak kami semua untuk naik ke lantai paling atas. Setelah sebelumnya ia mengenal diri sebagai Sales and Marketing Manager dari The Shore Oceanarium. Ribet ya? Baiklah saya akan membuatnya lebih mudah.

The Shore Entertaining City adalah sebuah bangunan yang berlantai 43 lengkap dengan sky deck. Bangunan yang sepenuhnya paduan antara hotel dan residence serta mall ini memiliki 6 keunggulan. Dan, siapkan tenaga serta uang yang cukup ketika kamu harus menikmatinya sampai habis.

Sky Deck

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?

Geli-geli merangsang. Begitulah kesan pertama yang saya dapatkan ketika berhasil menginjakkan kaki di lantai kaca. Yups lantai kaca, dengan pemandangan langsung ke bawah. Dan itu, anda berdiri di lantai 43+. Memang sih, ada yang lebih tinggi semisal Kuala Lumpur Tower Sky Deck.  Dari sky deck ini kamu bisa menikmati pemandangan 360 derajat Negeri Melaka


Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?


The Sky Deli

Dinner, ataupun lunch dengan pemandangan dari lantai 42, lalu ada sedikit candle light, mau? Romantis bukan? Begitulah rasanya ketika akhirnya saya dan beberapa teman bisa menikmati makan siang di Sky Dining The Shore.

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?
menu makanan

Dan, bukan hanya kesan romantic yang akan kamu dapatkan, akan tetapi menunya itu loh.. walaupun kelasnya sudah high class tapi tetap menu tradisional yang menjadi andalannya. Soal rasa? Cobalah makan ayam gulainya.. laziisss

The shore Oceanarium

Foto kiriman From Aceh With Love (@yudiranda) pada

Sensasi laut dalam gedung bertingkat, satu lagi sebuah wahana yang cukup membuat kamu malas keluar dari gedung yang berlantai 43 ini. Wahana aquarium dan beberapa layar tiga dimensi ini terletak di lantai 2 gedung The Shore.

Apa saja sih yang ada didalamnya? sesuai namanya ocean, sudah tentu yang berhubungan dengan laut. Tapi, bukan hanya itu. Mereka juga memperlihatkan hewan endemic hutan hujan yang ada di Kalimantan seperti tarantula, ular, dan beberapa spesies kadal. Saya? Kalau saja tidak dipanggil sama pihak panitia pasti tetap di sini. Betah banget berlama-lama di sini. Apalagi ada kolam khusus penyu air laut juga lho.

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?


The Shore Interactive 3D park

Masih di lantai yang sama dengan The shore Oceanarium, kamu masih bisa menikmati satu lagi wahana yang tidak kalah menarik. Tapi ada satu syarat, kamu tidak boleh pakai alas kaki. Di sini terkadang saya merasa sedih. Macam mana tidak sedih. Ini bau kaki bisa mengotori lantai yang wangi. Lalu mbak-mbak yang jaga setiap sudutnya mulai menutup hidungnya. Ingin mencoba membayangkan wanginya ini kaus kaki yang sudah lelah berkeliling seluruh lantai di gedung bertingkat 43 ini? Silahkan.

Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?
ada yang kenal sama dua bloger ini?
Eh, hampir lupa. Lalu apa saja ada di  The Shore Interactive 3D park, sesuai dengan namanya semua wahana di sini berbau 3D. Semisal kamu ingin berkhayal ingin punya sayap lalu terbang bersama superman? Bisa. Dan, disinilah beberapa imajinasimu dibuat menjadi nyata, kawan.
Wisata Melaka, Sudah Coba Main Ke The Shore Entertaining City?
ehem..

The Toys Museum
Film H-Man, star wars, Mario Bross? Yups, di sini bagi kamu anak-anak yang lahir dan besar di era 80an akan merasa seperti , romantika masa kecilmu dipaksa untuk kembali hadir. Hampir semua pajangan mainannya membuat saya senyum-senyum sendiri. Bagaimana tidak, begitu banyak mainan yang hadir sekaligus mainan-mainan yang kini sudah tak lagi dijual.

Ssst, di sini juga ada replica mobil batman lho. Dan, di sini juga kamu bisa berpose bersama pasukan strom strooper. Seru? Itu pasti hehe. Ah iya, hampir lupa, posisinya ada di lantai 1 ya.





River Quary Dining And Lounge

Lelah, letih, lesu, dan penat setelah menjelajah gedung The Shore? Saatnya kamu beristirahat sembari menikmati minuman kesukaanmu di  River Quary Dining And Lounge yang berada di lantai dasar gedung. Kenapa saya memilih ini adalah destinasi terakhir dari setiap wahana yang ada? Karena di sini kamu benar-benar bisa santai. Yang suka white beer, yang suka wine, ya di sini tersedia. Kopi? Di sini juga ada.

Lalu bagaimana dengan pelayanan dan menu makanannya? Awesome! Ramah, dan makanan seafood-nya oke punya. Apalagi bila semuanya gratis kan hehe


Sesekali, Wendy Pua blogger Malaysia ini, bertanya apakah saya mau difoto di sebuah reruntuhan benteng A Famosa. Sebuah benteng portugis yang berada tempat di tengah kota. Berulang kali pula saya menolak. Saya bukan turis tapi saya traveler, jawab saya sok keren. Muka sudah lecek, keringat berubah menjadi butiran garam. Bau rambut yang seharian tertutup topi mulai menyeruai kemana-mana. Sesekali gatal, sesekali perih. Dan sesekali saya berhenti untuk mengistirahatkan kaki.

Lalu, “Di situ terkadang, saya merasa sedih.. cintaku dikhianati..Di situ terkadang saya merasa sedih, sakitnya hati ini” lagi-lagi lagu Imeymey terdengar. Dan, saya pun menyenyumi diri sendiri. Akhirnya, saya paham, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang begitu kita inginkan, kita harus merasakan betapa pegalnya paha dan betis ini.

So, masih berpikir kalau di Melaka hanya wisata sejarah atau jonker street? “Di situ terkadang, saya merasa sedih.. cintaku dikhianati..Di situ terkadang saya merasa sedih, sakitnya hati ini”…
&&&

The Shore Entertaining City
website : https://www.facebook.com/SkyTowerMelaka/
alamat : The Shore Shopping Gallery 193, Pinggiran @ sungai melaka, Jalan Persisiran Bunga Raya
Telp : +60 6-288 3833



Aceh Gempa, Salah Siapa? [Opini]

$
0
0
Pantai Manohara, Pidie Jaya foto by: Salman Madira
Ziyad dan Bilqis, dua abang beradik ini, kalau kompak, semua orang dibuat iri oleh mereka. Kalau sedang ribut soal mainan, satu rumah bisa ikut repot dibuatnya. Ziyad, selaku anak yang sulung sering sekali menjaga adiknya. Lagi pula memang itu yang selalu saya ajari kepadanya. Kalau adiknya itu perempuan, dan cantik. Sehingga harus dijaga sebaik mungkin.

Suatu hari, bilqis main di kandang bebek milik neneknya bersama sang abang. Sesekali, ia mengejar bebek serati. Sesekali ia meneriaki sang bebek sampai lari ketakutan tak tentu arah. Bahkan, tak jarang ia akan menarik ekor sang bebek sampai bebek tersebut menjerit kesakitan lalu dua abang beradik ini akan tertawa bersama. Begitulah kehidupan anak-anak. Tidak ada rasa baperan #eh

Tak lama berselang, bilqis nangis sejadi-jadinya. Abangnya, ziyad, lari mengejar suara tangis sang adik lalu berusaha mendiamkannya. Lalu, ziyad menuntun adiknya masuk ke dalam rumah sembari terus berusaha menenangkan Bilqis.

Akhirnya saya tahu, kalau bebek yang selama ini dikejar-kejar oleh bilqis malah mengejar bilqis. Ziyad berusaha membela bilqis dari kejaran bebek, dan bilqis pun selamat. Masalah selesai? Belum! Ternyata, secara runut, ziyad menjelaskan kalau bebeklah yang salah. Bukan adiknya. Di sini saya merasa, kalau ada yang salah dalam pemahaman kedua anak saya. Bagaimana mereka bisa menyalahkan bebek yang sudah notabenenya adalah binatang peliharaan? Orang dewasa manapun, tidak akan percaya hal tersebut, bukan?

Sepintas, saya jadi teringat apa yang sering diceritakan oleh teman-teman penggiat konservasi yang akhir-akhir selalu mengisahkan betapa sulitnya mereka menengahi konflik manusia dengan satwa liar. Terutama gajah Sumatra dan orangutan Sumatra. Tak jarang dalam pertikaian tersebut timbul korban jiwa di pihak manusia. Tak sedikit pula dari pihak penghuni hutan.

Entah bagaimana ceritanya, para politikus, beberapa media, selalu menceritakan dan menyebut kalau yang salah adalah si gajah yang masuk ke pemukiman manusia. Sehingga dianggap hama. Pun begitu dengan orangutan.

Saya punya satu pertanyaan, ini yang manusia siapa? Yang nulis berita, yang bicara mengenai berita, atau si Gajah Sumatra dan Orangutan yang jadi “manusia” sehingga boleh dianggap sebagai pengacau?

Sependek pengetahuan saya, manusialah yang dituntut untuk beradaptasi dengan alam, bukan sebaliknya. Lalu kenapa tiba-tiba manusia menuntut gajah atau orangutan untuk beradaptasi dengan perkembangan manusia yang terus merambah ke dalam hutan? Anehkan? Bingungkan?

Kita lanjut lagi, cerita ziyad dan bilqis, sebenarnya adalah cerita yang biasa terjadi disekitar kita. Hampir rata-rata orang tua masa kini maupun masa lalu, selalu mengajarkan anaknya (hanya demi membuatnya senang dan tidak menangis lagi) bahwa bisa dia jatuh yang harus dipukul atau dimarahi itu adalah lantainya. Bukan sang anak.

Tahukah kamu, justru sifat itulah kini yang dibawa oleh sebagian manusia dimanapun mereka berada. Ketika alam murka, maka alam yang salah. Ketika gajah merusak kebun sawit, yang salah adalah gajah. Bukan manusia yang terus merambah hutan. Begitulah…

Hutan Ulu Masen yang kini menghilang sehingga menyebabkan banyak babi turun ke kota. Sering terjadi banjir dan longsor di kawasan barat selatan Aceh. Salah siapa? Bukan salah manusia yang merambah hutan dan menjadikannya lahan Sawit. Tapi salah pemerintah yang tak mau membuat sungai lebih dalam sehingga air gunung lancar menuju ke laut. #situSehat?

Lalu babi? Ya salah babi, kenapa harus turun gunung! Jadi babi itu wajib ditembak, diburu, ataupun disiksa sampai anak cucu. Tapi tahukah kamu, salah satu yang menyebabkan babi akhirnya turun gunung karena populasinya mulai over alias kebanyakan karena tak ada lagi harimau yang memakannya. Kenapa? Karena harimau sudah beralih fungsi, dari hewan menjadi hiasan. Siapa yang salah? Babi!

Pasal satu, manusia tidak pernah salah. Pasal dua, kalau manusia salah maka kembali ke pasal pertama!

Lalu, apa hubungannya dengan gempa di Pidie Jaya?

Seharian ini, ada beberapa foto beredar di timeline facebook saya. Dalam foto tersebut digambarkan kalau Pantai Manohara, salah satu pantai yang cukup terkenal di pidie jaya ditutup untuk selama-lamanya. Karena pantai itu disebut sebagai tempat maksiat. Tempat muda-mudi sekitar mereudu berdua-duaan dengan yang bukan pasangan sah dan halal mereka. Tempat ini pula disebut-sebut sebagai tempat pengundang bala sehingga gempa terjadi di pidie jaya.

foto by Facebook.com

Secara terminology Islam, salah satu sebab terjadinya musibah sering dikaitkan dengan dosa anak manusia. Salah satu yang tercatat adalah “Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS. Asy-Syuura: 30).

Kawan-kawan sekalian, sekarang, kita renungi bersama ayat dari kitab Suci ALQURAN ini. Itu yang salah sebenarnya siapa? Pantai yang tiba-tiba dijadikan tempat mesum atau si pelaku mesum yang menjadikan pantai tersebut kotor akan dosa. Bingung ya? Sama. Hehehe

Begini, bila kamu sedari awal menyimak cerita Ziyad dan konflik manusia dengan hewan liar di atas. Sebenarnya siapakah yang paling bersalah dan disalahkan oleh Allah? Pantai Manohara tempat di mana para kawula muda bisa ciuman, yang saya yakin jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang memancing ikan serta liburan bersama keluarga di pantai tersebut. Ataukah salah si pelaku yang melakukan zina di pantai tersebut? Masih bingung?

Salah mana? Orang yang teriak maling sehingga membuat maling tersebut tertangkap oleh pihak berwajib, ataukah salah si maling yang karena gara-gara dia, membuat gabukorang satu kota untuk mengejarnya dan tidur tak tenang ?  Sampai di sini sudah paham bukan?

Aneh? Tentu saja. Saya sering mengistilahkan hal yang seperti dengan “Menembak Nyamuk Dengan Meriam”. Nyamuknya hanya mati sebagian, yang ada rumah malah hancur dan bolong-bolong. Ujung-ujungnya? Tetap digigit nyamuk!

Menutup pantai tidak akan menyelesaikan masalah zina ataupun mesum. Pun, menutup pantai yang merupakan alam ciptaan Allah tidak akan menyelematkan kita dari bahaya alam lainnya.

Masih ingat, ketika seorang ustad di youtube mengatakan kalau tsunami Aceh karena dosa orang Aceh? Karena orang Aceh suka makan ganja, karena orang Aceh suka melakukan tarian striptis di pantai. Apakah kamu mengiyakannya? Tidak bukan? Yang ada malah beramai-ramai kalian tuntut agar si ustad meminta maaf dan mencabut pernyataannya.

Lalu kasus yang hari ini terjadi di Pantai Manohara? Kenapa yang terjadi malah salah si pantai? Bila memang setiap musibah yang datang karena suatu tempat di Aceh ini, maka itu artinya Aceh ini biang terjadinya Bala Musibah! Karena tsunami dan gempa terdahsyat di abad ini pernah terjadi di Aceh. Itu salah Aceh, kan?

foto jalan menuju pantai Manohara Pidie Jaya ( credit by : Facebook.com)

credit foto by : Facebook.com

Kawan, ingatlah satu hal, setiap musibah yang datang bukan karena salah suatu tempat dijadikan tempat maksiat atau bukan. Tapi karena oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Banjir datang bukan salah hutan yang gundul tapi salah manusia yang serakah menebang hutan.

Gempa, banjir, tsunami, atau musibah alam lainnya, terjadi bukan karena salah tempat. Tapi terjadi karena kesalahan kita dan kehendak yang Maha Kuasa. Ia memberikan musibah sebagai cobaan sekaligus pengingat. Mencoba untuk mencari hambaNya yang taat, sekaligus pengingat bagi hambaNYA yang lupa akan kewajibannya sebagai manusia.

Sebelumnya, maafkan saya yang menulis judul sedikit fantastis dan terkesan seperti tak punya perasaan sebagai bagian dari orang Aceh. Anggap saja judul itu sebagai daya tarik, sehingga kawan-kawan mau membaca tulisan saya yang tak seberapa jelas ini.

Pidie Jaya, bagi saya adalah sebuah rumah kedua. Di sini, saya belajar banyak hal mengenai kehidupan Aceh pesisir. Pidie jaya, adalah tempat di mana saya, memiliki keluarga kedua yang memberi begitu banyak warna dan cerita.  Dan kini, Pidie Jaya, luluh lantak. Dihantam gempa tanpa ampun. Tiba-tiba, kini lini masa dunia media mulai berkicau bak pasar malam. Menyalahkan alam yang menghukum manusia. Mencari kambing hitam atas musibah yang terjadi. Inikah kita hari ini? Selalu lupa bercermin?



Beberapa tulisan yang terkait :





Selayang pandang, Pesona Gayo Lues

$
0
0

Tak heran, bila kalian bertanya, apa itu gayo lues? Dimanakah letaknya, dan apa yang dimiliki oleh gayo lues. Lalu, samakah ia dengan tanah gayo yang mahsyur dengan kopi arabika gayo (takengon) tersebut?
Perut mual, kepala pusing, punggung nyeri, tulang belakang terasa kaku. Mobil kijang hitam ini masih tak peduli untuk terus menerus menjatuhkan saya pada titik nadir penghabisan. Dua jam perjalanan darat dari Kota Kutacane, Aceh tenggara ke Blangkejeren, Gayo Lues. Terasa begitu tersiksa. Hingga akhirnya, berhasil membuat isi lambung karet ini keluar dengan sempurna.

Ke Gayo Lues, sebuah kabupaten yang berada di lintas tengah Aceh ini, memang membutuhkan effort yang luar biasa. Dari kota Banda Aceh, kita harus menempuh jarak selama 14-16 jam perjalanan via darat dengan medan jalan berkelok dan mendaki tanpa henti. Salah-salah, bisa jackpot beberapa kali sampai akhirnya tak tahu harus memuntahkan apalagi.
Dengan pesawat, juga tak kalah seru. Penerbangan yang akan berlangsung kurang lebih satu jam, dengan panorama hutan Aceh dan bukit barisan yang berbaris rapi tentu memberikan euphoria yang tersendiri. Tapi, bersiap-siaplah akan kejutan-kejutan karena pesawat ke gayo Lues adalah pesawat kecil.

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues

Terlepas semua itu, Gayo Lues, akan membayar semua rasa lelah, pusing, mual, dan pegal-pegal itu dengan tuntas! Alam terkembang menjadi sebuah lukisan yang sulit terbantahkan. Hawa yang sejuk, angin yang bertiup dari lembah gunung Leuser cukup membuat kamu tersenyum. Ternyata, masih ada udara segar di negeri ini.

Iya, pintu masuk ke gunung leuser ada sebuah dusun yang terletak di Desa Penosan Sepakat, Blang Jerango Gayo Luwes. Jadi, walaupun hari ini banyak yang mengatakan kalau leuser ada di Sumatra utara, ya wajar saja. Toh kabupaten ini juga baru mekar lalu akhir-akhir ini mereka berhasil menjadikan Kawasan Ekosistem Leuser dan Tari Saman menjadi warisan dunia.

Saya sedikit beruntung, kedatangan kali kedua ini, langit tetap bersahabat. Walaupun mendung kelabu terus menaungi kota Blangkejeren (ibukota kabupaten Gayo Lues), tapi setidaknya tak turun hujan. Bila agenda kepergian pertama dalam rangka rapat kerja, pun yang kedua tak jauh berbeda. Hanya saja, kali ini saya memiliki waktu lebih banyak untuk menjelajah Gayo Lues.
Selayang pandang, Pesona Gayo Lues
credit foto by Zulfan Monika

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues
Sangir dan pergemulan yang terjadi
Duduk bersama para pemuda Gayo Lues, mendengar mereka berbicara bahasa ibunya, menjadi suatu hal yang begitu menarik. Sesekali, mereka tersenyum kepada saya sembari meminta maaf. Dari mereka pula, saya mengenal sedikit banyak tentang kabupaten yang cukup muda di Aceh ini.

Puncak Leuser, Puncak Loser, dan Puncak Tanpa Nama di gunung Leuser berada dalam daerah territorial Kabupaten ini.  Sehingga tak heran, bila sesekali ajakan untuk tracking ke gunung Leuser akan keluar dari obrolan mereka.

Dan, tahukah kamu? Kalau ternyata jalur pendakian terlama di Asia Tenggara (katanya) adalah pendakian menuju puncak Gunung Leuser. Yaitu selama 15 hari (naik dan turun gunung tergantung kekuatan si pendaki)?! Cukuplah bagi kamu yang selalu gagal program dietnya.

Sungai alas mengalir dengan lembut. Membelai bebatuan dan membuatnya sedikit licin. Beberapa gadis remaja sedang mandi didalamnya. Sesekali mereka bermain pasir bak bermain di laut. Laut jauh bagi mereka. Tapi sungai menjadi urat nadi dalam kehidupan kesehariannya. Sebuah hal yang begitu sederhana tapi banyak makna ketika diabadikan dalam lensa kamera. Sesekali mereka melempar senyuman, sesekali mereka tertawa ketika saling bercanda.
Selayang pandang, Pesona Gayo Lues

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues

Saya masih tak percaya, ketika beberapa teman mengatakan kalau anak-anak lelaki di Gayo lues, menjadikan saman sebagai sebuah warisan yang terus mereka jaga. Proses Tari saman sebenarnya bukan hanya menepuk dada. Bagi mereka, saman adalah sebuah rangkaian panjang sebagai sebuah ucapan syukur dari hasil panen sekaligus ajang menjalin tali silaturahmi antar desa. Wajar saja, bila sewaktu-waktu kamu akan melihat mereka begitu ringan tangan untuk membantu sesama mereka.

Keindahan Gayo Lues, pada dasarnya bukan hanya ada dibentang alam dan Hutan Lindung Leuser, tapi lebih dari itu semua. Adalah bagaimana masyarakat di sini saling sapa dan menjalankan adat mereka untuk melestarikan alam.

Pun saya sempat terkejut tatkala bang Khairul, mengatakan kawasan tempat saya berdiri ini adalah bagian dari hutan lindung. Dahulu, sangat mudah ditemukan orangutan di seputaran bukit-bukit yang hijau ini. Tapi kini, perambahan dan alih fungsi hutan menjadi faktor utama yang menjadikan Gayo Lues dalam ambang bahaya.

Terkadang, memang serba salah. Menjaga hutan, tapi di sisi lain masyarakat akan berteriak kelaparan. Dibiarkan, yang namanya manusia suka tamak, dia akan memamah segalanya. Hutan lindung-pun tidak akan luput dari proses menjaga lambung tetap terisi. Lalu?

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues


Saya percaya, dibalik sebuah kecantikan selalu tersimpan sebuah rahasia. Bila tak percaya cobalah Tanya kepada para suami yang berjuang agar istrinya bisa memakai lipstick yang berharga minimal 100.000 rupiah. Lalu, hubungannya dengan gayo lues? Ya, di balik keindahan alam Gayo Lues pun tersimpan begitu banyak masalah yang tersimpan rapi.

Beruntung, mungkin itulah kata yang paling tepat mengambarkan keadaan saya hari ini. Bisa mengunjungi kaki gunung leuser kala kehancuran belum terlalu parah. Entah bagaimana lima atau sepuluh tahun lagi. Jadi, kamu masih berpikir untuk berkunjung ke daerah satu-satunya di bumi ini di mana gajah Sumatra, badak Sumatra, dan orangutan masih tinggal dalam satu kawasan? Masih ragu? 

Selayang pandang, Pesona Gayo Lues
Bang Leonardo Di Caprio dan saya sudah ke sini, Kamu, Kapan?





Cilet Coklat Bagi-Bagi Coklat Aceh Untuk Kamu Yang Bosan Sendiri #Giveaway

$
0
0

Kamu suka coklat?

Kamu suka coklat khas dari Aceh yang memiliki tekstur geli-geli basah? Penasaran? Tenang, kamu nggak usah ngeluarin duit untuk repot-repot pesan ke Aceh. Kamu bisa ngedapatinnya Gratis.. tis.. tis..

Eh, sebelumnya, pernah baca tulisan saya yang pernah ditulis di sini?


Terus, gimana caranya?

Yuks disimak di bawah ini :

➤➤🔻

Alhamdulillah. Cilet Coklat memasuki usia genap 2 tahun pada 15 Desember 2016. Usaha kami tumbuh tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, khususnya pelanggan setia Cilet Coklat yang manis-manis kayak coklat olahan kami.

Nah, memperingati sekaligus mensyukuri usia usaha kami yang sudah menginjak dua tahun, Cilet Coklat mengadakan giveaway kepada seluruh warga Indonesia yang unyu-unyu. Eh, yang engga unyu-unyu boleh ikutan juga kok.

Sebelum bahas giveaway, kami mau share sedikit, apa itu Cilet Coklat.
Cilet Coklat adalah brand lokal asal Banda Aceh untuk produk kue cokelat. Usaha ini dirintis oleh pemuda Aceh bernama Didi Nuriel, si hitam manis kayak cokelat buatannya. Ehem.

Didi membangun bisnis Cilet Coklat bukan semata-mata ingin memiliki usaha pribadi. Tapi Didi juga ingin memanfaatkan produk lokal. Menurutnya, Aceh salah satu daerah penghasil komoditi kakao terbaik di Indonesia. Kenapa tidak, potensi itu dimanfaatkan untuk mensejahterakan anak negeri sendiri?

Dia ingin menunjukkan bahwa kakao Aceh itu berkualitas, yang kalau diolah bernilai jual internasional. Ya, buktinya, setelah Cilet Coklat berjalan, ada pesanan datang dari luar Indonesia lho. Ndak percaya? Ikuti saja giveaway-nya. Hehe.

Didi bahkan berhenti bekerja alias risign dari tempat lain untuk mengelola bisnisnya. Dia membuka gerai Cilet Coklat di Jalan Panglima Nyak Makam Banda Aceh, persisnya di Simpang BPKP.

Gerai Cilet Coklat buka dari pukul sepuluh pagi hingga pukul sepuluh malam. Gerainya itu, menurut catatan PortalSatu.com yang unyu-unyu, di dalamnya seperti ‘dunia lain’. Ah, masa sih?

Iya, ding. Karena kamu akan menemukan gerai Cilet Coklat dipenuhi pernak-pernik terbuat dari cokelat. Beneran lho, kamu seakan-akan mandi cokelat jika masuk ke gerai Cilet Coklat.

Apa yang spesial dari Cilet Coklat?

Kami memproduksi beragam cokelat cetak (praline). Ada juga cokelat tulis yang bisa dipesan pelanggan/pembeli sesuai kebutuhan pelanggan untuk momen-momen tertentu. Ya misalnya kamu mau kasih hadiah ulang tahun buat Si Coklat Manis itu, eh Si Hitam Manis. Ups!

Cilet Coklat juga menyediakan cokelat fountain atau cokelat mancur, namun hanya untuk acara-acara khusus saja seperti ulang tahun, sidang, wisuda, dan lainnya. Kami juga Cmenerima pesanan cokelat untuk hantaran dan bouqet cokelat dalam bentuk bunga mawar. Pokoknya, unyu-unyu deh produknya.

Oke, sekilas Cilet Coklat udah.


Sekarang mari bahas aturan mainnya.

Managemen Cilet Coklat menggelar giveaway bertema “Pesona Cokelat Aceh”. Lomba ini ditujukan kepada seluruh WNI, yang berlangsung mulai 25 Desember 2016 – 10 Januari 2017.

Giveaway ini dibagi dua kategori: Lomba Menulis di Blog atau Catatan Facebook dan Lomba Foto di Instagram.

Penilaian dilakukan pada 11 – 13 Januari 2016 oleh dewan juri yang kece. Para pemenang diumumkan di blog atau medsos Cilet Coklat pada 14 Januari 2016. Pemenang dari luar Banda Aceh akan dikirimkan hadiah ke alamat domisilinya. Berikut ketentuan giveaway 2 Tahun #CiletCoklat.

Teknis Lomba Menulis:

1.    Buatlah satu postingan di blog atau di Catatan Facebook minimal 600 kata sesuai dengan tema lomba, baik berupa pengalaman, opini, atau reportase lapangan.

2.    Postingan menggunakan gaya bahasa bebas, belum pernah dipublikasikan di media manapun, dan dilarang copy paste.

3.    Dalam postingan minimal memasang 3 (tiga) foto mengenai komoditi kakao atau produk kue cokelat—tak mesti produk Cilet Coklat.

4.    Di dalam postingan wajib membuat masing-masing satu backlink atau trackback ke blog Cilet Coklat (www.ciletcoklat.com)

5.    Judul dan url postingan yang dilombakan wajib disebutkan dalam komentar postingan giveaway 2 tahun Cilet Coklat di blog Cilet Coklat, disertai alamat email yang bisa dihubungi.

Teknis Lomba Foto:
1.    Upload maksimal 2 (dua) foto terbaik yang sesuai dengan tema lomba di akun Instagram pribadi kamu.

2.    Foto diambil berlokasi di wilayah Indonesia, dengan menyertakan objek komoditi kakao atau produk kue cokelat—tak mesti produk Cilet Coklat.

3.    Buat caption foto semenarik mungkin dan sesuai dengan tema lomba.

4.    Wajib mention dan follow IG Cilet Coklat (@ciletcoklat).

5.    Wajib cantumkan hastag #fotoCiletCoklat #CoklatAceh.

NOTE: Peserta bisa mengikuti dua jenis lomba sekaligus.

Yang kepo hadiahnya, yuks cyn.. ke sini ( kok saya jadi mirip Mongol Stand Up comedy ya? )

Parodi Cinta dari Pulau Breuh, Aceh Besar

$
0
0

Tahun sudah berselang, nyeri dan sendu dalam relung hati masih terasa dengan sempurna. Saban kali mengingat betapa singkatnya perjumpaan saya dengan gadis cantik bernama Meulingge di Pulau Breuh, Aceh Besar.

Ingin rasanya mendulang rasa rindu yang telah menumpuk tak tahu diri. Mengisi kisah lama yang belum sempurna. Memang, masa lalu, harus berlalu. Seperti senandung dangdut Inul yang mengungkapkan semuanya harus berlalu. Lengkap dengan mimik wajah yang sok disusah-susahkan. Mirip seperti ratu jahat dalam kisah snow white. Alih-alih ngiba, ngeri, iya. Belum lagi dengan tampang syahwat sembari menari seperti mau mengebor ubung-ubung rumah.

Meraung-raung bermelodi “masa lalu, biarlah masa lalu..Jangan kau ungkit, jangan kau ingatkan aku” dengan beat gendang yang menggebu-gebu lalu ia berjoget bak cacing mau di sate. Sungguh itu mengerikan.

Sungguh, begitu mengerikan rindu itu. Seperti perpaduan beat kencang, tapi lirik sedih ditambah goyang ngebornya inul yang mengerikan.

Sulit,itulah adanya. Pria normal mana yang tak pusing kepalanya ketika rasa membuncah naik ke ubun-ubun ketika bertemu dengan gadis ayu nan kuning langsat. Sedikit hitam karena terjilat oleh matahari yang tak tahu diri.

Meulingge, menjadi sebuah interprestasi saya dalam mengejewantahkan keindahan dalam balutan khas Aceh. Setiap mata yang memandangnya pasti tersandung hatinya.


Terletak nun jauh di sudut barat negeri ini. Bersebelahan dengan pulau Weh yang berikota Sabang, disanalah terletak pulau mungil yang bernama Pulau Breuh ( pulau beras) ini berada. Di sana pula, konon keindahan Aceh dimulai. Berlikuk-likuk menutupi arus dari samudra hindia menghempas pantai kota Banda Aceh. 

Ia pernah megah tatkala dikenal sebagai surga yang hilang. Kini, pulau yang terimbas dari efek cinta anak baru gede mengejar hasrat instagram telah membawanya kembali dalam ranah pertaruhan destinasi wisata.

Parodi Cinta dari Pulau Breuh, Aceh Besar
saya rindu, duduk di ujung dermaga Meulingge
Meulingge bagi saya, tak bedanya seorang gadis cantik yang terbalut rapi. Semuanya menjadi satu hingga menciptakan rasa bahagia yang tak terperi. Penduduk yang ramah, senyum yang ikhlas, angin yang menyembul dari teluk pantai yang sayu. Semuanya, semuanya menjadi sebuah untaian lagu dangdut era tante Evie Tamala.

Masih terbayang jelas. Ketika jejak pertama ini sampai pada bibir pantai di siang yang terik. Tapi, anginmu membuat diri dan hati ini sejuk sampai ke buhul-buhul kalbu. (sumpah ini ter Evie Tamala-kan) seketika itu juga keindahan aslimu tersibak.
Baca Juga, Pesona Desa Di ujung Barat Aceh 
Inilah Meulingge. Desa terakhir di sudut barat negeri ini. Dengan panorama alam dan budaya Aceh yang masih begitu terjaga. Adat mereka memuliakan tamu begitu menyentuh hati. Sesekali, anak gadis tersenyum malu-malu. Tersapu mukanya dari balik kerudung birunya. Sembari mengungkapkan “abang ini ganteng ya” aaah.. ingin pingsan rasanya.

Meulingge, jauh dari hiruk pikuk dunia hiburan pariwisata. Meulingge, jauh dari kata resort. Meulingge adalah sebuah desa yang begitu alami. Tempat di mana satu dari tiga mercusuar Williem berada. Tahukah kawan, Mercusuar itu, hanya ada tiga di dunia. Satu di karibia, satu di Belanda, dan satunya lagi, ada di pangkuan meulingge.



Di sini, teluk laut membentuk lengkungan yang cantik. Diapit oleh punggung gunung nan hijau. Di pulau, panorama bawah laut yang masih begitu alamiah. Terbebas dari dosa tangan bandot anak manusia. Bukan hanya desa yang hebat, perjalanan menuju ke meulingge pun akan menggoda dirimu untuk selfie. Saran saya, hati-hati nanti jatuh hati. 

Saban kali, motor tua yang saya tumpangi ini meliuk-liuk di jalan berbukit, setiap itu pula saya memutuskan berhenti. Bila di Minang, Alam takambang menjadi guru, maka di sini, Alam takambang bikin kamu nafsu! Nafsu jepret foto sampai habis baterai kamera. 

Pantai lambaro, Pulau Breuh, Aceh Besar

Pantai Lambaro dari atas.
Mulai dari gerbang alami lampuyang bak pintu besar di film-film Game Of Thrones, sampai ke desa Rinon. Yang konon di mana titik nol indonesia seharusnya berada. Mulai dari arus lampuyang yang kuat dan berputar, sampai teluk meulingge yang teduh. Semuanya tersusun begitu rapi. begitu sedap, begitu merangsang untuk tidur di pangkuannya. 

Bagi saya, Meulingge bak sebuah parodi cinta. yang terbentang untuk menyadarkan orang aceh, kalau pulau ini layak untuk dicintai lebih jauh. Lalu, soal rindu? ah biarlah begini. Mungkin tahun depan, saya bisa kembali menjamahnya. 


Pesona Aceh, Pemenang World’s Best Halal Cultural Destination 2016

$
0
0
disbudpar.acehprov.go.id
Masyarakat Indonesia khususnya Aceh, mendapat kabar bahagia dari ajang Penghargaan Wisata Halal Dunia yang diselenggarakan International Travel Week Abu Dhabi. Aceh yang menjadi salah satu perwakilan Indonesia berhasil menjadi pemenang di kategori World’s Best Halal Cultural Destination (Wisata Budaya Halal Terbaik Dunia). Selain itu, Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Aceh juga berhasil memenangkan kategori sebagai World’s Best Airport for Halal Travellers (Bandara Ramah Wisatawan Muslim Dunia).

Provinsi yang berjuluk Serambi Mekah ini memang dikenal sebagai provinsi yang mempunyai akar tradisi Islam yang kuat dalam aspek kehidupan masyarakatnya. Faktor tersebut yang mendorong bangkitnyaIndustri Pariwisata halal Aceh pasca konflik politis berkepanjangan serta musibah Tsunami pada 2004 lalu. Nah, apa saja sih pesona wisata yang membuat Aceh menyandang gelar Wisata Budaya Halal Terbaik Dunia.

Kebudayaan Aceh Yang Mengakar Pada Syariat Islam

Aceh diyakini sebagai tempat awal mula penyebaran agama Islam di Indonesia yang dibawa oleh para pedagang Arab. Dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam, sudah pasti tradisi yang berlaku di masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip halal.
www.safariku.com
Pemberlakukan hukum syariah di Aceh juga sejalan dengan upaya untuk menjalankan industri pariwisata yang bebasis halal. Seperti hotel halal, makanan halal dan paket wisata halal. Walau ditujukan untuk menggaet turis muslim, wisata halal juga bisa dinikmati turis non-muslim, karena mereka pun bisa menikmati makanan halal, hotel halal, dan paket wisata halal tersebut.

Program Sertifikasi Halal di Segala Aspek Wisata Aceh

Untuk menjadikan Aceh menjadi destinasi wisata halal kelas dunia, pemerintah Aceh sedang menggencarkan sertifikasi halal bagi para pelaku wisata. Labelisasi halal itu ditujukan bagi pelaku usaha restoran, produk, hotel, dan agen travel. 

Dengan dicanangkannya program ini diharapkan pariwisata Aceh bisa menjamin kenyamanan dan keamanan kepada wisatawan, khususnya wisatawan Muslim saat berwisata di Aceh. Wisatawan pun bisa nyaman beribadah sambil menikmati segala keindahan alam dan budaya melalui pelayanan maksimal berbasis syariah.
Selain itu pemerintah juga mempersiapkan kompetensi SDM pelaku pariwisata di Aceh agar bisa mengelola dan memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan saat berkunjung. Pelatihan kompetensi meliputi pelatihan guide, pengelolaan Hotel, pelaku wisata alam atau adventure, diving, snorkling, dan sebagainya.
Branding Wisata Halal “The Light of Aceh

Menyiapkan sertifikasi halal dan SDM saja tidak cukup untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dibutuhkan promosi yang baik untuk memberi citra positif pada pariwisata Aceh. Dikutip dari laman Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh (http://disbudpar.acehprov.go.id/), dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan melalui semangat wisata halal, perlu dilakukan berbagai kegiatan promosi bersifat masif dan targeted.
 Maka dari itu, Pemerintah Aceh memperkenalkan branding baru Aceh dengan taglinenya “The Light of Aceh” atau “Cahaya Aceh” yang merefleksikan spirit bagi seluruh masyarakat yang disatukan melalui Syariat Islam yang Rahmatan lil ‘alamiin sebagai cahaya benderang yang mengajak pada nilai-nilai kebaikan, kemajuan dan kemakmuran.

Daya Tarik Kesenian dan Budaya Aceh

kesenian tari Rapai geleng Aceh (goaceh.com)
Siapa yang tak kenal tari Saman Aceh atau tari Seudati yang bernafaskan nilai-nilai budaya Islam. Kekayaan seni dan budaya Aceh yang tersohor hingga ke mancanegara itu akan menjadikan magnet untuk mendatangkan wisatawan. 
Menurut Reza Fahlevi Kepala Disbudpar Aceh, Aceh memiliki banyak hal yang layak dinikmati dan diapresiasi oleh para pelancong. Di Aceh juga terdapat 1.146 sanggar kesenian yang para senimannya siap menampilkan berbagai atraksi kesenian Aceh di dalam dan luar negeri. Di Aceh saat ini tercatat 8.214 orang seniman/budayawan yang menjadi pelaku, promotor, dan penjaga benteng budaya Aceh. (sumber: goaceh.co)
Baca juga cerita saya menyusuri Aceh Selatan 
Selain atraksi seninya, Aceh terkenal dengan wisata bangunan bersejarah, seperti salah satu ikon wisatanya Masjid Raya Baiturrahman, ada juga situs tsunami yang tak dimiliki oleh daerah lain.

Kekayaan Wisata Alam Yang Tak Terbatas


air terjun di aceh selatan (www.safariku.com)
Bicara tentang wisata alam Aceh pasti akan langsung teringat dengan keindahan pantai di wilayah Sabang. Ya, Aceh memang memiliki banyak pantai yang menawarkan keindahan masing-masing, mulai dari snorkeling dan diving di Pulau Weh, hingga menikmati pantai-pantai cantik di wialayah Aceh Besar. Tak hanya wisata pantai, Aceh juga menawarkan wisata petualangan melalui Taman Nasional Gunung Leuser, disana terdapat juga Bukit Lawang, tempat konservasi Orang Utan yang terkenal itu.


Jadi, tak heran kan Aceh terpilih jadi destinasi wisata budaya halal terbaik di dunia. Selamat berwisata ke Aceh

Syahdunya Imlek Di Aceh

$
0
0

Suasana merah rata menghiasi ruangan yang cukup besar ini. Terletak dibilangan tengah kota Banda Aceh, suasana berlangsung begitu khitmad. Aroma dupa keluar menyeruak mengisi hampir seluruh aula. Beberapa etnis thionghua terlihat begitu khusyuk berdoa sembari memejamkan mata. Lalu, tersenyum dan berlalu melewati pintu gerbang.

Saya masih terdiam, berdiri  sendiri sembari melempar pandangan ke sekitar kelenteng yang cukup tua di kota Banda Aceh. Pemandangan yang sederhana tapi sangat luar biasa. Tak ada barongsai yang keliling kota sembari berpawai ria. Tak ada lampion merah yang bergelantungan di alun-alun kota atau di pusat kota. Semuanya terlihat terbiasa. Hampir tak ada yang istimewa.

Kota Banda Aceh, seperti yang telah diketahui oleh khalayak ramai, menjadi kota yang menjalankan syariat Islam sebagai landasan hukumnya. Sehingga tak jarang banyak yang berpikir kalau kota ini seperti anti toleransi. Tapi, pemandangan hari itu membuat saya begitu terpana. Terdiam, terpaku, tenggelam dalam indahnya suasana Imlek. 

“Bang Yud, bagi kami, imlek adalah sebuah ajang untuk bersilahturahmi dengan keluarga besar. Sama seperti idul fitri kalau dalam agama Islam.“ Saya masih ingat, ketika kak Mila Wen yang lebih sering dipanggil Mey ini, menjelaskan banyak hal tentang imlek. Sore yang sedikit kelabu, saya dan kak Mey melakukan kegiatan sore seperti biasa. Minum kopi.

“Di setiap moment imlek, kami evaluasi diri. Apa yang telah kami lakukan di masa lalu. Baikkah, burukkah. Dalam perayaan imlek juga, kami berbagi untuk sesama manusia dan alam. Ya, intinya berbuat baiklah bang” Kak Mey kembali menyambung ceritanya. Sesekali, ia menyereput Latte arabica Gayo kesukaannya. 


Setiap kali ia menjelaskan mengenai kehidupan keseharian etnis thionghoa dan imlek di kota Banda Aceh ini, setiap itu pula ia menekankan, Saya ini Orang Aceh loh bang. Setiap itu pula kami tertawa lepas. Seolah pertemanan ini sudah berlangsung begitu lama. Tak ada dinding pembatas yang selama ini dikhawatirkan oleh banyak pihak.

Etnis thionghoa di Aceh sudah menjadi bagian dari cerita perjalanan sejarah Aceh itu. Bahkan, tak sedikit dalam literature sejarah menceritakan mengenai hubungan Aceh dan Cina di masa kerajaan lalu. Mulai dari berdirinya kerajaan Samudra Pasai sampai legenda Laksamana Perempuan-Putroe Neng dari Cina yang menikah dengan salah satu ulama Aceh masa itu, Syaikh Hadam.

Bahkan sebagian kami, orang Aceh, mengatakan kalau salah satu kepanjangan dari kata Aceh adalah China, Arab, Eropa dan Hindia. Ini memang bukan hanya isapan jempol. Semua etnis ini kini hidup bersama dan berbaur dalam sebuah kota. Banda Aceh.

“Biarlah kami imlek tak seramai dikota lainnya di Indonesia. Bagi kami, imlek di Aceh menjadi begitu religius. Kami di sini, bisa berbagi dengan Alam dan sesama tetangga kami yang bukan etnis thionghoa” 

Imlek, Antara Aceh dan Thionghua



Cerita kak Mila memang tak bohong, Setiap kali Imlek, kaum etnis thionghoa di Banda Aceh sering melakukan kegiatan yang berbau konservasi. Mereka pernah melepaskan tukik penyu di pantai lampuuk, Aceh besar. Bahkan pernah juga melepaskan ratusan burung ke alam liar.  Keseimbangan alam dan berbuat baik menjadi bukan hanya sekedar slogan bagi etnis thionghoa di Aceh.

Di tengah gempuran keriuhan etnis minoritas dan mayoritas, Etnis thionghoa di Aceh hidup sebagaimana layaknya masyarakat Aceh pada umumnya. Bahkan ada yang unik dari kehidupan para suku berkulit putih dan mata sipit ini. Mereka, mendapatkan ampao dua kali dalam setahun. Dan ini, hanya ada di Aceh. Dalam setiap tahun baru masehi mereka melaksakan  “ritual” seperti imlek. Berbagi ampao, silahturahmi, dan ada yang beberapa dari mereka melakukan Sembahyang menyambut Dewa rezeki datang.

Ini memang tradisi bukan keharusan. Tapi bagi etnis thionghoa di Aceh, inilah cara mereka menikmati imlek dengan cara mereka yang sendiri. Tak seperti di kota lainnya. Yang saban imlek ada event besar, ada karnaval atau pameran budaya etnis thionghoa. Di sini, hanya ada kepulan asap yang memenuhi seisi vihara Dharma Bakti. Anak-anak jalanan yang mengantri mengular di pintu Vihara menanti ampao. Selebihnya, mereka menikmati dan memaknai imlek dalam hati mereka masing-masing.  Menikmati kue keranjang di rumah bersama orang tua dan saudara mereka. Lalu, makan bersama.


Imlek di Aceh, memang begitu sederhana. Tapi begitu mendalam dan membekas dalam diri saya yang terlahir sebagai anak Aceh asli. Seolah, nuansa kedua kerajaan di masa lalu antara kerajaan china dan Aceh kembali bersatu dalam satu naungan. Imlek...


&&&

http://www.festivalimlekindonesia.com/


Tulisan ini saya ikut sertakan dalam meramaikan Tema lomba blog: “Perayaan Imlek di Indonesiadi sini





5 Pulau Keren Di Aceh Yang Wajib Kamu Kunjungi

$
0
0
foto by : Hananan.com
Kalau ditanya, bila ke Aceh, kamu akan kemana? Hampir serentak akan menjawab; Ke Pulau Weh. Atau ke Sabang. Tidak salah kok, karena pulau Weh yang berikotakan Kota Sabang ini, merupakan salah satu dari tempat penyelaman di Indonesia. Bahkan menurut kabar, spot diving di pulau weh, masuk lima besar di Indonesia. 

Tapi, tahukah kamu, kalau di Sabang kini sudah terlalu ramai? Terutama bila memasuki libur panjang. Bila kamu tak pesan kamar penginapan dari jauh hari, hampir bisa dipastikan kamu harus tidur di pinggir pantai atau di ruang terbuka. Alias, penginapan fullbook!

Lalu, apakah Aceh hanya punya pulau Weh? Apa tidak ada pulau lain yang keren di Aceh? Kawan, percayalah, Saya lebih senang menikmati pulau-pulau yang lain selain pulau Weh. Bukan, bukan karena tak dapat jatah menginap di hotel Pulau Weh Dive resort, tapi memang terkadang ke Sabang, sudah terlalu mainstream. Syukurnya, Tuhan mentakdirkan Aceh berada di ujung utara Sumatra, sekaligus berbatasan langsung dengan Samudra hindia dan Selat melaka. Hasilnya, Aceh punya pantai dan pulau yang bisa kamu jadikan pilihan untuk menghilang dari rutinitas harianmu.

Berikut ini adalah 5 pulau keren di Aceh selain Pulau Weh ;

1.    Pulau Breuh 

Pantai Lambaroh, Pulau Breuh, Aceh Besar


Pulau Breuh, atau pulau Beras, adalah salah satu pulau terbarat Aceh. Ia terletak tepat bersisian dengan pulau Weh. 

Pulau yang masuk dalam kabupaten Pulo Aceh, Aceh Besar ini memang sedikit minim fasilitas. Tapi bukan berarti kamu akan mati bila jalan-jalan kesana. Saya suka menyebutnya pulau yang mirip lombok, tapi versi hijaunya. Pasirnya yang aduhai, belum lagi teluk lampuyang dan meulinggenya.. 

Syukurnya, di sini, kamu akan disambut begitu hangat. Sampai-sampai beberapa masyarakat akan menawarkan untuk menginap dirumahnya. Tidak mau? Tak mengapa, kamu juga bisa menyewa gedung serba guna milik BPKS. 

2. Pulau Nasi


Pulau ini adalah adik kandung dari pulau breuh. Nasibnya memang sedikit lebih baik, mengingat pulau ini lebih kecil dibandingkan dengan pulau breuh. Pun, letaknya lebih dekat dengan Banda Aceh. Ditambah lagi, pulau nasi sudah memiliki dermaga yang cukup untuk menampung kapal fery. 

Soal keindahaan, dia tidak kalah dengan saudara kandungnya. Di sini, kamu bisa snorkeling dan menikmati pantai nipah yang airnya tenang bak kolam renang.

3. Pulau Dua
Pulau dua, Bakongan, Aceh selatan ( foto dr http://wisata-aceh-selatan.blogspot.co.id )
Ada dua pulau yang bersisian ketika kamu sampai ke kawasan Bakongan, kabupaten Aceh selatan, oleh sebab itulah disebut dengan Pulau Dua. 

Pulau ini cukup mudah dijangkau. Pun harga untuk menyeberang ke pulau tersebut terbilang murah. Hanya 30 ribu rupiah untuk satu orang Pulang pergi. Tapi, ini pulau tidak ada penghuni. Bisa dipastikan kamu akan merasakan sensasi berlibur di pulau sendiri. Ditambah lagi, kamu bisa snorkeling dan diving untuk melihat karang batik yang aduhai.

4. Pulau Banyak 

Ziyad di pulau Tailana, Pulau Banyak, Aceh Singkil

Travel blogger sekeren kak Cumilebay.com dan bang Barry Kusuma sudah berani mendapuk pulau Tailana yang berada pada kepulauan Pulau Banyak, Aceh Singkil ini sebagai salah satu pulau yang wajib kamu kunjungi bila ke Aceh!

Dengan jumlah pulau yang cukup banyak, yaitu 66 pulau, dan bisa dipastikan akan membuat kamu bingung. Pulau mana dulu yang harus kamu jejali terlebih dahulu. Perjalanan ke pulau Banyak ini lumayan jauh. 
Baca juga, banyak jalan ke pulau banyak

Kalau kamu dari Banda Aceh, maka dibutuhkan waktu hampir 20 jam perjalanan nonstop! Tapi, perjalanan yang panjang tersebut akan terbayar tuntas ketika kamu berhasil menginjakkan kaki di pasir putih ditemani nyiur yang melambai. Klasik!



5. Pulau Simeulue
pulau simeulue dari angkasa, Foto by : Safariku.com
Kamu suka surfing? Suka makan udang lobster? Di sini adalah tempat yang tepat untuk menikmati itu semua. Pulaunya cukup besar. Hingga bisa dipastikan kamu nggak akan sanggup keliing dalam satu hari. Keindahan pulau yang memiliki beragam etnis ini pun tak kalah dengan pulau lainnya di Aceh. 

Tapi kalau soal menuju ke pulau ini, nah itu dia yang jadi masalahnya. Pulau ini hanya ditujukan untuk kamu yang berjiwa petualang. Bukan turis! Catat! Petualang! Kalau kamu memilih menyeberang dengan fery maka itu dibutuhkan waktu 12 jam nonstop. Kamu akan merasakan sensasi menyeberangi samudra hindia yang fantastik. 

fakhri di pulau siumat, Kepulauan Simeulue (foto dr ig fakhri)
Takut? Maka bisa dipastikan kamu kalah dengan beberapa bule dari eropa yang menjadikan pulau ini sebagai ajang mereka menghabiskan liburan musim dinginnya. 

Nah,setelah membaca tulisan singkat ini, apa kamu masih berpikir kalau di Aceh hanya ada pulau Weh saja yang keren?




ADDITIONAL INFORMATION:
  • Pulau nasi dan pulau breuh dapat diakses melalui penyeberangan dari Banda Aceh. Biasanya naik kapal KMP. Bila ke pulau nasi, naik Boat harus melalui pelabuhan Ulee Lheue (tepatnya di taman ulee lheue bay). Ke Pulau Breueh, kamu harus naik boat dari pelabuhan ikan Lampulo, banda aceh.
  • Pulau Simeuleu dapat ditempuh dengan kapal feri dari Labuhan Haji, Aceh Selatan, atau menaiki Susi Air dari Banda Aceh dan Medan.
  • Pulau Banyak bisa via darat dari Medan atau Banda Aceh ke Singkil, lalu naik feri ke Pulau Banyak. Yang datang dari jauh, mungkin bisa lebih dulu terbang ke Medan.***

Q & A, About Aceh!

$
0
0
Hai Guys...
Saya paham, kalau nantinya postingan ini, tidak akan mampu memenuhi rasa penasaran kamu tentang Aceh. Baik itu kulinernya, wisata, budaya serta yang lainnya. Anggap saja karena keterbatasan tempat dan waktu. Walaupun alasan yang sebenarnya adalah saya sendiri bingung mau menulis apa di postingan kali ini.

Tapi, saya akan mencoba merangkum beberapa pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada saya mengenai kampung halaman saya, Aceh. Baik yang bertanya via email, facebook, dan di beberapa aplikasi chatting. Terutama perihal bagaimana keadaan Aceh. Apakah Aceh aman? Apakah ke Aceh harus berjilbab? Apakah ada gereja di Aceh dan banyak hal lainnya yang sebenarnya, saya sudah pernah menulisnya di postingan-postingan sebelumnya hehe

Here We Go! 

pulau raya ( arieyamani.blogspot.com)

Wisata Aceh

  • Q : Kapan waktu yang tepat ke Aceh?

A : Semenjak habis tsunami keadaan cuaca di Aceh agak sedikit sulit ditebak. Terlebih lagi ketika memasuki musim pancaroba. Akan tetapi, bila kamu ingin ke Aceh, biasanya di bulan maret, april, mei, juni dan juli cukup tepat.

  • Q : kalau jalan-jalan ke Aceh aman tidak untuk non muslim?

A :  Aman! Sebenarnya tak kenal maka tak sayang begitu berlaku bagi kamu yang belum pernah sama sekali ke Aceh. Mungkin, saya tak bisa pungkiri perihal ada oknum yang membuat beberapa hal menjadi tak begitu nyaman. Tapi, so far, Aceh sangat welcome bagi kamu yang non muslim.
  • Q : Soal pakaian kalau ke Aceh bagaimana?

A : ini adalah pertanyaan paling lazim dan paling sering ditanyain. Sebenarnya kamu bisa baca di postingan saya ( Kalau ke Aceh itu nggak perlu pake jilbab). Intinya, di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung kan? Hargailah budaya masyarakat Aceh yang masih cukup kental dengan budaya ketimurannya. Jadi, walaupun di Aceh bagi yang non muslim boleh tidak berjilbab, ada baiknya kamu juga sebaiknya berpakaian sopan.
  • Q : Apa benar kalau di hotel Aceh, dilarang menerima tamu yang bukan pasangan sah tidur sekamar?

A : So far? Yes! Terutama untuk kamu yang beragama Islam. Yang non Islam bagaimana? Saya masih ragu perihal tersebut. Tapi berdasarkan pengamatan singkat, beberapa warga asing yang ke Aceh, mereka bisa tidur sekamar berdua walaupun belum nikah. Dan mereka adalah non Muslim. Untuk yang Islam? Sorry bro.. nggak bisa!
  • Q : Apa ada penginapan murah di Aceh?

A : Abang-abang, kakak-kakak, Aceh sekarang sudah ramai sekali pengunjungnya. Jadi jangan heran diwaktu-waktu tertentu hotel akan penuh. Jadi, penginapan murah dan nyaman sekarang udah buanyak banget! ( cek listnya di sini)
  • Q : Kalau malam-malam di Aceh, apa benar tidak boleh keluar dan tidak ada tempat hiburan?

A : kalau kamu menanyakan hal ini 13 tahun yang lalu, saya akan jawab iya! Kamu tidak boleh keluar malam. Akan tetapi, sekarang Aceh sudah aman. Benar-benar aman! Bahkan sudah ada warung kopi yang buka 24 jam. Indomar#t juga ada yang buka 24 jam. Lantas kenapa kamu tidak boleh keluar malam?

Kalau perihal tempat hiburan, Aceh memang tidak ada bioskop. Mall pun hanya ada beberapa dan kecil. Jadi, kami orang Aceh hiburan malamnya adalah nongkrong di warkop. Sesekali juga ada konser musik, stand up comedy, dll.
  • Q : kalau punya waktu hanya 3 hari 2 malam, kemana yang cocok di Aceh?

A : ini pertanyaan yang cukup sulit. Karena luas Aceh itu itu hampir dua kali provinsi Jawa Barat. Jadi dengan waktu segitu sempit, ada baiknya kamu menikmati kawasan Aceh yang benar-benar sudah menjadi tujuan destinasi wisata mainstream seperti Pulau Weh ( Sabang), Kota Banda Aceh, ataupun Pulau Banyak.
  • Q : di Aceh ada angkot atau tranportasi umum nggak sih?

A : hmm.. ada, tapi tiada.. tiada tapi ada.. bingung ya? Jadi begini, untuk kawasan kabupaten/kota di Aceh yang sudah siap dengan wisata, transportasi sudah ada. Semisal di Banda Aceh, kini malah sudah hadir Ojek Online yang seperti di Jakarta. Namanya HO JAK ( kamu bisa download di sini). 

Di kota Banda Aceh juga sampai jam 18.30 sore masih ada angkutan umum dan bus transkutaraja seperti transjakarta. Untuk kota lainnya bagaimana? Tenang, ada becak motor yang bisa kamu sewa jasanya kapanpun kamu mau.
  • Q : di Banda Aceh, emangnya apa saja yang bisa dinikmati?

A : kamu bisa menikmati kegantengan sayah! #bangke...maaf. di Banda Aceh, sekarang kami bisa menikmati berbagai macam kuliner khas Aceh. Kebetulan kota ini tempat berkumpulnya hampir seluruh etnis di Aceh. Jadi bisa dipastikan makanannya pun beragam. Dan, di kota ini juga kamu bisa jalan-jalan ke tempat memorial tsunami. Mulai dari Museum tsunami sampai pemakaman massal. Wisata sejarah juga nggak kalah menarik. Terutama bagi kamu pecinta makam tua.

Kuliner Aceh :
gulai pliek U (www.jalan2men.com)

  • Q : Apakah ada makanan tidak halal di Aceh?

A : Ada! Bro, Aceh bukan daerah yang begitu saklek sehingga apa-apa dilarang. Orang Aceh walaupun sebagian besar adalah muslim, tapi sebagian lainnya adalah orang Aceh yang non muslim. Semisal di kawasan Pecinan Peunayong kota Banda Aceh, di sana ada restoran khusus untuk kamu yang non muslim. Bukan hanya di Banda Aceh, di Aceh Tenggara juga ada.
  • Q : Benarkah masakan Aceh itu sedap karena pakai ganja?

A : Sekarang ganja udah sulit nyarinya kawan. Jadi bisa dipastikan kalau masakan Aceh tidak lagi pakai ganja. Jadi bener dong kalau ada masakan Aceh yang pakai ganja? Iya. Benar. Dahulu ada. Tapi bukan daunnya. Bukan pula untuk mabuk. Yang dipakai itu adalah bijinya yang giling halus dan menjadi bagian dari bumbu masak. Tujuannya untuk melumpukkan daging. Sekarang? Ini sudah bagaikan mimpi. Karena kepemilikan akan ganja sama seperti kamu bawa Sabu-sabu. Ngeri bro..
  • Q : Pliek U itu apa?

A : Pliek u itu salah satu bahan bumbu dasar untuk membuat masakan tradisional Aceh gulai Pliek U. Jadi, Pliek u sebenarnya adalah kelapa yang sudah keringkan dan dipermentasi. Lalu diolah sedemikian rupa menjadi begitu nikmat. Yummy..
  • Q : Kuliner Aceh yang enak itu apa saja?

A : ada buanyaaak.. mulai dari kudapan sampai makanan berat. Kamu bisa mencoba gulai bebek khas Bireuen. Ayam Gulai khas Aceh besar. Kue pulot, kue timphan, Daging rebus, sampai Gulai pliek U. Jadi, kalau saya teruskan di sini, ini postingan bisa-bisa isinya makanan semua.
  • Q : Kopi Aceh yang enak, apa?

A : Aceh, memang negeri yang penuh warung kopi. Jangankan kamu orang non Aceh bingung, saya saja bingung akan kampung saya. Lebih bingung lagi, kenapa saya begitu menyukai duduk di warung kopi. #ngawur. Jadi begini, ada dua jenis kopi di Aceh. Pertama jenis robusta. Kopi ini cukup banyak kamu temukan dibagian Aceh pesisir. Terutama Banda  Aceh. Sajian terbaiknya? Sanger! Kopi jenis kedua adalah arabika Gayo. Ini kopi udah melanglang buana sampai ke Eropa. Dan starbuck juga pakai kopi arabika Gayo. Jadi, silahkan pilih mana kopi kesukaanmu. Asam lambung? Bertemanlah dengan arabika.
  • Q : Harga Makanan di Aceh berapaan sih?

A : beuuh.. Aceh masih indonesia kok kawan. Jadi harganya masih pakai hitungan rupiah kok. Alias masih standar-standar aja kok. Mulai dari yang seporsi 5000 rupiah ada. Sampai yang seporsi 45 ribu juga ada. Silahkan pilih. 

Serba Serbi Aceh :
foto bang Barry Kusuma, www.alambudaya.com

  • Q : kenapa Aceh ada hukuman cambuk?

A :  Provinsi Aceh, walaupun sedari dulu sudah menjadi daerah yang mayoritas penduduknya Islam, baru tahun 2000 diberikan peraturan khusus mengenai Hukum Islam boleh dilaksanakan di Aceh. Sebenarnya bukan cambuk, tapi hukuman Rajam. Dalam Islam, rajam itu ada beberapa “media” salah satunya adalah cambuk. Nah, di Aceh, bukan cambuk seperti yang kamu lihat di film-film koboi ataupun spartan. Akan tetapi hanya rotan. Mirip-mirip hukuman kena pukul sama rotan ketika kamu Sekolah dasar ataupun belajar di kampung dahulu.
Jadi jangan salah artikan dahulu. Pun, sebelum mereka dipukul sama rotan, mereka sudah melalui proses peradilan yang cukup adil dan terbuka. Biasanya untuk khalwat ( berduaan dengan non pasangan sah ditempat sepi dan remang-remang), Judi, Mabuk, dan Zina.
  • Q : Apakah Aceh masih ada GAM ( Gerakan Aceh Merdeka) ?

A : tidak ada lagi. Kalau eks kombatan? Ramai. Orang GAM kini di Aceh tidak lagi mengangkat senjata. Semenjak deklarasi damai antara GAM dengan Pemerintah indonesia, organisasi ini akhirnya membubarkan diri. Merubah haluan perjuangan mereka, dari konflik bersenjata menjadi jalur politik. Jadi, di Aceh ada partai Lokal. Cmiw...
  • Q : Benarkah cut nyak dhien ataupun para pahlawan wanita Aceh lainnya berjilbab?

A : secara bukti otentik semisal berupa foto asli atau lukisan yang benar-benar dari orang Aceh, SETAU saya, tidak ada satupun foto yang menunjukkan kalau mereka berjilbab. Mengapa begitu? Besar kemungkinan karena penjajah VOC Belanda masa lalu, sangat membenci Aceh. Jadi mereka berusaha sekuat mungkin menelanjangi keacehan dari orang Aceh itu sendiri.

Bayangkan, masjid saja yang seyogya tempat beribadah umat Islam saja mereka bakar, apalagi hanya sehelai jilbab? (kamu bisa membaca perihal tersebut di cerita Cut Nyak Dhien)
  • Q : Saya kristiani, adakah gereja di Aceh untuk saya ikut kebaktian?

A : jangankan gereja, vihara, klenteng, dan kuil juga ada di Aceh. Dan kamu, bebas melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan dan agamamu masing-masing. FYI di Aceh, sampai saat ini tercatat ada 123 Gereja yang tersebar di seluruh Aceh. Pemakaman non muslim juga banyak. Dan kristen, adalah agama kedua terbanyak di Aceh setelah Islam.

  • Q : Aceh sering Gempa ya Gan?

A : Iya! Aceh adalah salah satu daerah yang termasuk kawasan rawan gempa bumi. Jadi, yang harus kamu ketahui pertama kali adalah bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi gempa. Dan bila terjadi tsunami, segeralah mencari tempat yang cukup tinggi. minimal bangunan setara lantai 3. Ketika Gempa, dan kalau dirasa cukup kuat, segeralah mencari tempat yang terbuka dan bebas dari bangunan tinggi. Bila di hotel, carilah meeting Pointnya. 

Nah, segini dulu edisi Question and Answer About Acehnya ya? Insya Allah akan disambung lagi di lain kesempatan. Pun, bila ada beberapa pertanyaan kamu bisa menanyakannya dibagian kolom komentar di bawah ini.

Jadi, masih takut dan ragu ke Aceh? 

Visit Tidore Island - Antara Aceh, Tidore Dan Indonesia

$
0
0
Tidore untuk Indonesia
Tidore, Foto by Barry Kusuma (alambudaya.com)
Saya masih kesal melihat paras wajahnya yang tersenyum sedari tadi. Mukanya yang polos menatap saya tanpa rasa berdosa. Dari lorong pintu warung kopi, ia berjalan santai lalu, Buuuk.. dia duduk tepat di hadapan saya. Layar laptop saya turunkan. Menatapnya mukanya dalam-dalam.

“Kenapa Bang? Jangan begitulah lihat saya. Baru juga saya pulang dari Ambon. Itu kan perginya karena urusan dinas bang” Makmur langsung mencecar dengan jawaban sederhananya akan tatapan saya tadi.


Dia paham, kalau saya selalu haus akan cerita menarik dari ujung timur Indonesia. Maluku, Ternate, Tidore, dan Halmahera. Bagi saya, mendengar nama-nama tersebut bak membuka kembali memori lama masa bangku sekolah dasar mengenai kisah kepahlawanan masyarakat timur dalam menghadapi penjajah.

Iseng, saya meminta Makmur menunjukkan peta antara aceh dan Maluku. Saya juga terus menerus menodongnya untuk menceritakan keadaan di kawasan tersebut. “Bang, abang kenapa? Kok sepertinya penasaran sekali?” Ia mulai mencium tabiat selidik saya. Bagi saya, berbicara kawasan timur Indonesia, seperti menyusun puzzle sejarah Aceh yang hilang.

Mungkinkah? Kerajaan Aceh di Barat, sedangkan Kerajaan Maluku di Timur. Berbicara Maluku,berarti kita harus membicarakan 4 Kerajaan Besar di Bagian Utara. Pun, pada abad ke 16 sebagian Maluku masuk dalam kawasan Kerajaan Islam Tidore.  Tak pelak lagi, akan ada banyak puzzle sejarah yang bisa tersusun. Melihat semangat saya mulai mengebu-gebu. Makmur hanya tersenyum. Ia sepertinya telah terbiasa dengan keadaan di mana saya akan bercerita tanpa henti sampai runutnya selesai.

“Mur, kamu masih ingat cerita tentang raja Aceh yang di buang ke Maluku? Bila saya tak salah, tahun 1907?” Makmur hanya menggeleng tak pasti. Tak usah heran, memang tak banyak anak Aceh yang ingin begitu mencintai sejarah kampungnya.

Kala itu, Belanda mulai kehabisan akal untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh. Alih-alih memadam, perlawanan justru meningkat. Kesatria-kesatria terhebat datang dari penjuru negeri. Sekitar tahun 1870-an beberapa petarung dari kerajaan Samu-Samu pun berdatangan ke Aceh membantu Kesultanan Aceh Darussalam, mengusir Belanda dari tanah Aceh, setelah penjajah itu mendarat di Aceh.  Di sini, hubungan Aceh dengan Negara di ujung timur Tidore mulai memperlihatkan hubungannya.

kawasan Kerajaan Tidore pada abad ke 16 (sumber : wikipedia.com)

Bahkan, kala Raja Aceh di buang ke Maluku, penjamuan dari para raja di kawasan tersebut begitu luar biasa. Sultan Muhammad Daud Syah (1878-1939) bersama istrinya Teungku Putroe Gambo Gadeng bin Tuanku Abdul Majid,anaknya Tuanku Raja Ibrahim,Tuanku Raja Ibrahim, Tuanku Husin, Tuanku Johan Lampaseh,Panglima Sagi Mukim XXVI, Keuchik Syekh dan Nyak Abas dibuang ke Ambon, Maluku pada 24 Desember 1907 dan pada tahun 1918 diungsikan ke Batavia (Jakarta) karena terlalu dekat dengan orang Bugis di Maluku. Belanda takut, Sultan akan terus memberikan semangat kepada raja-raja di kawasan Maluku Utara untuk terus melawan Belanda.

Makmur mulai mengeryitkan jidatnya. Mukanya yang tirus terlihat sedikit konyol kala ia melakukan itu. Saya paham kalau link antara Aceh dan Tidore terkesan begitu dipaksakan. Tapi, bukankah Tidore terkenal sebagai pulau dengan rempah-rempah terbaik di seluruh dunia. Dan, Aceh, sebagai penguasa selat Melaka kala itu. Tentu bisa dikaitkan hubungannya? Ah entahlah. 

Mungkin benar kata Makmur, “Abang terlalu memaksakan. Anggaplah benar bahwa Sultan Aceh sempat men-syahadatkan beberapa raja di kawasan kepulauan Ambon. Termasuk raja Samu-Samu dan keluarga.  Sehingga membuat Belanda memindahkan  lagi sultan ke Batavia. Tapi apakah sultan sempat mengobarkan perlawanan bersama rakyat Tidore? Mungkin bisa saja terjadi. Tapi kan harus merujuk sumber yg valid dahulu. Sedangkan Sultan mengislamkan raja Samu-Samu dan keluarga bersumber dari keluarga Samu-samu yang keturunannya juga masih terjaga saat ini. Begitu kan bang?"

Saya hanya diam seribu bahasa. Tapi hati kecil ini berteriak. Ingin sekali membantahnya. Tapi apakah feeling cukup dijadikan alasan kalau Aceh pernah begitu dekat dengan Tidore? Sulit rasanya bagi saya untuk menjelaskan ketertarikan saya akan sejarah mengenai sebuah negeri kecil tapi begitu kaya akan khasanah itu.

Tidore, Foto by : Barry Kusuma (www.alambudaya.com)
Jika Aceh diperebutkan oleh bangsa Eropa karena letaknya yang strategis di selat Melaka, maka Tidore, diperebutkan karena cengkehnya yang mendunia! Lihatlah betapa Tuhan begitu menyanyanginya. Tak cukup sampai di situ, tanpa Tidore, maka teori pembuktian bahwa bumi itu bulat mungkin tak akan berhasil. Sepele mungkin, tapi ilmu yang berkembang karena teori bumi itu bulat sudah begitu banyak. ( Pelayaran Ferdinand Magellans,yang membuktikan kalau bumi itu bulat. baca di sini ) Lihatlah, betapa negeri kecil ini, begitu memberikan sebuah sumbangsih yang luar biasa hebatnya.

Bukan hanya Aceh yang berhutang budi kepada Tidore, akan tetapi Indonesia pun demikian. Dunia juga tak ketinggalan berhutang jasa kepada negeri yang terletak di kepulauan Maluku bagian utara ini. Kepulauan yang terdiri dari 12 pulau ini, mungkin memang sederhana. Kecil, seolah tak berarti. Tapi, salah satu pahlawan nasional yang terkenal gagah berani dalam mengusir Spanyol dan Portugis, berasal dari Kesultanan Tidore, Sultan Nuku.
silahkan perbesar, dan lihatlah tulisan Tidore pada peta pelayaran Pelayaran Ferdinand Magellans
sumber : wikimedia.org

Peran Tidore belum berhenti sampai di situ. Kala pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sultan Tidore masa itu, yakni Sultan Djainal Abidinbersedia memasukan seluruh wilayah kekuasaannya ke dalam wilayah Indonesia Timur. Yang meliputi seluruh Pulau Tidore, Halmahera, Pulau Seram, dan Papua masuk dalam NKRI.

Tidore juga menjadi ibu kota pertama Provinsi Irian Barat dan sangat berperan membantu Pemerintah Indonesia dalam upaya membebaskan Irian Barat dari Belanda. Bahkan, pada 1956 Presiden Soekarno berkunjung ke Tidore untuk mengikuti peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI.

Cukup? Belum. Akan ada begitu banyak hal yang bisa dibahas mengenai jasa-jasa Tidore akan negeri ini. Mulai dari Aceh, Indonesia, sampai dunia. Kecil-kecil, cabai rawit. Mungkin inilah ungkapan yang pas akan kehebatan sebuah kerajaan di timur Indonesia. Sayang, jarak membentang, dan putusnya tali sejarah, membuatnya terkesan hilang dari hiruk pikuk peradaban. Sehingga banyak anak negeri yang tak paham, betapa besarnya peran Tidore untuk Indonesia.

Senja Di Tidore ( sumber foto Langkahjauh.com)
Perlahan tapi pasti, pemerintah kota Tidore Kepulauan mulai bangkit. Menggaungkan Visit Tidore Island, berharap agar banyak pemuda di Nusantara ini, kembali bangga akan sejarah kaya negeri Tidore. Dan, tentu saja, dengan program tersebut nantinya akan banyak orang yang kenal dengan Tidore lalu datang ke daerah Kepulauan yang indah ini.

Saya masih menatap lamat-lamat wajah Makmur, yang masih misuh-misuh. Percakapan kami sore itu seperti biasa kembali gantung. Hanya sebuah kesimpulan sederhana yang bersanding dengan sebuah mimpi.

“Kapan kita akan ke Tidore bang? Untuk membuktikan langsung semua teori abang mengenai jasa Tidore untuk Indonesia itu? Lalu sama-sama kita berujar To ado re (aku telah sampai)….”

&&&  

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog Visit Tidore Island dengan tema : Tidore Untuk Indonesia

visit tidore island
Tidore Untuk Indonesia


 

Loft Legian Hotel, Hunian Nyaman dan Murah di Legian Yang SIbuk

$
0
0
Loft Legian Hotel, Hunian Nyaman dan Murah

Sumpah, paniknya luar biasa. Dua hari menjelang keberangkatan ke Bali tiba-tiba semuanya blas. Mulai dari prediksi dana yang meleset. Saya terkena demam panggung alias diare. Anak-anak juga demam. Ini pertanda apa sebenarnya? Saban kali mau jalan jauh, selalu begini. Mungkin, karena saya dan anak-anak paham, kalau isi ATM itu begitu berarti.

Tiket perjalanan pulang pergi sudah ditangan, harganya juga cukup bikin saya sesak nafas berminggu-minggu setelah pulang dari Bali. Tapi, sudahlah. Yang penting, kalau ada teman, kerabat, sahabat, keluarga, atau mantan yang menelpon lalu bertanya “Di mana bang Yud?” saya akan dengan bangga menjawab “ di Bali”. Yaaa walaupun hanya tidur-tiduran di kamar aja. Yang penting? Bali!

Beruntungnya, ditengah rasa gelisah galau merana, bang Bobby punggawa virustravelling.com datang bak arjuna. Dia membantu saya mendapatkan hotel yang murah meriah mantap. 3M, inilah prinsip saya bila selalu jalan-jalan bersama keluarga. Giling! Terbang dari Aceh itu mehong cyin.. beliau menawarkan hotel Loft Legian yang berada di kawasan Legian, Bali. Harga per-malamnya mulai dari 200an ribu rupiah. Alamak! Dua malam berarti hanya 400an ribu? Wah menang banyak.

Setelah mencoba berselancar di dunia maya, mencari tahu kamar tipe apa yang cocok untuk saya dan anak-anak. Sebenarnya ini untuk memastikan bentuk hotel, kamar, dan keadaan sekitar. Karena biasanya –maaf- hotel dengan budget murah cenderung menampilkan ala kadarnya. Kan nggak seru kalau tengah malam tiba-tiba istri saya tercinta menimpa saya dari atas hanya karena ada kecoak lewat? Sumpah, ini pernah terjadi di suatu waktu kala kami masih berdua saja. 

Loft Legian Hotel, Hunian Nyaman dan Murah
Tampak Depan Hotel Loft Legian
Hotelnya mirip bangunan ruko-ruko di Aceh. Menjulang tinggi dan memanjang ke atas. Lalu, keadaan kamarnya, ah bersih, pinta saya dalam hati. Hingga akhirnya, hari yang di nanti tiba. Saya dan keluarga terbang ke Bali via Malaysia. Aceh dan Bali itu memang masih Indonesia, tapi jauhnya beuh, ampun!

Kesan pertama ketika masuk hotel adalah, Senang! Ada warung kopi di lantai dasarnya! Paling tidak bila ada kopi hal tersebut dapat mencegah saya senewen karena tak cukup dana. Terus, pas di depan hotel ada Pasar Seni Legian, tinggal guling. Ke pantai legian dan Kuta? Alamak, jalan kaki juga bisa. Sah! Saya di Bali, tak perlu ke mana-mana lagi. Mau belanja oleh-oleh untuk saudara di kampong biar dibilang “ciee yang dari Bali” nggak perlu jauh-jauh. Akhirnya saya hemat di ongkos. 

Mbak-mbak yang di resepsionis tersenyum ramah. Logat Balinya terasa kental. Pelayanan mereka berbeda sekali dengan beberapa hotel yang berbintang sama dengan LOFT LEGIAN. Saking ramahnya saya lupa kalau saya sedang bawa anak-anak dan istri. Hmm.. belum lagi bell boy-nya yang mau bantuin saya angkat tas. Kalian mau bilang ini hal biasa? Iya kalau kamu tidur di hotel bintang tiga! Nanti akan saya ceritakan tentang satu hotel di kawasan legian dengan bintang 4 tapi pelayanannya kacau. Atas dasar perbandingan itulah kenapa saya berani memuji pelayanan hotel Loft Legian


Sekarang, bayangkan, malam-malam, kamu capek, lalu harus nenteng tas besar-besar. Mulai dari tas make up istri, tas popok anak-anak sampai tas koper yang segaban-gaban. Terus resepsionisnya Cuma berdiri, minta KTP, terus bilang, “Pak Yudi, kamar bapak di lantai 5, itu liftnya”. Kebayang kan betapa sakitnya hati ini? Tapi itu tak terjadi. Dan saya akhirnya bisa lega sejenak. Ketika mendapatkan kamar di lantai 5 dengan view, ehem ehem kolam pribadi hotel sebelah. Uhuy.. (pastikan pasangan anda sudah terlelap).

Nah, saya hamper lupa. Hotel yang terletak di jalan Melasti, Legian ini, tidak mempunyai space parkir kenderaan. Sehingga akan dikenakan charge ketika kamu akan memarkirkan kenderaanmu. Saran, mendingan kamu sewa motor karena parkir motor semalaman hanya 10.000 Rupiah. Terus, mintalah kamar di pojokan pada lantai atas. Kenapa? Hanya lebih nyaman dan terasa lebih lega saja. 


Kamar yang saya pesan kalau tidak salah kelasnya Superior. Tempat tidurnya king size. Tapi bukan masalah ukuran tempat tidur yang terpenting kalau membawa anak-anak. Tapi lebih kepada kasurnya, nyaman tidak untuk anak-anak. Plus bantalnya yang cukup banyak. Sehingga saya tidak perlu berebut bantal dengan Ziyad dan Bilqis. 

Konsep kamar modern minimalisnya cukup nyaman di pandang mata. Setiap unsurnya tidak nabrak antara satu dan lainnya. Tapi, bagi saya, yang penting shower dikamar mandi airnya kencang. Iya, iya, saya paham, kalau saya ini norak. Tapi memang jiwa kekampungan saya yang mengatakan demikian. Nggak asyik rasanya, ketika kamu habis kemana-mana, terus mandi, e…airnya memble..

Loft Legian Hotel, Hunian Nyaman dan Murah
Kamar Mandi dengan Shower yang kencang
Menurut saya, hotel ini berhasil membuat pengunjungnya betah. Karena berada dikawasan yang cukup berisik, tapi tetap memberikan kenyamanan bagi tamunya. Sayangnya, mungkin, hotel Loft Legian lupa, kalau Bali itu puanasnya minta diPhP-in. sehingga pihak pengelola lupa pasang ac di ruang Lobby hotel. Kalau menjelang siang, suasana di sini cukup panas. Maka disarankan tidak turun menjelang siang ke lobby. Mendingan ngadem di kamar. 

Saya baru ngeh, kalau hotel Loft Legian ini dimanajemi (managed by) Avilla Hospitality yang terkenal dengan beberapa hotelnya yang kece badai! Salah satunya adalah Berry Gle Hotel. Sebuah hotel yang dikhususkan untuk kamu yang berjiwa muda. (nanti ya ceritanya, satu-satu dulu).

layanan ini yang membuat saya, sebagai seorang muslim nyaman ke Bali :D
Intinya itu, kalau ke Bali bawa keluarga lalu budget kamu kurang, ke hotel ini saja. Paling tidak, kamu bisa mengikuti jejak saya, kala di telepon oleh keluarga di kampong, sedang di mana? Di Bali, Mbak Yu.. iki di Legian.. keren kan?


LOFT LEGIAN BALI
Jalan Melasti No. 99, Kuta-Bali
Indonesia

Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali

$
0
0
Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali

Berkali-kali saya mengucapkan syukur saat pesawat Boeing ini mendarat di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Mungkin bagi teman-teman yang cukup dana, main ke Bali adalah hal yang membosankan. Tapi tidak bagi saya dan keluarga. Kami, dari Aceh, tinggal pun hanya di kampong. Ke Bali, seolah menjadi sebuah hal yang di luar prediksi.

Bila kebanyakan orang selalu mengatakan akan bulan madu ke Bali, tidak bagi saya dan istri. Saya hanya berani mengajaknya berbulan madu ke pulau Weh, Sabang. Itupun karena pulau ini cukup dekat dengan kota Banda Aceh, hanya 45 menit penyeberangan laut bila naik speed boat. Tapi Bali? Ah, membayangkannya saja saya sudah cukup bahagia apalagi berhasil membawa anak dan istri ke pulau para dewata ini.

Begitulah, berawal dari iseng ikut lomba giveaway yang diadakan oleh blog virustravelling.com milik bang Bobby Ertanto. Sungguh, saya benaran iseng kala mengikuti lomba “advice” untuk blog tersebut. Berharap jadi pemenangpun tidak berani. Mengingat yang ikut lomba tersebut begitu ramai. Tapi, mungkin, inilah yang dikatakan, Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu. Saya menjadi juara kedua dan berhak mendapatkan 1 voucher 2 malam diBerry Glee Hotel.

Ziyad, dan bundanya menjadi kegirangan. Saya? hanya duduk termangu memandang buku rekening. Ternyata isinya kosong. Duit dari mana? sedangkan ke Bali, sepertinya memang membutuhkan effort khusus. Terutama soal harga tiket Banda Aceh-Bali pulang pergi yang harganya cukup membeli kamera mirrorless.

Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali
ini pesawat Raja Arab Saudi, Yups, kami sekampung, di Bali hehe
Tapi, ketika pesawat yang terbang dari Malaysia ini mendarat di Bali. Hanya tersenyum. Merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Bukan hanya berhasil ke Bali, akan tetapi saya juga sudah dijemput oleh travel Qemana.com. Setiap kali ada yang bertanya mau ngapain ke Bali, mau main kemana saja di Bali, saya hanya menjawab, entahlah. Biarlah Qemana.com membawa saya dan keluarga kemanapun dia mau.

Dua malam mendapatkan kamar di hotel bintang 4, nyaman untuk anak-anak karena ada kolam renang dan kids playgroundnya ( hotel ini akan saya review di lain kesempatan) ditambah keliling Bali bagian selatan bersama travel yang pemiliknya masih bang Bobby juga. Sepertinya menjadi sebuah kebahagian tersendiri. Mulai dari Tanah Lot, Monkey Forest Ubud, sampai ke Jungle Fish.

Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali
Pantai Kuta, Bali

Pun, saya tak lupa meminta kepada pak sopir yang ganteng ini untuk mengajak saya keliling legian, pantai kuta, dan pura. Ada banyak cerita yang saya dapatkan. Terutama mengenai bagaimana adat dan budaya orang Bali yang selama ini hanya saya dengar dan baca dari media social. Ternyata, Bali itu…
Baca Juga : Loft Legian Hotel, Hunian Nyaman dan Murah di Legian Yang Sibuk
Luar biasa? No! Bali itu menurut saya, adalah sebuah tempat di negeri Indonesia ini yang rasanya seperti Luar negeri. Jalan legian, seperti mirip dengan jalan yang ada di Phuket, Thailand. Pantai Kuta juga terlihat seperti beberapa pantai di luar negeri, dimana hampir sejauh mata memandang yang terlihat adalah wisatawan asing yang sedang ehem ehem.. (Aceh nggak ada gituan soalnya)..

Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali
Yang Baper, mohon geser sebentar
Sepanjang jalan dari hotel ke kawasan pantai Kuta, kiri kanan jalan hampir setiap menit yang saya jumpai adalah mereka yang berkulit putih kemerah-merahan dan tentu saja tak pakai baju. Melainkan hanya ya itulah pokoknya.

Belum cukup sampai di situ. Saya dan istri sempat kaget ketika hendak membayar makanan yang harganya bikin dada ini kembang kempis. Sampai pada akhirnya, drama patah kartu atm pun terjadi. Hanya memaklumi, karena kemalasan saya mencari informasi mengenai Bali secara menyeluruh membuat saya terkaget-kaget. Kalau ternyata hampir semua destinasi wisata di Bali itu harga masuknya muahal..Harga makanannya hampir rata-rata menyesuaikan dengan daya beli para wisatawan luar negeri.

Indonesia Rasa Luar Negeri, Bali
inilah rombongan oma opa dari luar negeri 


Demi apa coba? saya jadi photografer langsung cetak 
Kalau dikampung saya, air putih biasa itu tinggal minta dan gratis, mau minum sampai beserpun tetap gratis. Maka beda halnya di Bali. Di sebuah restoran di sebuah mall, masih kawasan Kuta, Badung, Bali, saya hampir pingsan ketika melihat menu Air Putih satu gelasnya berharga 5000 rupiah! Mungkin bagi mereka yang sudah terbiasa dengan keadaan di Bali itu tak masalah. Tapi bagi saya yang dari kampong ini? Air putih dengan harga segitu membuat hati ini pilu.

Tapi, terlepas dari itu semua, saya angkat salut kepada sebuah provinsi yang-menurut saya-memiliki rasa Luar negeri tapi masih menjalankan adat istiadat mereka dengan cukup baik. Bahkan, di satu titik, saya menyimpulkan yang membuat Bali hebat dalam bidang pariwisatanya adalah kemampuan mereka mengelola budaya local menjadi sebuah hal yang begitu mahal serta mampu menarik para wisatawan luar negeri menjadikan Bali sebagai destinasi wisata.

Jadi, Bali itu masih Indonesia kan? He he he…

Ayo Wisata Tengah Malam di Aceh!

$
0
0
suasana Malam di Pulau Balai, Pulau Banyak Aceh Singkil
Wisata tengah malam? Di Aceh? Serius? Bukankah di sana tidak aman dan tidak boleh ada kegiatan hura-hura selepas jam sebelas malam. Halah.. itu hanya kabar angin yang berhembus untuk membuat Aceh tetap seperti sebuah daerah di antah berantah yang tak diketahui oleh banyak orang.

Bila wisata tengah malam selalu identik dengan wisata sex maka hal tersebut berbeda di Aceh. Negeri yang berusaha menjalankan roda pemerintahannya dengan landasan hukum Islam dan hukum Nasional ini, berhasil memberikan sebuah pengalaman berwisata yang tak terbayangkan oleh banyak orang. Daerah yang dirudung konflik selama puluhan tahun ini akhirnya berhasil bangkit, dan mengijinkan anda untuk menikmatinya mulai dari shubuh, sampai tengah malam.

Jadi, ngapain aja wisata tengah malam di Aceh?

  • Mandi Air Panas di Krueng Raya, Aceh Besar


Yups, bukan hanya di Ciater Bandung saja yang ada pemandian air panas dan buka 24 jam. Di Aceh pun tersedia. Walaupun tak sebagus di Ciater, tapi bukan berarti mandi di sini tak akan memberikan kesan yang menyenangkan. 

Letaknya yang cukup jauh dari kota Banda Aceh, membuat tempat ini menjadi seperti oase di malam hari. Kapan lagi coba, mandi air panas di tengah malam, sembari menikmati kerlap-kelip bintang. Sesekali akan terdengar suara burung hantu. Seru bukan? Hawa sejuk penggunungan berbaur dengan hangatnya air kolam pemandian. Menjadi sebuah sensasi yang dapat membuat kamu santai dan nyaman. 

suasana Malam Di pemandian Air panas, Aceh Besar

inilah nggak enaknya jadi tukang foto, selalu nggak ada gambar
Satu hal lagi, walaupun dibolehkan wanita juga ikut berkunjung ke sini, tapi pemandian air panas ini, bila malam hari hanya dikhususkan untuk pria. Jika kamu datang pada malam libur, bisa dipastikan akan ada begitu ramai pengunjung. Jadi sebaiknya, pilihlah malam yang tepat, yang cerah dan ajak beberapa temanmu untuk ikut serta.


  • Bersantap Sedap Bebek Kuntilanak 



Nah ini dia bagian favorite saya. Makan ditengah malam. Sekarang, di Aceh perlahan tapi pasti sudah banyak pilihan untuk santapan tengah malam. Mulai dari sate, mie Aceh, nasi goreng Aceh, sampai akhirnya bebek kuntilanak!

Bebek Kuntilanak ini, sebenarnya sudah ada semenjak jaman konflik Aceh, lalu apa yang menarik dari si kuntilanak ini selain dari namanya yang unik? Tempat untuk ke rumah makan ini juga terbilang cukup menantang nyali. Tapi, jangan takut, rasanya akan membayar semua rasa lelah dan penasaran kamu kawan

suasana tempat makan bebek Kuntilanak. 
Bukan hanya tempatnya yang membuat saya merasa berada di kampung tapi juga rasanya yang klasik. Yups, bebek Kuntilanak ini memiliki rasa klasik dari masakan ala desa. Aroma rempah khas Aceh yang menyeruak membuat saya tak dapat menahan diri untuk tidak menyantapnya segera setelah dihidangkan di hadapan saya.

Baca Juga : Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh. 

Dalam setiap gigitan, saya bisa merasakan U Neulheu (kelapa gonseng yang di giling sampai halus) begitu kental terasa. Di tambah rasa yang gurih dari santan yang berasal dari kelapa “setengah baya” membuat saya sulit untuk tidak mengatakan ini enak sekali! Sesekali ada rasa pedas dari cabai kering dan ada rasa sedikit asam yang berasal dari asam sunti. Yaitu belimbing wuluh yang sudah dikeringkan dan di campur garam.

Lokasinya ada di desa Gurah Kemukiman Peukan Biluy, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar. Nomor telepon; 085238502520 Pak Nasir

  • Hunting foto Tengah malam

Gedung Bank Indonesia Peninggalan Jaman Kolonial Belanda di Banda Aceh, Foto By : Teh Ratri ( www.ratri.net)
Memang harus diakui, di Aceh tidak terlalu banyak pilihan wisata ditengah malam. Akan tetapi, bukan berarti kamu tak bisa menikmati kota Banda Aceh di waktu dini hari. Bagi kamu yang suka street photography malam hari, kota Banda Aceh menjadi salah satu lokasi yang cocok untuk hal tersebut.

Beberapa lokasi hunting adalah bangunan jaman kolonial Belanda yang tersebar cukup banyak di tengah kota. Bahkan, pemandangan malam masjid raya Baiturrahman Banda Aceh pun tak kalah menarik.

Aman? Ah saya rasa tak perlulah kita membahas aman atau tidak. Silahkan teman-teman nikmati sendiri keadaan tengah malam kota yang berlabel syariat Islam ini. Benarkah seperti apa yang ditakutkan oleh banyak orang atau tidak?


Pesona Takengon, Menyusuri Asal Muasal Gayo di Loyang Mendale

$
0
0
Pesona Takengon,
“Oh, justru mas Yud harus ke Takengon. Kalau ingin berbicara kehebatan sejarah Aceh, ada di sana” 
Mas Stanov menjelaskan kepada saya dengan sedikit berteriak. Maklum, sesuara kami berlomba dengan suara deru mesin kapal cepat dan air yang bergemuruh. Pagi itu, saya dan mas stanov baru saya bertemu akan tetapi pembicaraan mulai menarik tatkala saya mengetahui kalau ternyata beliau adalah salah satu arkeolog yang melakukan penelitian dan penggalian di Loyang Mendale, Aceh Tengah.


Kapal berjalan menuju Sabang, tapi hati dan pikiran saya mulai merambah nun jauh ke tengah provinsi Aceh. Takengon. Berkali-kali sudah saya mengunjungi dataran tinggi Gayo ini. Baik untuk liburan bersama keluarga maupun untuk menunaikan tugas kerja. Bagi saya, Gayo, bukan lagi sesuatu yang asing. Masam Jing yang rasanya semberiwing, kopi Gayo apalagi, sudah menjadi bahagian keseharian saya. Tapi, saya tak pernah menyangka kalau Gayo, lebih dari itu semua.

April lalu, seperti mimpi. Doa demi doa terijabah. Betapa bahagianya. Istri hamil anak ketiga (sst..jangan komentar apapun tentang ini ya), saya seolah tak berhenti jalan semenjak awal tahun. Mulai dari Aceh Tenggara, Gayo Lues, lalu berlanjut lagi ke Bali, tak lama berselang, panggilan ke sabang pun datang. Sampai akhirnya, panggilan yang ditunggu-tunggu datang juga. Saya diajak Famtrip oleh tim Pesona Indonesia! Yeaaay!

Pesona Takengon,
adakah yang kamu kenal diantara mereka?
Perjalanan ke Takengon kali ini memang menjadi sebuah perjalanan yang tak terlupakan. Pertama karena ini dalam rangka Famtrip Pesona Takengon bersama beberapa blogger nasional (yang mau bahas blogger interlokal dan local geser dulu ya..) dan, tentu saja, Itenary-nya!

Hampir saja gelas kopi sanger saya tumpah tatkala saya membaca itenary nya! Loyang Mendale, dan Pantan Terong! Alamak.. meleleh hati ini. Bagaimana tidak, dua tempat itu adalah tempat idaman saya. yang satu membahas sejarah melalui makam kuno, yang satunya lagi sebuah puncak tertinggi di kota Takengon dengan view yang aduhai.

Saya, sempat meminta supir dan guide untuk berhenti sejenak. Sesaat sebelum sampai ke tujuan.  Saya selalu ingin mengabadikan sebuah masjid tua yang berada tak jauh dari bibir danau. Jangan, jangan Tanya kepada saya apa cerita dibalik masjid tua itu, karena saya sendiri tak paham. Mungkin, karena itulah saya harus balik lagi ke Takengon.

Pesona Takengon,
Masjid Tua yang berada tak jauh dari tepian Danau Lut Tawar, Aceh tengah
Puas dengan beberapa photo yang hanya bisa diambil dari luar pagar masjid, mobil rombongan kami pun kembali melaju. Tak sampai sepuluh menit, mobil kembali berhenti. Dan bang akhi, guide kami meminta kami semua turun. “inilah Loyang mendale. Tempat ditemukan manusia kuno” katanya. Sontak, saya turun padahal masih ngantuk.

Sudah lama saya sebenarnya penasaran dengan asal muasal etnis gayo ini. Belum lagi dengan beberapa literature mengatakan kalau tari saman yang berasal dari tanah gayo ini dibawa oleh seorang pendakwah dari Jazirah Arab. Artinya, Gayo, sudah maju sejak dahulu kala. Etnis ini, bukanlah etnis yang tak punya sejarah besar. Penemuan kerangka manusia purba ini semakin mengukuhkan keberadaan Gayo sebagai salah satu suku tertua di dunia.

Loyang ( sebutan gua dalam bahasa Gayo) Mendale ini sebenarnya tak ubahnya seperti sebuah ceruk dipinggiran bukit-bukit karst yang membentang di kiri kanan danau Laut Tawar yang indah ini. Sekilas, seperti tak ada apa-apa. Hanya ceruk biasa. Tapi, tatkala saya menyempatkan naiki ceruk dengan batuan kapur berada dibagian atasnya, barulah saya paham, kalau itu bukan hanya sekedar ceruk. Melainkan sebuah museum purba yang berada langsung di alam.

Pesona Takengon,
Bekas penggalian fosil di Loyang Mendale, Aceh Tengah
Beberapa replika tengkorak manusia purba tersusun rapi persis sesuai saat pertama kali ditemukan. Total yang terlihat itu ada 3 replika. Walaupun menurut beberapa sumber dan buku, kalau total yang berhasil ditemukan 12 kerangka manusia purba yang tersebar di beberapa ceruk sepanjang danau Laut Tawar.

Ah, tak menarik. Iya, memang. Sepintas hanya terlihat ceruk dengan bekas galian, dipasangin tali raffia yang melintang sepanjang tempat penggalian. Beberapa sisa gerabah juga terlihat berserakan begitu saja. Tak ada guide yang bisa menjelaskan keadaan tersebut, hanya papan pengumuman singkat yang menceritakan sepintas mengenai tempat itu.

Mungkin, bila diawal bulan april lalu saya tak bertemu dengan mas Stanov.  yang dengan antusiasnya  menceritakan kehebatan penemuan Kerangka manusia Purba gayo ini, maka bisa dipastikan saya pun tidak akan ngeh akan tempat hebat ini.

Kawan, bila ada diantara kamu yang membaca tulisan ini, kerangka tertua yang berhasil dideteksi itu berumur 7400 tahun! Tahukah kamu itu apa artinya? Teori sejarah yang mengatakan kalau manusia Indonesia itu berasal dari Austronesia terbantahkan!

Kapak Persegi yang ditemukan sekitar Loyang Mendale, kini telah dipindahkan ke Loyang Putri Pukes
Replika Fosil Manusia Purba
Bangsa Austronesia yang diperkirakan pernah bermigrasi ke Gayo atau wilayah Indonesia barat lain, antara lain, dari Filipina dan Taiwan melalui Sulawesi. Dengan temuan fosil manusia purba ini, pada periode 4.400 sebelum Masehi hingga 300 Masehi, diperkirakan ada manusia dari Thailand yang bermigrasi ke Gayo.

Jadi begini, dahulu, para arkeolog dan sejarawan menyakini kalau penduduk Indonesia pertama kali masuknya dari Filipina lalu ke Sulawesi lalu menyebar ke seluruh nusantara. Nah, dengan ditemukannya manusia tertua di Gayo ini, peta sejarah mulai berubah. Kerenkan? Artinya lagi, itu buku sejarah harus ditulis ulang Bro! Cuma gara orang Gayo.

iya, ini juga replika, dibuat sesuai aslinya. Dan memang ada batunya diatas tubuh mayat tersbut. 
Berbagai teori yang belum baku mulai bermunculan. Apakah dari tanah dataran tinggi Gayo, manusia menyebar terus sampai ke pesisir Aceh lalu membentuk berbagai komunitas suku. Atau, tidak hanya sampai di situ, beberapa teori juga menyebutkan bahwa ada kemungkinan kalau Suku Karo dan Batak,yang berada di Sumatra Utara berasal dari tanah tinggi Gayo. Mungkin bisa saja tak benar. Tapi satu yang pasti, saya merasa begitu tenggelam dengan semua pikiran dan analisa analisa “konyol” yang bermain di kepala ini.

Bukan hanya kopinya yang mendunia, tapi juga teori sejarah dunia mulai berubah karena di Loyang Mendale ditemukan sesosok mayat yang dikubur pada masa Neolitik. Yaitu sebuah perkuburan dengan kaki berlipat ke belakang. Di masa ini pula sudah masuk era kapak batu, beliung persegi, dan perkakas lainnya yang terbuat dari batu. Dan… itu bisa kamu lihat langsung di Kota Takengon. (duuh..dah macam buka buku sejarah sma lagi euy)

Kini, berwisata ke Takengon, Aceh Tengah, tak lagi hanya menikmati keindahan danau Lut Tawar, tapi kamu bisa menikmati wisata arkeologi yang sangat langka ada di negeri ini. Sembari menyeruput nikmatnya kopi gayo, berselimut sejuknya udara Takengon, kamupun bisa menambah wawasan sejarahmu yang pada akhirnya akan membawamu menyadari satu hal. Pesona Indonesiaitu memang luar biasa!




***Good To Know 

  • Loyang Mendale merupakan situs prasejarah yang terletak di Kebayakan, Takengon, Aceh Tengah. Situs ini berupa gua yang di dalamnya terdapat fosil manusia, tulang gajah, dan berbagai artefak. Loyang Mendale ini menjadi lokasi wisata edukasi bagi warga sekitar Takengon karena fosil ini merupakan sejarah dan cikal bakal peradaban Gayo.
  • Austro Melanesoid nenek moyang manusia Wajak (purba) yang tinggal di Barat Indonesia. Ciri fisik manusia ini ada campuran ciri Mongoloid, orang Mongol di Asia Timur. Perkampungan Austro Melanesoid dapat ditemukan di Sumatera Timur dan Utara dekat Medan, dekat dengan Langsa di Aceh serta di Perak, Kedah, dan Pahang, Malaysia.
  • Penemuan itu juga dianggap membuktikan manusia di Aceh dan Sumatera secara umum telah ada di muka bumi ini sejak 7.400 tahun lalu 
  • Kamu juga bisa ngecek informasi lainnya mengenai Pesona Takengon dengan menggunakan hastag #PesonaTakengon di IG, atau Di Twitter. 

Menyusuri Jejak Sejarah Pusat Karantina Haji Pertama Di Indonesia

$
0
0
Menyusuri Jejak Sejarah Pusat Karantina Haji Pertama Di Indonesia

Pulau Weh, Aceh. Siapa yang tak kenal pulau ini? Pulau lebih dikenal dengan sebutan sabang ini telah diabadikan dalam judul lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” ciptaan R. Suharjo. Kini, lagu yang menjadi lagu nasional tersebut berhasil mengantarkan Sabang lebih dikenal dibandingkan nama Pulau weh itu sendiri.

Tapi, itu perkara lain dan tak ingin saya bahas. Toh, sisi positifnya juga ada kan? Jadi, agar lebih mudah dan lebih familiar, saya akan menggunakan istilah sabang saja ya?

Saat membahas Sabang, apa yang terlintas dalam benakmu, kawan? Pasti laut, laut, dan laut. Mentok-mentok baru berbicara tentang Tugu Nol Kilometer Indonesia, kan? Gam, tahukah engkau kalau pulau terbarat ini lebih dari sekedar itu semua? Tahukah kau, Gam, kalau dahulu, pelabuhan tercanggih di Indonesia ada di Pulau ini? Satu-satunya pelabuhan Indonesia yang pertama kali menggunakan tenaga listrik untuk derek bongkar muat barang. Sehingga hal tersebut membuat pelabuhan alam terbaik ini menjadi primadona bagi kapal-kapal dari luar negeri yang ingin masuk atau keluar selat Melaka.

Ini belum lagi, dengan system floating dok-nya yang cukup canggih. Dimana setiap kapal yang sulit merapat untuk naik dok, tidak perlu harus repot-repot ke tepian. Akan tetapi bisa langsung diperbaiki di tengah laut.

Yups, benar sekali Gam, saya ingin mengajak kalian untuk menjelajah Sabang lebih jauh. Tidak hanya sebatas alam bawah lautnya yang sudah meusyuhue ban si gom donya (terkenal ke seluruh dunia). Tapi jauh sebelum itu, pada era kolonial, Sabang menjadi sebuah pulau yang menjadi incaran para petualang. Bahkan, dalam salah satu literature sejarah, pulau ini sempat ditawarkan oleh Sultan Aceh terakhir untuk Amerika.

Konon, beliau ini salah satu Ulama/ atau istrinya Ulama Aceh. Dan nama pulau ini diambil dari nama Beliau
Betapa pulau ini memiliki begitu banyak  pesona. Bahkan Jepang, tatkala berhasil menguasai Indonesia, menjadikan pulau Weh atau Sabang sebagai pusat pertahanan pertamanya. Saya lebih senang menyebutnya sebagai the Little Iwo Jima Island, sebuah pulau yang menjadi tempat pertahanan terbaik tentara Jepang saat perang asia pasifik ( sumber Wikipedia). Yups, di Sabang, kamu akan menemukan begitu banyak lorong-lorong Jepang. Tenang, saya akan membahasnya di postingan yang lain. Soalnya, saya menemukan sebuah benteng yang aduhai.. sabar ya Gam..

Pusat Karantina Haji Pertama Di Indonesia

Syahdan, umat muslim di Aceh setiap tahunnya selalu melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Ketika Aceh masih merupakan daerah kesultanan, semua umat muslim di Aceh berangkat Haji wajib melalui pulau Weh, Sabang. Bahkan, sebagian harus singgah dahulu di pulau Rubiah.

Pulau Rubiah, sebenarnya hanya  pulau kecil yang terletak persis di depan pantai Iboih. Tempat biasanya para wisatawan menikmati panorama bawah lautnya. Tapi tak satupun yang tahu kalau dalam pulau kecil itu masih tersimpan sebuah sejarah yang kaya luar biasa.

bangunan yang hancur di kiri kanan itu adalah bangunan karantina haji
 yang hancur di bombardir tentara jepang
Sisa-sisa tapak bangunan
Pulau inilah tempat Belanda, mengelontorkan begitu banyak guldennya untuk membangun sebuah fasilitas Karantina haji yang luar biasa canggih. Bayangkan Gam, tahun 1900 awal di pulau kecil ini sudah ada sistem drainase. Penyulingan limbah, Kran air bersih, toilet yang airnya selalu tersedia. Lalu, belum lagi sistem pengobatan para jamaah haji yang baru tiba dari Arab Saudi.

Beberapa tangki subsitank masih terlihat jelas. Saya sesekali terperanjat saat melihat betapa besarnya tempat penampungan limbah residu dari sistem pencernaan manusia ini. Bahkan, menurut mas Stanov, bapak dari Badan Arkeologi Medan yang menemani perjalanan saya kala itu, kalau melihat dari desain sistem pengaliran air yang rumit dan efisien, maka bisa dipastikan di pulau rubiah ini, para jamaah haji yang akan berangkat atau pun baru tiba, sudah merasakan kehebatan dari cara kerja para engineers Belanda.

ini adalah salah satu bak penampungan Air/Limbah
Bak tampung air yang luar biasa besar, dan menariknya, bak penampungan air bersih ini selalu di isi dengan menggunakan kapal laut. Biasa? Bagaimana kalau saya katakan, bak tersebut terletak di posisi paling tinggi di pulau tersebut. Kalau hari ini tracking akan memakan waktu selama hampir 20 menit. Lumayan bikin nafas sengal-sengal, kan? Lalu, air tersebut dialiri ke seluruh pulau. Dan, itu terjadi di awal abad 20 (1920an)

Oh iya, hampir saja saya lupa. Kalau perjalanan kali ini dalam rangka LASEDA alias Lawatan Sejarah Daerah yang diadakan oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya Aceh. Makanya saya bisa ditemani oleh pak Stanov seorang arkeolog muda yang sudah jatuh cinta dengan Aceh. Dan, perihal event yang dihadiri sebagian besar oleh dedek emesh ini, akan saya ceritakan dilain kesempatan (again?? )

Sebenarnya, ada dua pulau di Indonesia ini yang menjadi cikal bakal asmara haji Indonesia. Pertama ada di pulau Weh tepatnya di pulau Rubiah. Lalu satu lagi ada di pulau Onrust, Daerah khusus ibukota Indonesia tercinta.

bangunan yang telah direnovasi tahun lalu ini,
mulai terlihat rusak kembali karena tak ada perawatan


Menariknya, pemerintahan Belanda yang menguasai Aceh kala itu, terpaksa membangun fasilitas karantina haji di pulau Weh karena alasan politis. Pertama, pulau ini merupakan pulau terdepan jadi Belanda harus menjaganya dengan ekstra ketat. Ketika karantina haji belum ada dan pengurusan keberangkatan haji belum diatur oleh Belanda, masyarakat Aceh ramai yang pergi haji melalui para saudagar atau hulubalang pemilik kapal-kapal besar. Dan biasanya, ketika mereka kembali ke tanah air, Semangat juangnya pun akan semakin besar dan turut mempengaruhi semangat juang masyarakat Aceh lainnya.

Akhirnya, dengan adanya karantina haji ini, yang sekaligus menjadi pintu keluar masuk jamaah haji, Belanda bisa mengontrol siapa yang akan menjadi potensi konflik di Aceh nantinya. Lalu, ujung-ujungnya, muncullah gelar haji bagi mereka yang sudah kembali dari menunaikan rukun Islam ke lima ini. Semuanya, lagi-lagi demi kepentingan politik pemerintahan kolonial kala itu.

Masjid Pertama di Kota Sabang, sebagai tempat persinggahan awal jamaah haji indonesia. 
Begitulah Gam, pulau terbarat Indonesia ini memang kecil. Sepintas kita tengok sekarang, macam tidak ada apa-apa dia. Tapi sesungguhnya, pulau weh, menyimpan begitu banyak kekayaan sejarah Indonesia masa lalu. Dan, karena ini pula, salah satu asbab kenapa Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah. Karena semua jamaah haji ketika hendak ke tanah suci, harus mampir dulu ke Sabang. Lalu, duduk bermufakat di sebuah masjid kecil yang terletak tak jauh dari pinggir dermaga kota Sabang.

Penasaran? Sudah, bungkus baju, kau jalan teros ke Sabang besok pagi, ya, Gam?

tangga ini masih asli, sayangnya mulai tak terawat. kamu untuk mendapatkan tangga ini harus
menyusuri warung-warung yang berjualan di pulau Rubiah





The Light Of Takengon, Aceh Tengah

$
0
0
Pesona Takengon,

Seolah tak pernah ada habisnya. Sebuah perjalanan selalu memberikan kisah dan kasih tersendiri. Ini bukan pertama kalinya saya ke Takengon, sebuah kota kecil yang terletak di kabupaten Aceh Tengah. Pun, saya percaya ini (insya Allah) bukanlah yang terakhir kalinya. Tanah dataran tinggi gayo, seolah selalu memanggil siapapun untuk kembali. Mungkin, hal itu pulalah yang selalu membawa saya kembali lagi ke sini.

Awal kepulangan saya dari Sabang, saya sempat berjanji dalam hati untuk duduk tenang dulu di rumah sembari menyelesaikan beberapa kerjaan yang tertunda cukup lama. Tapi, tatkala telepon gengam saya tiba-tiba berbunyi dan sebuah nomor yang tertera begitu asing. Saya angkat. Ternyata, lagi-lagi sebuah tawaran kerja sama yang telah lama saya impikan. FAMTRIP PESONA INDONESIAdalam rangka mempromosikan #pesonatakengon. Betapa bangganya saya, jalan-jalan sekaligus mempromosikan provinsi Aceh itu sendiri.

Mungkin, bagi sahabat blogger yang berada di ibukota Indonesia, hal ini sudah hampir menjadi rutinitas tiap bulan. Bahkan sampai ada beberapa dari mereka yang bisa memilih kemana destinasinya. Tapi bagi saya? Ini adalah impian semenjak awal ngeblog dulu. Bukan hanya soal menyandang Pesona Indonesia, tapi sekaligus belajar banyak hal atau lebih tepatnya dapat sharing knowledge dari teman-teman blogger ibukota.

sudut Kota Takengon


Bur Gayo Hill
Antara berat hati dan bahagia, saya akhirnya memutuskan berangkat. Hebatnya, bila biasanya saya ke Takengon via darat menggunakan mobil keluarga, yang jarak tempuhnya berkisar antara 6 sampai 8 jam perjalanan. Kini, saya harus naik pesawat. Alamaaak… Orang Kayah Anakmu kini mak! Jadi, Banda Aceh- Medan, Medan-Bener Meriah. Lalu, naik mobil dari kabupaten Bener Meriah ke Takengon. Sumpah! Berasa banget jadi kece sesaat. Tetiba umurpun muda lagi.

Selama 4 malam 5 hari, saya dan lima penggerak social media lainnya, (Bang Andi Lubis-Photografer, Bang Ucok Sitorus-Instagramers, Salman Faris-Blogger Bogor, Omndut-Blogger Palembang, dan terakhir Aula-Blogger Aceh)mengeksplore beberapa tempat wisata di Takengon, Aceh Tengah. Ada yang membuat excited, ada yang membuat bête, karena tak ada atraksi apapun, ada yang membuat nostalgia dengan memori masa muda dahulu.

selfie di pantan terong, takengon

udangnya, alamaaaak


Beberapa Spot Destinasi yang menjadi favorite saya selama di Takengon adalah Pantan Terong, sebuah bukit tertinggi dikawasan Takengon sehingga pemandangannya menjadi begitu luar biasa. Lalu, tentu saja Loyang Mendale. Sebenarnya ada tiga Loyang yang kami kunjungi. Bukan, bukan Loyang untuk membuat kue bolu. Akan tetapi, Loyang dalam bahasa gayo itu berarti Gua/ceruk.
Loyang Putri Pukes, yang sebenarnya ini adalah salah satu asset yang begitu berharga malah kini dipugar terlalu berlebihan. Loyang koro, nasibnya tak jauh beda dengan Loyang pukes. Tapi kalau Loyang Mendale? Hmm.. ini museum alam yang luar biasa. Terutama bagi kamu penggila sejarah dan teori-teori evolusi. Percayalah, ada banyak hal yang akan bisa kamu pelajari di sini.

Kayanya Budaya Takengon

Takengon, bukan hanya bicara tentang keindahan danau Lut Tawarnya. Tapi juga akan berbicara soal manisnya nenas madu, soal gurihnya kopi arabika gayo, serta hebatnya adat dan budayanya. Saya beruntung, dapat menyaksikan salah satu tarian “mini” dari tanah Gayo ini. Tari Guel, namanya.

sunset di Danau Lut Tawar, Takengon

Taufik dan Alma sedang menarikan Tarian Guel
Tari klasik yang menceritakan tentang seorang pemuda dalam legenda masyarakat gayo yang bernama Sengeda anak Raja Linge ke XIII. Ia bermimpi bertemu saudara kandungnya Bener Meria yang konon telah meninggal dunia karena pengkhianatan. Dalam mimpi itu Bener Meria memberi petunjuk kepada Sengeda (adiknya), tentang kiat mendapatkan Gajah putih sekaligus cara meenggiring Gajah tersebut untuk dibawa dan dipersembahakan kepada Sultan Aceh Darussalam. Tujuan dari itu semuanya adalah untuk memikat hati sang putri Sultan yang begitu menyukai Gajah Putih.

Gerakan lembut dari penari perempuan berpadu dengan gerakan maskulin dari penari pria berlatar belakang danau Lut Tawar yang tenang. Ini, sesuatu yang begitu sulit dijabarkan dengan bahasa yang tinggi. Magnificent! Sesekali angin dari punggung bukit bertiup, cahaya semburat senja muncul dari balik awan dan bukit. Begitu syahdu.


Dan, inilah yang membuat saya selalu akan merindukan kesyahduan Takengon. Selain dari kopinya yang enak, tentunya.


Ini Video sederhananya (maklum lagi belajar ngedit dan ambil footage ) 


Budaya Ta’ziyah Di Labuhan Haji, Aceh Selatan [Guest Post]

$
0
0
Sunset, di Aceh Selatan. 
Labuhan Haji, Aceh Selatan, adalah daerah yang menjadi sebuah bukti kalau Aceh, ada hubungan yang erat dengan tanah Minang, Sumatra Barat. Di tanah ini pula, banyak dilahirkan ulama-ulama hebat Aceh. Sebut saja Teungku Peulumat yang bernama asli, Tengku Syekh Abdul Karim, beliau lahir pada tanggal 8 Agustus 1873 di Kota Baru Sungai Tarap Batu Sangkar Minangkabau Sumatera Barat. Ada pula Syekh Muda Waly Al Khalidy yang juga keturunan dari Batu Sangkar, Sumatera Barat. Jadi, jangan heran. Kalau kamu ke labuhan haji, sebagian besar masyarakat di sana berbicara dengan bahasa yang berdialek Padang.

Daerah yang berbatasan langsung dengan samudra hindia pada sisi barat ini, ternyata luput dari bencana Gempa dan Tsunami tahun 2004 lalu. Ada berbagai opini yang muncul. Tapi satu jelas, daerah yang dulunya merupakan salah satu tempat berangkatnya masyarakat Aceh ke tanah suci, Makkah, untuk menunaikan rukun Islam ke lima, Naik Haji.

Ada satu hal yang menarik dari kecamatan Labuhan Haji, Aceh Selatan ini. Yaitu budaya Ta’ziyah. Dalam Islam, berta’ziyah menjadi sunnah dilakukan. Tujuannya, untuk menghibur dan meringankan keluarga yang ditinggalkan atau yang tertimpa musibah kematian.

Di sini Desa Pisang Labuhan Haji Aceh Selatan, rumah duka tak usah memikirkan asap di dapur lagi. Karena, ketika ada yang meninggal,  warga setempat  akan dengan sigap untuk segera mengantarkan rantang untuk rumah duka.

Mereka semua berduyun-duyun mengantarkan sebanyak tujuh rantang yang berisikan nasi lengkap dengan lauk di pagi, lalu tujuh rantang lagi di siang. Sedangkan pada malam hari, ada 7 sampai dengan 12  rantang untuk makan malam keluarga yang tengah berduka.

FOTO BY  Fakhrizan Bin Mahyeddin

Menariknya lagi, setiap warga atau masyarakat setempat, sudah mengetahui kapan gilirannya untuk mengantarkan rantang tersebut. Menunya pun begitu luar biasa, mulai dari ayam goreng, bebek, ikan sambal sampai kuah gulai. Begitu beragam isi rantangnya.


Bagi mereka, masyarakat desa Pisang, Labuhan Haji, Keluarga yang sedang berduka, hanya cukup untuk menerima tamu saja  tanpa harus memikirkan perihal dapur.  Karena untuk urusan dapur, sudah ditanggung oleh masyarakat setempat yang secara bergotong royong bahu membahu bergantian mengantarkan makanan ke rumah duka. Baru pada hari ke Lima atau di hari ketujuh setelah jenazah dikebumikan, dapur rumah duka kembali mengepul sebagai mana sediakala.

FOTO BY  Fakhrizan Bin Mahyeddin

Termasuk dalam bentuk ta’ziyah adalah membuatkan makanan untuk keluarga yang terkena musibah. Ini sangat dianjurkan untuk menghibur mereka, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‎اصْنَعُوا لآلِ جَعْفَر طَعَاماً فَقَدْ أَتَاهُمْ أَمْر يشغلهُمْ -أو أتاهم ما يشغلهم-

“Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka sedang tertimpa (musibah) yang menyibukkan mereka.“ (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah. Hadist ini dihasankan oleh Syekh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah no. 1316)

Indahnya sunnah Rasulullah SAW. Begitulah kehidupan masyarakat Aceh khususnya pada Desa Pisang, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan.

By : Fakhrizan Bin Mahyeddin
Penulis adalah Traveller Aceh yang juga pecinta budaya Aceh.

Silahkan cek akun instagramnya disini

anak muda kita. 

Wisata Batu Nisan Aceh, Batu Sejuta Cerita

$
0
0
batu nisan Aceh di Lampulo, banda Aceh foto by : Era Maida
  Aceh, dalam berbagai literature sejarah di dunia mengatakan, kalau Ia adalah salah satu negeri bawah angin kesultanan Turki Ottoman terbesar pada abad ke 16 Masehi. Namun, bila kamu bertanya, dimanakah bukti kebesaran dari kerajaan Islam Aceh kini?

Daerah kekuasaan kerajaan kala era Kesultanan Islam Aceh meliputi sebagian semenanjung Melayu Malaysia, yaitu Pahang dan Kedah. Di pesisir barat Sumatra, Kesultanan sempat menaklukkan kerajaan Padang. Sedangkan di pesisir timur Sumatra, Aceh berhasil menjadikan Kesultanan Riau, menjadi daerah jajahannya. Begitu luasnya kawasan jajahan Aceh saat itu, sebenarnya cukup memberikan bukti, bahwa Aceh sangat wajar disebut sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam Di Nusantara.

Bahkan, Aceh, berhasil menjadikan kawasan barat Jawa sebagai daerah yang ikut dikomandoi oleh Aceh. Walaupun mungkin seperti system Negara Serikat. Begitulah, bangsa begitu besar ini, seiring perkembangannya Aceh menyusut menjadi hanya seperti yang dikenal hari ini. Kembali ke pertanyaan awal, dimanakah bukti kebesarannya kini?

Batu nisan dihadapannya adalah batu nisan anak-anak pada kerajaan lamuri
Kala Belanda berhasil mengalahkan kerajaan yang dipimpin Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat, Sultan Aceh terakhir yang bertahta pada tahun 1874-1903. Seluruh bukti yang menunjukkan kebesaran Aceh dihapuskan. Masjid raya baiturrahman dibakar. Lalu diubah dengan model Khas Eropa dan India (Taj Mahal) ala Belanda. Bahkan tak tanggung-tanggung, bangunan kerajaan dibakar sampai ke pondasinya. Lalu, dibangunlah pendopo khas Netherlands. Ini belum lagi ketika berbicara perihal jilbab Cut Nyak Dhien.


Jadi, wajar bila akhirnya tak banyak yang mengenal Aceh dengan baik. Bahkan beberapa anak Aceh sendiri tak paham kalau Aceh dahulu begitu besar dimasanya.

Beberapa hari lalu, saya berkesempatan mengenal Aceh melalui batu nisan para pendiri negeri ini. Batu Nisan? Iya, batu nisan. Menurut bang Muhajir yang menjadi guide di museum Aceh tempat dimana pameran temporer Batu Nisan berlangsung, mengatakan, kalau batu nisan Aceh begitu banyak cerita dan menjadi salah satu bukti kebesaran Aceh masa lalu. Sekaligus bukti kuat kalau Aceh adalah tempat dimana Islam pertama kali masuk ke Indonesia.

Pria yang berperawakan khas Aceh dengan muka sedikit ke arab-arab dan eropa ini menjelaskan begitu bersemangat. Sesekali mukanya memerah tatkala saya menyinggung perihal penetapan Barus sebagai Titik Nol Islam di Nusantara.


“Bang Yudi, kalau abang tahu, Kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara itu adalah kerajaan Islam Samudra Pasai di Aceh Utara. Ada beberapa literature yang berbicara seperti itu.” Matanya berkaca-kaca. Gerak bibirnya tak beraturan, seolah menahan haru tatkala menceritakan kehebatan Aceh masa lalu. Sesekali ia mengajak saya tertawa. Sembari mencoba terus menjelaskan banyak hal tentang batu nisan Aceh.

Ia mengajak saya untuk mengenal nisan yang bertuliskan Batu Nisan Makam Orang Kaya Kapai ( kapal). Banner yang berdiri tepat di sudut sisi kanan museum ini, menjelaskan bahwa ia dikenal sebagai Orangkaya Kapai Laksamana Sri Maharaja Dibangsa Romero. Yang paling menarik dari foto batu nisan itu ykni, Si pemilik batu nisan tersebut adalah seorang PEREMPUAN dari negara Italia.


Muhajir menjelaskan kalau batu nisan era kerajaan Aceh Darussalam bisa membedakan gender. Mana yang Pria, mana yang Perempuan. Sampai di sini, saya tersenyum. Ternyata, lagi-lagi saya mendapatkan bukti kalau Aceh, begitu menghargai seorang Perempuan. Jauh sebelum negera barat menyerukan emansipasi wanita.

“ini baru satu nisan saja, kita sudah mendapatkan sebuah gambaran yang luar biasa, kan bang Yud?” celetuk Muhajir. Menyadarkan saya, kalau saya masih di museum Aceh. Bukan di abad ke 17 masehi. Tempat dimana wanita hebat itu melayarkan kapalnya untuk menghadang laju pasukan Portugis di selat Melaka. 

Saya membayangkan, Perempuan nan gagah ini, berparas begitu anggun namun juga tegas. seorang wanita yang memeluk Islam, dan memilih Aceh sebagai negeri tumpah darahnya. Padahal ia adalah seorang keturunan Italia.


Memang, yang dipamerkan tak banyak. Sebagian besar adalah beberapa nisan yang diselamatkan oleh Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh (MAPESA) karena nisan tersebut menjadi korban penggusuran yang mengatasnamakan pembangunan Aceh. Akan tetapi, apa yang diceritakan oleh Muhajir membuat saya enggan untuk melangkahkan kaki menjauh darinya. 

Bahkan sampai museum tutup pun, saya masih meminta ia dan beberapa temannya (termasuk Masykur, pemuda Aceh yang memahami begitu banyak manuskrip kuno Aceh yang akan saya ceritakan terpisah nantinya) untuk terus bercerita tentang kehebatan Aceh di masa lalu melalui penyebaran nisan-nisan Aceh yang mereka temukan.

Nisan Aceh kala itu, sempat menjadi bahan dagangan. Bahkan di ekspor sampai ke Filipina Selatan. Ternate, dan Sulawesi Selatan pun, ada ditemukan nisan-nisan dari Aceh. Maka jika demikian, tak salah kala saya mengatakan kalau Aceh punya hubungan sejarah dengan kerajaan Islam di Ternate dan Tidore.
Baca Juga : Aceh, Tidore, Dan Indonesia
Saya semakin termenung. Mendengarkan mereka bercerita secara bergantian. Sesekali muka mereka begitu serius tatkala membahas betapa sedihnya keadaan Batu Nisan Aceh yang kini tak diperdulikan sama sekali oleh pihak pemerintah Aceh. Tapi, apapun ceritanya, hanya batu nisan itulah salah satu bukti kebesaran Aceh masa lalu.


Memang, karena keadaan dan tempat yang terbatas, pihak museum hanya bisa menampilkan tiga tipilogi batu nisan Aceh. Yaitu Tipologi Nisan Era Samudra Pasai, Tipologi Lamuri, dan Tipologi Kerajaan Aceh Darussalam.


Acara Pameran Kontemporer Mengenal Batu Nisan Aceh yang digelar oleh Museum Aceh yang bekerjasama dengan Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumut-Aceh yang berlangsung pada tanggal 9 hingga 16 Mei 2017 lalu, menyisakan begitu banyak pertanyaan dan menguatkan asa saya untuk terus menyusuri nusantara ini, demi mencari kepingan puzzle sejarah Aceh yang hilang. 
Bang Muhajir, salah satu pemuda aceh yang begitu mencintai sejarah Aceh.


Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan

$
0
0
Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
Masih sanggup bang? Udah dekat kok!” Rajab, guide dari wisma Cinta Alam desa Ketambe, terus menerus menyemangati saya. ini adalah kali kedua saya belajar tracking. Sumpah! Capek pake banget! Pagi masih, tapi nafas sudah mulai seperti kuda binal yang habis berburu nafsu birahi. Setiap tarikan nafas begitu berat. Sesekali, tegukan air minum yang diambil langsung dari setiap mata air sepanjang jalur tracking menjadi pelipur lara.

Awi, Khairul, dan Romi, hanya tersenyum dan sesekali menertawai saya. wajar saja. Gaya saya tracking bukan seperti anak hutan apalagi anak gunung. Melainkan seperti anak alay masuk hutan. Sepatu kets modal endorse, celana jeans semi kantoran dan baju kaos lengan pendek. Apa yang terjadi? Ah sudahlah, jangan tanya berapa kali saya terpeleset setiap kali ada turunan. Jangan Tanya berapa kali lengan tangan saya yang mulus ini menjadi korban pepohonan berduri. Dan, pacat! Iya, ini juga pertama kalinya saya digigit pacat. Rasanya? Ah.. sudahlah.. terkadang saya nyesal mengaku sebagai orang yang cinta konservasi alam.

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
Orangutan Sumatra yang ada di Hutan Leuser, Aceh
Perjalanan masih terus naik turun. Terhitung sudah hampir 2 jam semenjak Rajab mengatakan “tidak jauh lagi.” Sedangkan menurut saya, tak ada setengahnya perjalanan ini menunjukkan ujungnya. Pelajaran pertama dalam dunia tracking, kalau guide bilang “ayo bang, udah dekat kok” percayalah, ini hanya untuk menyenangkan hatimu saja, kawan! Dua jam jalan naik turun bukit dan hutan, itu semua masuk dalam kategori “tidak jauh lagi”.

Diantara lelah, letih, lesu, tapi tidak ejakulasi dini, saya bersyukur. Akhirnya saya masuk hutan kebanggaan dunia. Hutan Ketambe yang sudah menjadi Stasiun Pusat Riset Orangutan tertua di dunia. Yups, walaupun saya tak bisa masuk ke pusat risetnya, tapi saya cukup puas bisa melihat orangutan liar yang ada di pinggiran hutan Ketambe.

Mata Air Panas Yang Unik!


Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
tetap bergaya dulu, walaupun dikaki banyak pacat!
Setelah puas melihat orangutan yang masih liar, saya tergiur kala Rajab mengajak kami untuk merasakan mandi air panas yang terletak ditengah hutan dan di antara aliran air sungai. Nah, jarang-jarangkan bisa mandi air panas langsung di sumbernya yang masih benar-benar alami kan? Terlebih lagi letaknya unik. Sudah di tengah hutan, di tengah aliran sungai pula! Iya, mata air panasnya itu ada di tengah-tengah sungai. Penasaran? Sama. Saya juga!

Demi menuntaskan rasa penasaran itu pula, saya menguatkan diri untuk terus melangkahkan kaki masuk lebih dalam ke hutan Ketambe. Hutan yang sedari dulu menjadi primadona wisata ecotourism bagi turis luar negeri. Awalnya saya sempat tak percaya saat Rajab mengatakan kalau nanti, di tempat pemandian, akan banyak buleyang mandi dan berkemah di sekitar air panas tersebut.

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
tenda bila kamu akhirnya menginap di dalam hutan

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
Bule, iya,, itu bule sedang merenung
Beruntung, tepat tengah hari, kami akhirnya tiba di lokasi yang dimaksud. Uap air panas memenuhi hampir seluruh permukaan air sungai yang mengalir cukup deras. Bau belerang menyeruak menembus hidung mancung ini. Sesekali, saya harus mengelap lensa kacamata yang dipenuhi oleh uap air panas. Bukan, saya bukan terharu karena akhirnya tiba juga di tengah hutan.

Bekal nasi kami buka, memamah biak menjadi agenda pertama kali yang kami lakukan. Maklum, perut lapar tak bisa membuatmu berpikir jernih. Apalagi beberapa bule tersenyum manja kepadamu. Duh.. Gusti... istriku di rumah… semoga saya tak khilaf.

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
beberapa bule sedang balik ke peginapan mereka
Tepat seperti apa yang diceritakan oleh Rajab dan Romi, kalau air panas ini unik. Mata airnya yang berada ditengah aliran sungai membuat perpaduan yang luar biasa. Tak ada dinding semen, tak ada kamar ganti, tak ada kamar bilas, semuanya hanya engkau dan alam liar. Wonderful!

Jujur, saya menjadi kemaruk. Saking kemaruknya, saya lupa, kalau saya tak bawa baju ganti. Pun jangan Tanya dimana celana ganti saya. Jeans coklat yang saya pakai itu menjadi korbannya. Dari pada harus menyesal dikemudian hari, bukan? Lebih baik terlanjur basah.

“Wadooow…!” saya memekik karena kaki saya terbakar oleh air panas. Perih sekali rasanya. Saya tak tahu kalau ternyata, ada begitu banyak mata air panas yang bercampur dengan aliran sungai ketambe ini. Jadi, kalau salah melangkah bersiaplah kakimu melepuh kawan.

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan

Romi menjelaskan, kalau cara yang paling mudah membedakan aliran air panas dengan air sungai adalah dengan melihat warna batu. Bila warnanya merah bata, maka itu ada air panas dibawahnya. Dan bila batunya berwarna bebatuan pada umumnya, insya Allah aman.

Pun demikian, lokasi tempat mandinya. Kamu harus berhati-hati untuk bisa mencapai posisi yang tepat dengan percampuran air yang tepat. Ini bukan kamar mandi hotel yang bisa kamu setting perpaduan air panas dan dinginnya sesuai kehendakmu. Salah cebur, kami menjadi cumi rebus!

Jadi, untuk yang pertama kalinya ke sini, saya menyarankan agar mengikuti semua intruksi dari guide. Kamu pun tetap harus menjaga kebersihan serta tata karma. Silahkan mandi dengan bertelanjang dada, sepanjang kaidah-kaidah tetap dijunjung tinggi.

Wisata Aceh Tenggara, Mandi Air Panas Di Tengah Hutan
inilah dia tempat pemandian air panasnya...
Hampir saja saya terlelap menikmati nikmatnya aliran air yang hangat sembari sesekali merasakan hawa sejuk alam. Bila bukan karena Rajab dan Romi mengingatkan kalau, jam 5 sore kami semua harus sudah kembali ke penginapan. Atau, tidur di hutan! Oh tidak, terima kasih. Saya belum siap mental untuk tidur bertemankan pacat. Kalau dia masuk kebagian anu gimana? Apa kamu mau tanggung jawab?

Alam Ketambe ini, memang luar biasa. Tatkala konservasi, ekonomi, dan wisata menjadi satu. Semuanya, terlihat begitu sempurna. Tak banyak tempat di dunia ini yang memiliki pemandian air panas yang unik seperti ini. Akhirnya, benarlah apa yang dikatakan oleh para Cerdik Pandai, bila kamu menjaga alam, maka alam akan menjagamu.

Saya, Romi, dan Rajab Credit Foto by : Khairul Gayo

&&&

** Perjalanan ini disponsori oleh Usaid-Lestari
** Photo Perjalanan credit by : Khairul Gayo
Viewing all 268 articles
Browse latest View live