Quantcast
Channel: FROM ACEH WITH LOVE
Viewing all 268 articles
Browse latest View live

Semangat Pagi Dari Pulau Balai, Aceh Singkil #CahayaAceh

$
0
0
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
anak anak di pulau Balai Aceh Singkil, laut adalah taman bermain bagi mereka
Saya beruntung, penyeberangan dari pelabuhan Jembatan Tinggi, Aceh Singkil ke pulau balai tak menemui kendala berarti. Angin yang sedari kemarin bertiup cukup kencang, saat itu, diam dan mematung.

Lautan berubah layaknya sungai. Tak berombak. Hanya beriak dan mengalun pelan. KM mutiara bahari menarik sauhnya. Lalu merayap perlahan keluar dari mulut kuala Jembatan Tinggi. Semakin menuju tengah laut, kapal kayu yang bermuatan 30 GT ini, semakin kencang. Sesekali, bang Musdar, sang pemilik sekaligus kapten kapal menyapa dengan ramah.
“udah ada penginapan kah di Pulau Balai nanti?”

Saya, Makmur, Khairul, Zulfan, dan Fakhri menggeleng seirama. Ya, Saya tidak berangkat sendiri saat itu. Kami berlima. Hanya fakhri yang sudah pernah ke Pulau Balai, yang merupakan ibukota dari kecamatan pulau banyak, Aceh singkil.
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
KM Mutiara Bahari Milik Pak Mus yang membawa kami menyeberang 
Empat jam perjalanan laut membuat saya sedikit limbung, tas carrier dan tas kamera tetiba terasa begitu berat. Rasa-rasanya, dimanapun kamar penginapannya, saya pasrah. Yang penting, saya bisa rebahan.
*****
Pagi sedikit mendung, ketika Makmur menyeru seperti orang yang melihat hantu cantik dari tanah Melaka. Saya, perlahan beranjak dari kasur, sisa-sisa rasa capek kemarin masih terasa. Punggung masih tertempel koyo yang berlabel jepang. Di perut masih bau minyak angin yang beraroma terapi, walaupun sampai akhirnya Saya bingung membedakan antara wangi lafender dengan wangi angin yang keluar karena efek minyak angin tersebut.

Mata tak sanggup Saya buka. Sinar mentari pagi begitu terang menyinari pagi yang terlihat sendu. Seketika itu, keadaan berubah. Suara camar laut memekik bersahut-sahutan. Beberapa boat robin mulai hilir mudik. Ada yang ke Arah Teluk Nibung, yang terletak di utara pulau balai, ada pula yang mengarah ke Pulau Haloban yang berada disisi sebaliknya.

Makmur masih sibuk dengan handphonenya. Sesekali ia merubah posisi duduknya. Dari teras lantai dua Homestay Muarmata, kami berdua bisa dengan leluasa menikmati hangatnya mentari pagi di pulau balai. Beruntungnya lagi, kamar-kamar kami, menghadap ke arah pelabuhan rakyat.

Anggota team yang lain masih meniup sisa-sisa mimpinya di dalam kamar masing-masing. Sedangkan ikan Gerapu yang berada di penangkaran sudah sibuk mengejar umpan yang dilemparkan oleh sang penjaganya.

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
Sunrise pertama di pulau balai...

“wuih..keren kali..sunrisenya”

Makmur terus-terusan bercakap layaknya seorang pria yang baru di terima cintanya. Iya, sunrisenya keren!

Dihadapan kami, terhampar teluk kecil nan tenang. Beberapa masyarakat menyebutnya teluk desa Balai. Di ujung teluk di sisi utara, terlihat sebuah jembatan baru yang baru saja selesai diresmikan oleh gubernur provinsi Aceh. Yang menghubungkan antara pulau balai dengan pulau lhok nibong. Di arah timur, ada dua tanjung yang membentuk seperti pintu gerbang. Di sisi selatan, beberapa keramba apung milik warga desa tersusun rapi. Sebuah model landscape yang sempurna bagi mereka yang menggilai dunia photography.

Saya hanya duduk, sesekali menyeruput kopi yang Saya bawa dari Banda Aceh. Hangatnya kopi dan hangatnya matahari pulau balai ini seolah serupa. Klik… klik.. satu dua foto Saya ambil. Maklum saja, sunrise adalah musuh bebuyutan sepanjang Saya menyukai dunia perjalanan. Apalagi kalau bukan karena Saya sulit sekali bangun pagi. Bangun pagi itu berat jenderal!

Tuhan menciptakan sesuatu memang tiada sia-sia. Mentari yang bangun dari pelataran, lalu merambat naik meninggalkan garis horizon menuju sepenggalan kepala. Bersamaan dengan itu pula, kehidupan di pulau balai menggeliat. Beberapa warung mulai buka satu-satu. Beberapa anak sekolah, mulai riuh sembari berkejar-kerjaran menuju ke sekolah yang terletak di sisi barat pulau.

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
pulau kecil tapi padat ini, begitu eksotis

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
suasana di warung kopi di pulau Balai, aceh Singkil
Saya memutuskan untuk menikmati sensasi ngopi di pulau balai. Kebetulan tak jauh dari penginapan, ada sebuah warung kopi. Terlihat klasik. Bila Saya harus membandingkan dengan gaya warung kopi yang berada di Aceh daratan.

Di sini, Saya kembali merasakan sebuah kehangatan yang luar biasa. Senyum beberapa pemuda dan tetua kampung menyeringai. Gigi geligi mereka yang putih terlihat kontras dengan wajah mereka yang berkulit eksotik khas kepulauan. Seorang bapak mempersilahkan kami duduk bersamanya, semeja. Pak Abdul Aziz namanya. Pria yang sudah berumur 55 tahun ini, mulai bercerita banyak hal kepada Saya dan Makmur. 

Sesekali ia tertawa. Sesekali ia mengatakan, kalau ia sangat senang bila ada pemuda tanggung seperti kami ini yang mau duduk berbaur dengan masyarakat desa pulau balai.
Seruput demi seruput kopi, gelas mulai kosong. Perut pun mulai terisi. Beliau ijin pamit lebih dulu. Karena harus ke ladang yang berada di sisi timur pulau. Di sana, ia ada menanam cengkeh, kelapa, dan beberapa tanaman holtikultura lainnya. Sapaannya yang hangat, senyumnya yang renyah, rangkulan tangannya yang ramah. Membuat saya percaya, kalau kehangatan ini adalah sifat asli masyarakat yang bermukim di kecamatan Pulau Banyak ini.

“Saya berharap, dari kalian, yang muda-muda ini, bisa memberikan cerita yang sesungguhnya tentang keadaan Pulau Balai dan pulau-pulau lainnya di pulau banyak. Kita di sini aman, nyaman, tenang. kami di sini, juga membuka tangan lebar-lebar kepada setiap wisatawan yang datang ke sini. Perikanannya bagus, pulau-pulaunya yang cantik. Kami juga sudah memulai konservasi terumbu karang. Dan, alangkah baiknya, bila ada investor dari luar yang mau membantu kami di sini. “

Sebuah pesan yang mendalam dan seolah beliau begitu percaya kepada saya dan makmur. Begitulah, apa yang saya dengar selama ini, ternyata salah. Mereka begitu hangat. Sehangat cahaya pagi dari sisi timur Pulau Balai. 
  
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
masih sunrise


Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
coba ambil pake hape keluaran cina
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
boat robin layaknya sepeda motor bagi mereka

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
tetep bawa anggota :D

&&&

Perjalanan ini disponsori oleh Dinas Pariwisata Aceh, dalam rangka Branding The Light Of Aceh dan Wisata Halal Aceh

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh

$
0
0
wisata halal aceh
sunset di pantai daerah bakongan, Aceh Selatan
“Hei!, tidak sholat?” sergah seorang bapak tua kepada saya, sembari ia terus tergopoh-gopoh masuk ke dalam pelataran masjid Agung Istiqamah, kota Tapaktuan, Aceh Selatan.
Bilqis masih terus merajuk dengan sesekali menangis. Bocah kriwil ini, kalau sudah merajuk dia memang sedikit sulit untuk dirayu. Sejuta rayuan pulau kelapa tak laku padanya. Ziyad, lain hal. Bila dia sudah menyenangi sesuatu, maka akan sulit untuk dilarang. Sepanjang perjalanan dari Banda Aceh menuju Aceh selatan, untuk selanjutnya ke Aceh Singkil, ziyad dan bilqis sedang tidak sehat.

Sesekali mereka berdua batuk. Sesekali demam tinggi. Perjalanan sudah memasuki setengah jalan. Tidak mungkin mundur kembali ke Banda Aceh yang berjarak delapan jam jalan darat. Saya mencoba menguatkan hati. Begitupun dengan istri, ini perjalanan kami terjauh bila akhirnya kami berhasil menginjakkan kaki ke Pulau Banyak.

Foto kiriman hikayatbanda.com (@yudiranda) pada

Kami tidak hanya berempat, melainkan ada 4 orang lagi rekan se-team Famtrip Susuri Cahaya Aceh di Pantai Barat. Beberapa rekan sempat mengkhawatirkan keadaan kedua bocah saya, tapi, resiko sebuah perjalanan keluarga dengan jarak tempuh hampir 21 jam via darat adalah sesuatu yang harus ditanggung oleh saya dan istri.

Perkarangan masjid Agung istiqamah kota tapaktuan memang tidak sebesar dan semegah masjid Agung kabupaten/kota lainnya di provinsi Aceh. Muadzin telah mengumandangkan iqamat dengan bertalu-talu. Saya masih duduk di pelataran masjid. Mendiamkan bilqis yang masih saja menangis sembari diselingi batuk. Ziyad telah lari mengejar ibunya ke ruangan wudhu khusus wanita.

Selembar kain sarung berwarna hitam dengan motif khas Aceh gayo saya bentangkan untuk menyelemuti tubuh anak gadis berambut kriwil ini. Dan,

Tragedy terjadi…

“Hei!, tidak sholat?” sergah seorang bapak tua kepada saya, sembari ia terus tergopoh-gopoh masuk ke dalam pelataran masjid Agung Istiqamah, kota Tapaktuan, Aceh Selatan. Mukanya serius. Air mukanya yang teduh menyiratkan bahwa ia sepertinya serius mengatakan hal tersebut kepada saya. Iya, kepada saya yang duduk sembari sibuk mendiamkan bilqis.

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh
suasana di dalam masjid Agung Tapaktuan (foto by : wisataaceh.net/zlvn.net)
Seribu bahasa saya terdiam. Dengan berusaha tersenyum, saya katakan kalau saya sedang menjaga anak. Sedangkan ibunya, tengah ambil wudhu. Si bapak yang berpakaian kemeja biru tersebut tersenyum. Dengan suara yang begitu ramah, ia meminta saya untuk bisa tetap shalat walaupun keadaan sedikit sulit.

Saya bingung, seolah tak percaya. Terakhir kali saya ditegur seperti ini di kota Banda Aceh, itu, sekitar 20 tahun lalu. Sekarang? Kota Banda Aceh mulai menjelma menjadi salah satu kota metropolitan. Ah, teguran bapak tadi membuat saya rindu kisah syahdu di masa lalu.


*****  
“Dari mana nak? Sepertinya kalian bukan anak-anak tapaktuan ya?” masih di tapaktuan Aceh selatan. (lagi-lagi) seorang bapak tua, cukup tua malah. Bila dilihat dari gigi geliginya yang sudah rontok satu persatu. Kami terdiam. Terperanjat seolah tertangkap basah sedang mencuri keindahan pantai yang di kecamatan Sawang.

Ntah, dari mana, tetiba bapak yang belakangan saya tahu bernama Abdul Muthaleb, lahir di kota Medan tapi memutuskan menghabiskan masa tuanya di Aceh, muncul tepat disamping saung tempat saya dan rekan lainnya berteduh dari panasnya mentari siang. Di tepi jalan nasional Banda Aceh – Aceh Selatan, di desa lhok pawoh, sawang, aceh selatan.

Fakhri, mencoba menjelaskan siapa dan apa yang sedang kami lakukan. Beliau hanya mengangguk-angguk. Lalu berujar “Ayo ikuti saya, di kampong saya ada air terjun yang cukup bagus tapi belum di angkat media”

Eh? Kok?

Dengan sepeda BMX yang terlihat tua, seperti tubuh rentanya, ia mengayuh dengan penuh semangat. Kontur jalanan yang naik turun bukit tak menjadi masalah baginya. Kami? Hanya mengikutinya dengan perlahan. Tentu saja dengan mobil.  

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh

Sepuluh menit kemudian, sebuah wahana alam yang keren tersaji dihadapan kami semua. Ziyad, dan bilqis bersorak gembira. Deburan air yang menabrak bebatuan cadas membuat sakit mereka hilang. Yang terpenting, lagi-lagi saya tersenyum dengan “teguran” seorang pria tua dari Aceh selatan ini. Tanpanya, mungkin air terjun “Tuwie Lhok” ini tidak pernah kami jumpai selama perjalanan menyusuri Aceh Selatan.

Cerita demi cerita mengalir menyejukkan seperti aliran air terjun yang membawa hawa sejuk ditengah siang yang terik di Sawang. Perlahan, saya merasa salut akan semua cerita yang terukir dari dirinya. Sosoknya begitu ramah.

wisata halal aceh
air Terjun Tuwie Lhok, di desa Lhok pawoh, Aceh Selatan
wisata halal aceh
air terjun Air Dingin di Aceh Selatan
 Inilah sebenarnya pesona dari Kabupaten Aceh Selatan itu, keramahan penduduknya yang tiada tara. Mereka tak memandang pendatang sebagai sesuatu yang menganggu. Seharian saya mengelilingi Kabupaten yang terkenal dengan legenda Tuan Tapa melawan naga ini, saya mendapatkan sebuah pelajaran menarik. 

Tapaktuan ternyata begitu sejuk di hati. Raut muka yang ramah berbalut senyum manis dari bibir yang mengembang. Bersanding dengan pesona alam yang luar biasa. Maka sungguh, sangat sayang bila setiap kali perjalanan menyusuri pantai barat Aceh, kamu tidak menyinggahi kabupaten Aceh selatan, tempat awal mula legenda Tapaktuan berasal.

wisata halal aceh
Pantai Air Dingin Aceh Selatan
&&&

Perjalanan ini disponsori oleh Dinas Pariwisata Aceh, dalam rangka Branding The Light Of Aceh dan Wisata Halal Aceh

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi

$
0
0
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
Yuks main pokemon? foto by : makmur dimila
  Sesaat saya sempat meragu untuk melanjutkan perjalanan famtrip SUSURI CAHAYA ACEH DARI PANTAI BARAT. Sakit yang di derita oleh kedua anak saya tak kunjung pulih. Alih-alih berkurang, demamnya semakin tinggi. Beberapa kali saya menawarkan agar piknik kali ini hanya berakhir di Aceh selatan saja. Cukup sampai di sini.


Ada rasa tak nyaman ketika harus membawa mereka untuk meneruskan perjalanan yang terbilang cukup jauh. Banda Aceh-Aceh singkil, berjarak kurang lebih 17 jam perjalanan darat. Sebuah perjalanan terjauh yang akan ditempuh oleh Ziyad, dan bilqis. Ditambah 4 jam penyeberangan laut dari pelabuhan laut singkil ke Pulau Balai.

Sedari awal, saya sudah berjanji kepada Team, bila akhirnya anak-anak menjadi kendala dalam perjalanan, maka saya akan mundur dan pulang kembali ke Banda Aceh. Berat memang, tapi inilah yang disebut konsekuensi bukan?


“Ayah, adek mau ke pulau banyak..” lirih Bilqis ketika saya ajak ia untuk menetap di Aceh selatan saja. Toh, kota Tapaktuan ini juga menyimpan begitu banyak pesona alam yang tak kalah indahnya. Ziyad, juga melirihkan hal yang sama. Saya dan istri hanya bisa mengelus dada. Dan menguatkan diri, kita tetap jalan!

Jumat, 29 juli 2016, menjadi sejarah baru dalam perjalanan keluarga saya. Di Km Mutiara Bahari, kami duduk berempat. Memandangi bentangan laut yang tak bertepi. Siang yang cerah. Angin yang bertiup perlahan. Sayup-sayup memasuki selah-selah lambung kapal kayu yang baru saja dilarungkan di laut Sembilan bulan yang lalu. 
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
suasana dibelakang penginapan
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
jembatan kebanggaan masyarakat pulau Banyak
Sabtu pagi, beberapa elang laut terbang rendah, lalu menukik dan hap..! seekor ikan berhasil diangkat naik. Ziyad dan bilqis yang menonton pertujukan alam itu bersorak girang tanpa henti. Hingga akhirnya, saya baru sadar, kalau demam mereka sudah mereda. Batuk menghilang sendirinya. Wajah dan tubuh mereka kembali segar. Hey! Mereka sembuh!

Tepat pukul 8 pagi, bang Sunarwin, bersama dengan boat robinnya mendarat tepat di belakang penginapan yang kami huni untuk beberapa hari ke depan. Posisi kamarnya yang menghadap ke lautlah, yang membuat kami memutuskan untuk tidur di Homestay Muarmata. 

Boat robin bermesin ganda ini, akan menjadi puncak dari liburan kali ini. Menikmati island Hoping! Bukan di Maldives, tapi di Aceh! Bukan di karibia tapi di Indonesia! Degup jantung berdentang kuat. Langkah kaki saya percepat. Anak-anak saya gendong. Satu persatu saya turunkan kedalam boat bang sunarwin. Penjelajahan di mulai!


Tailana, Abang Datang!

Dari penginapan kami menuju ke arah utara, menyusuri teluk nibung, lalu memasuki bawah Jembatan Syeich Abdur Rauf As-Singkili yang menghubungkan Pulau Balai ke Teluk Nibung. Jembatan sepanjang 160 meter dengan lebar 3 meter yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Aceh beberapa hari sebelumnya. Bak berlayar diatas sungai, laut begitu teduh. Tak ada ombak yang beriak menghantam lambung boat. 

Hampir dua jam kami menyusuri lautan yang tenang. sesekali ditemani oleh ikan yang meloncat diatas permukaan laut. Sesekali, terlihat camar laut menukik tajam. Sesekali, ziyad menceburkan tangannya ke dalam laut. Ziyaaad…! Ibunya berteriak kaget.

“Itu Tailana” ungkap bang sunarwin sembari terus memainkan kemudi boat kayunya. Sesekali, ia menancap gas sehingga membuat mesin meraung-raung ditengah lautan. Sesekali, ia memelankan laju boat. Takut-takut boat kecil yang berisikan 9 orang ini akan menghantam terumbu karang yang tersebar di hampir seluruh pulau yang kami lewati.

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
Ini Tailana 
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
mandi yuks?
Air laut yang hijau toska, rimbun nyiur yang membentang hampir seantero pulau. kilauan air laut yang disinari mentari. di beberapa sudut pulau, pasir-pasir laut sedikit kasar memberikan sensasi yang berbeda. pasir-pasir ini menimbulkan efek kilatan cahaya bak berlian yang memantulkan sinar sang surya. Saya terhipnotis seketika. Pantas saja banyak yang menyebutnya bak surga di ujung Sumatra. Begitu indah. 

byuur…

“ziyaaad…” lagi-lagi ziyad berhasil memecahkan suasana yang syahdu dengan tingkah reaktifnya.
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
ziyad yang langsung nyebur. foto by : Safariku.com

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi

Bocah laki-laki yang baru berumur 4 tahun ini, dengan beraninya meloncat dari boat ke dalam laut. Untung saja, boat sudah berada di tepi pantai. Sehingga air laut tak terlalu dalam lagi. Kami semua terkesiap dibuat oleh tingkahnya. Silap sedikit saja, hap! Ziyad berhasil membuat sesuatu yang mengejutkan. Waspada dan siaga harus ekstra kali ini. 

Pak sunarwin hanya tersenyum melihat tingkah polah ziyad dan bilqis yang sibuk berenang di tepian pantai. Airnya sejuk, walaupun cuaca cukup terik. Air laut yang menyambut dengan manja membuat dua bocah ini begitu bahagia. Tiba-tiba Bilqis histeris!

“Ayaaah…” tak menunggu lama, yang tadinya saya dan istri hanya leyeh-leyeh santai di bawah pohon kelapa yang tumbuh rindang di tengah pulau, langsung berlari menyongsong di gadis kriwil yang mukanya terlihat begitu shock.

“ikan…ayah.. ikan” hayyah… begitulah, saking bersih dan jernihnya laut, ikan-ikan berenang secara bergerombolan terlihat jelas walaupun di pinggir pantai. Dan, bilqis menikmatinya. 
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
bunda Ziyad sedang cari keong, Foto by : makmur dimila
Di pulau Tailana, menurut penuturan bang Sunarwin, pawang boat robin sekaligus guide dadakan famtrip pulau banyak, adalah pulau yang aman untuk mereka yang ingin berlibur bersama keluarga dan anak-anak. Lautnya dangkal, pasir putih, dan bersih dari sampah-sampah yang membahayakan anak-anak. Bila ada dana lebih, sesekali saya disarankan untuk merasakan sensasi tidur di cottage Nirvana Diving yang ada di pulau ini. 

Beberapa turis terlihat bersantai di sisi lain pulau. Sedangkan team famtrip kami? Mereka sibuk mengejar pokemon-Go yang entah berjenis apa. Pulau nan sunyi dan indah ini, seketika menjadi pulau pribadi bagi dua orang bocah yang seolah lupa diri. Lupa kalau kemarin, mereka masih demam.

Video Pulau Banyak dari om Barry Kusuma

Video Pulau Banyak dari Om Bolang


Mereka sudah ke pulau banyak, kamu, Kapan?


Cerita lain tentang perjalanan "Susuri cahaya aceh dari pantai barat" yang di sponsori oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh adalah sebagai berikut :

Pantai Pasie Saka, Aceh Jaya; Jangan Mati di Sini

$
0
0
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
 “Sekali ada yang meninggal di sini, kami satu minggu tidak ke laut. Atau sampai mayatnya ketemu. Baru kami akan ke laut lagi.”
*****
Siang menjelang sore, awal dari perjalanan panjang saya dan keluarga untuk menyusuri sisi barat Aceh hampir saja tersangkut di kabupaten Aceh Jaya. Kala itu seorang pemuda desa Jeumpheuek berbicara dengan nada sedikit tegas ketika saya meminta ijin untuk memasuki salah satu daerah wisata di kabupaten Aceh Jaya. Pantai Pasie Saka.
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Total ada 4 bukit yang harus di naiki...
Sedari awal perjalanan dari Banda Aceh ke Pantai Pasie Saka, saya sudah curiga. Fakhri dan makmur, berganti-gantian memainkan handphone mereka. Hanya untuk memastikan kalau rombongan kami (saya dan keluarga beserta 4 teman blogger Aceh lainnya) bisa masuk ke pantai yang mulai naik daun di awal tahun lalu. Entah berapa orang sudah yang mereka hubungi. Saban mereka memutuskan pembicaraan, raut wajah mereka berdua sama. Kecewa. Itu artinya, benar bahwa pantai pasie saka tutup!

Jujur, sempat terlintas rasa kecewa yang sangat besar ketika saya mendengar update-an dari rekan seperjalanan kali ini. Tapi, jalanan yang sudah ditempuh, mobil yang sudah di sewa, serta anak-anak yang kadung ikut, tak mungkin kami surut walau selangkah. Kita nekat!

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Dari jalanan Banda Aceh-Aceh selatan, tepat pada kilometer 116, mobil yang kami pacu dari Banda Aceh ini, berbelok ke sebelah kanan. Memasuki sebuah desa dengan susunan rumah bantuan pasca tsunami lalu. Sesekali, masih terlihat sisa bangunan hancur yang muncul dari balik semak belukar. Selang beberapa menit, sampailah kami di ujung jalan. Tertulis sayup-sayup, desa Jeumpheuk. Beberapa pemuda berdiri di ujung jalan. Ada yang sedang bersantai di bawah pohon. Ada yang sedang duduk menghisap rokok di bawah rumah panggung.

“Hanjeut jak dek!” ( tidak boleh jalan dek) ketika makmur dan fakhri mencoba menjelaskan maksud dan tujuan kami datang ke desa mereka. Desa ini, merupakan desa terakhir sebelum akhirnya kami bisa mencapai sebuah pantai “tersembunyi” dengan tekstur pasir putih seperti gula. Menurut kabar yang beredar, nama Pasie Saka ( Pantai Gula) memang di ambil dari tekstur pasirnya yang sangat menyerupai gula pasir.

Mereka, pemuda yang ada dihadapan saya, bersikukuh untuk tetap melarang kami melanjutkan perjalanan menuju ke pantai “gula pasir”. 

“Dek, neutulong meuphom siat. Menyoe na yang meuninggai lam laot, sigoe minggu kamoe hana meulaot. Kiban dapue kamoe?” Dek, tolonglah mengerti kami sedikit saja. Andaikata ada yang meninggal di laut (di seputaran desa) satu minggu kami tidak melaut. Bagaimana dapur kami akan berasap?

Saya, istri, dan teman lainnya terdiam dan berdiri mematung. Saya melemparkan pandangan ke Fakhri. Berharap ia bisa mencairkan suasana yang mulai menyamai udara Aceh Jaya yang memang panas. Syukurnya, Fakhri, pria tambun ini paham apa yang harus dilakukannya sesegera mungkin. Dan, tak perlu waktu lama. Suasana mencair dan solusi diberikan.

Tidak boleh ikut anak-anak dan istri. Hanya pria saja, ijin dulu ke pak Keuchiek (kepala desa) dan harus bersama guide dari desa. Deal!

Pantai Pasie Saka
Ironi, mungkin ini adalah kata yang cocok untuk mengambarkan keadaan desa Jeumpheuk. Di satu sisi, mereka mengharapkan pemasukan dari sector pariwisata. Di sisi lain, mereka juga tak ingin bila tidak ke laut. Saya akhirnya mengerti. Tempat yang indah ini “terpaksa” ditutup. Bukan salah mereka sebagai pemililk lahan. Tapi salah pengunjung yang tak pernah mau mengerti local wisdom desa tersebut.

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Tapak demi tapak saya susuri semak belukar dan jalan setapak yang menanjak. Sesekali saya masih bisa mendengar suara Ziyad yang mencoba memanggil saya. Dia ingin ikut, tapi kesepakatan adalah kesepakatan. Merusaknya, sama dengan merusak hati masyarakat setempat. Berat memang, tapi semua ada harga yang harus di bayar.

Sepanjang jalan menuju Pantai Pasie Saka, bang Hamdan, Guide kami, menjelaskan bahwa ini sedang musim angin barat. Ombak laut sedang besar-besarnya. Kami di himbau untuk tidak mendekati pinggir laut sedikitpun. Kalau tidak mau berakhir dengan korban yang meninggal karena mencoba Selfie di salah satu sudut batu karang di tepi pantai Pasie Saka.

Kami semua mengangguk. Dan, tak lama, debur ombak terdengar mendentum layaknya meriam yang menyerang kapal. Beberapa ekor monyet berlarian ketika kami menyambangi pesisir pantai.
“Ini ya bang?” Tanya saya kepada bang Hamdan.

“bukan, masih dibalik bukit itu” sambil menunjuk ke sebelah kanan dari tempat kami berdiri. Alamak, masih harus naik bukit lagi? Dengan senyum manis, bang hamdan menjawab, bahwa masih ada dua bukit lagi yang harus ditapaki.

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya

Belum sempurna nafas yang tersengal (inilah yang membuat saya malah trekking hiks) sudah harus menapak lagi. Waktu terus berjalan, mentari sudah mulai sore, deburan ombak masih berdegup sempurna.

Saya hanya terdiam. Makmur, Fakhri, Khairul, dan Zulvan duduk berjajar ditepian bukit. Memandangi arah yang sama. Melepas penat dan menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa. Sekeping syurga yang diturunkan di desa Jempheuk, kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Betapa ini begitu indah, hingga wajarlah banyak orang yang ingin mendatanginya. Berlarian dipasirnya yang lembut dan bak gula pasir. (minus manisnya doang).
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Hari itu, saya mengerti banyak hal. Bang Hamdan, Pasie Saka, desa Jempheuk dan wisatawan yang direnggut maut, semuanya menjadi sebuah frame besar. Saya jadi teringat akan percakapan saya dengan seorang penggiat Kawasan Ekosistem Leuser, beliau mengatakan;
“manusia hari ini aneh, masa alam yang diminta beradaptasi kepada manusia. Bukannya seharusnya manusia yang beradaptasi dengan alam”
Bukan Pantai Pasie Saka yang salah karena ombak besarnya, tapi salah manusia yang lebih mengedepankan egonya. 


&&&
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Additional Information  (By Makmur Dimila) :
  1. Selanjutnya jika ingin ke Pasi Saka, pengunjung wajib lapor ke Keuchik Jeumpheuk, untuk diarahkan dengan siapa dan bagaimana cara mencapai lokasi objek wisata itu.
  2. Bawalah bekal sendiri ke Pasi Saka, dengan membelinya di supermarket atau kedai-kedai yang dijumpai di Jalan Nasional Banda Aceh – Aceh Selatan.
  3. Saat seramai sebelum kejadian naas itu, satu kelompok turis dikenakan biaya Rp150 ribu/trip (maks 10 orang). Sekarang, beri saja sesuai dengan pelayanan sang pemandu, jika tak ingin dikatakan seikhlasnya.
  4. Sebaiknya datang di Musim Angin Timur, ketika angin bertiup dari barat, sehingga laut tidak bergelombang.
  5. Datang di musim angin apapun, wisatawan dilarang mandi di Pasi Saka, karena arusnya dalam.
  6. Pantai ini cocok untuk camping ground, trekking, dan x-trail/tourbike.

Cerita lain tentang perjalanan "Susuri cahaya aceh dari pantai barat" yang di sponsori oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh adalah sebagai berikut :

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

$
0
0
Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Bali memang selalu mendapat tempat di hati. Semua spot di Bali memiliki daya tarik tersendiri. Pantai Kuta adalah salah satu bagian dari keindahan pulau ini dan menjadi Primadona bagi setiap pengunjung yang datang. Apalagi lokasinya yang berada sangat dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Tak heran jika obyek wisata yang satu ini selalu ramai dan jadi pilihan favorit bagi wisatawan local maupun mancanegara. 

Tak jauh dari Pantai Kuta, ada Pantai Segara yang masih dalam wilayah pesisir Pantai Kuta. Pantai Segara juga menawarkan pengalaman lain yang cukup berbeda dari kebanyakan pantai di Bali. Pantainya cukup tenang dengan ombak yang tak begitu besar, beberapa perahu juga Nampak berjejer di bibir pantai berpasir putih ini. Pemandangan tersebut semakin menambah kekhasan Pantai Segara dengan beragam aktivitas nelayan lokal yang selalu sibuk di wilayah pantai ini.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Di Pantai Segara tak pernah kehabisan pesonanya, kamu bisa meliha pemandangan berupa aktivitas pesawat dan juga panorama menarik saat senja tiba. Perahu yang berjejer di bibir pantai dengan warna-warna cerahnya, tentu bisa jadi bidikan menarik lensa kamerakamu. Tetapi bidikan paling cantik itu saat mengambil view dengan latar sunset, saat warna biru langit berubah menjadi merah keemasan yang mengagumkan.

Keindahan sunset juga bisa kamu nikmati sembari menyantap makanan di café dekat Bandara Ngurah Rai. Kamu bisa menunggu jadwal keberangkatan pesawat di sekitar pantai ini. Bahkan banyak jugaloh yang sengaja datang ke pantai ini lebih awal sebelum melakukan penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

Ada hal penting yang perlu kamu tahu, bahwa Pantai Segara mempunyai nama lain yakni Pantai Jerman. Jadi, jangan bingung ya jikaa da yang menyebut pantai ini dengan sebutan Pantai Jerman. Bahkan nama tersebut lebih popular sejak pertama kali obyek wisata ini dikenalkan ke masyarakat. Pantai ini juga pernah dijadikan sebagai pelabuhan dan juga kompleks perumahan yang dihuni oleh orang-orang Jerman saat masa penjajahan Belanda. Namun seiring perkembangan zaman, secara berangsur-angsur, pelabuhan tersebut tak beroperasi lagi.

Pokoknya Pantai Segara bisa jadi pilihan menarik selain Pantai Kuta, suasana pantainya juga lebih alamiah. Kamu juga bisa bermain pasir dan berenang di pantai ini, ditambah lagi suasana pantainya yang sepi, ombaknya yang tenang dan nuansa budaya local masih sangat terasa di pantai ini. Lalu lintas perahu nelayan local yang selalu sibuk di Pantai Segara akan membuatmu semakin intens bertemu dengan nelayan secara langsung. Bahkan kamu bisa membeli hasil tangkapan laut mereka yang masih segar.

Pantai Kuta dan Segara memang berjarak cukup dekat, yakni sekitar 1.5 km. Kamu bisa menggunakan sepeda untuk menuju Pantai Segara dan akan menghabiskan waktu sekitar 25 menit jika ditempuh dari Pantai Kuta. Dan di antara kedua wilayah pantai ini, terdapat banyak hotel berbintang yang mempunyai akses sangat mudah menuju ke laut. Hotel yang paling dekat dengan pantai ini adalah Solaris Hotel Kuta.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Hotel bintang tiga ini mulai beroperasi sejak akhir tahun 2012. Sebelumnya, Solaris Hotel Kuta bernama Solaris Kuta. Lokasinya sangat strategis dan berada di Jalan Wana Segara Tuban Bali. Bahkan Solaris Hotel Kuta ini hanya berjarak sekitar 1.2 km dari Bandara Ngurah Rai. Jadi akan sangat memudahkan kamu saat melawat ke Bali.

Pantai Segara dan Pantai Kuta berjarak sangat dekat dengan Solaris Hotel, yakni sekitar300 meter. Hotel ini cukup menarik dengan tampilan suith bathroom yang cantik dan juga pool bar di ruang terbuka yang cukup luas. Suasana di sekitar kolam renang sangat sejuk, di sekitarnya juga tersedia kursi-kursi yang nyaman untuk bersantai dan menikmati suasana sekitar.Apalagi harganya terbilang murah, pokoknya sangat ramah buat kantong kamu.

Untuk mendapatkan kemudahan dalam pengecekan hotel dan juga pemesanannya, kamu bisa menghubungi situs booking online Traveloka untuk mendapatkan harga termurah dan terbaik.
Hotel ini memberikan fasilitas yang cukup baik, Pengelola menyediakan fasilitas parker secara gratis. Kamu juga bisa meminta jasa jemputan atau penyewaan mobil kepihak hotel. Soal kamarnya juga tak diragukan lagi, meskipun hotel berbintang 3, hotel ini tertata sangat rapih, dengan interior desain khas Bali dan menggunakan warna-warna tanah yang tidak terlalu mencolok. Warna putih, coklat dan krem mendominasi interior di setiap ruangan hotel ini.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona
Jika wisatawan belum punya mata uang rupiah, bisa menghubungi pihak hotel untuk melakukan penukaran uang. D’Pine Restoran yang ada di hotel ini juga menyediakan sarapan menu nusantara dan internasional. Nilai plus lainnya, tak hanya restoran yang menyediakan menu lezat, hampir semua ruangan di hotel ini menyediakan spot dan tempat yang nyaman,juga homey saat dikunjungi.

Hotel ini juga memiliki akses yang sangat mudah dan cepat untuk menuju pusat perbelanjaan seperti Lippo Mall, Centro, juga Discovery Shopping Mall. Pokoknya asyik dan pas banget buat persinggahan saat berwisata ke Kuta Bali. Selain dapat kenyamanan menginap, kamu bisa setiap saat mengunjungi Pantai terdekat, Jadi makin lengkap dan berkesan deh Liburan di Kuta Bali.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Bagaimana? Ingin mencoba menjelajah ke pantai di Kuta Bali yang belum pernah kamu kunjungi? Atau mungkin ini akan jadi pengalaman menarik kamu saat liburan di Pulau Bali. Tunggu apalagi, jadwalkan segera liburan kamu ke Pantai Segaraya! ;)




Jelajah Negeri Pedir Bersama Datsun

$
0
0
Saat para riser datsun experiece 2 menuju laweung
sumber foto detik.com 
Iri, wajar saja. Ketika melihat beberapa sahabat di ibukota negeri ini begitu mudahnya diundang oleh merk mobil ternama untuk merasakan sensasi berkenderanya. Saya, blogger di pelosok negeri hanya bisa menjadi pembaca setia mereka. Lalu, dalam hati berujar, semoga tahun depan saya juga bisa merasakan hal yang sama. 

Satu hal yang selalu saya yakini adalah, Mimpi dan Doa sebuah sahabat yang tak bisa dipisahkan. Dan, itu semua terjawab beberapa hari lalu ketika seorang sahabat mengabari kalau ada panggilan untuk mengikuti Datsun Riser Expedition 2 dengan rute, Banda Aceh-Sigli-Banda Aceh. 

Rute ini, jujur, tidak terlalu menarik. Mengapa? Karena pada prinsipnya, kabupaten sigli sampai saat ini bukanlah termasuk salah satu daerah yang diunggulkan pariwisatanya. Mentok-mentok, Lingkok Kuwieng. Sebuah ngarai yang katanya, menyerupai grand canyon, tapi terletak di kecamatan Padang Tijie, Sigli. Selebihnya? Hampir tidak ada.

peta indonesia, yang bermakna acara ini akan berlangsung di seluruh indonesia
Demi menuntaskan hasrat dan penasaran, seperti apa sih rasanya menjadi seorang riser yang dipercayakan mereview mobil keluaran terbaru, sembari menjelajah kampung halaman sendiri. Ajakanpun saya iyakan. Surat ijin mengemudi berlabel A menjadi syarat utama. Saya yang sangat anti dengan pengurusan SIM, akhirnya berdamai dengan keadaan. Akhirnya, sim A itu saya ajukan dan selesai dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Hari yang dinanti tiba. Peserta terdiri 6 orang dari Jakarta (5 orang) dan Bandung (1 orang) serta dari Aceh sendiri ada 6 orang. Total, 12 peserta riser. Menariknya, ada dua peserta beretnis thionghua. Dan salah satu dari mereka, Timothy, adalah partner satu team dengan saya ditambah bang Ari kus yang merupakan wartawan dari MNC. 

Segala ekspektasi yang “nggak banget”, perlahan mulai terkikis. Mulai dari acara pelepasan di Dealer Datsun Banda Aceh, acara ini mulai terlihat berbeda. Sampai berbagai macam cerita dan sudut padang dari Timo (panggilan saya ke Timothy), terhadap Aceh. 

Di awali dengan konvoi keliling kota Banda Aceh, yang secara de facto, sudah sangat familiar, akan tetapi saya menjadi histeris sendiri ketika setiap perempatan lampu merah, Route Captain mengintruksikan melalui Racom untuk tetap terus jalan. Ada mobil polisi voorijder yang terus mengaung sepanjang perjalanan. 

“Busyet..biasanya saya yang berhenti di lampu stop kalau ada rombongan pejabat lewat. Tapi hari ini saya yang lewat dan orang lain yang berhenti.. keren!” norak memang, tapi disinilah bahagianya. Kapan lagi coba? 

Tujuan awal, dalam rangkaianDatsun Riser Expedition 2 Banda Aceh – Sigli adalah Museum Aceh. Biasa? Tunggu dulu! Bagaimana bila ke museum Aceh lalu disambut dengan tarian Ranup Lampuan? Sebuah tarian selamat datang bagi orang-orang yang dianggap penting. Tolong garis bawahi, dianggap penting! Bangga dong, secara seumur-umur dapat tari ranup lampuan itu pas acara intat Linto (mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita). Lah ini? 

tari Ranup Lampuan
Siang menjelang, cuaca Banda Aceh menunjukkan taringnya. Setelah seminggu hujan dan angin kencang, siang itu Banda Aceh panas. Perjalanan keliling kota Banda Aceh berakhir di sebuah rumah makan khas Aceh. Lagi-lagi, saya kaget luar biasa. Makanan yang tersaji semuanya “kelas Satu” dan lebih kerennya itu adalah unlimited orderan. Mau nambah? Silahkan. Mau bawa pulang? Ntar dulu ya.. hehe

Perjalanan berlanjut menuju ke daerah bekas kerajaan Pedir, Pidie. Jika biasanya saya dan keluarga menyusuri lembah seulawah untuk bisa sampai ke kota Sigli. Tidak kali ini. Team Datsun memaksa mobil dengan ban ring 13 ini melewati jalan lintas Krueng Raya-Laweung. Bagi penggila touring Aceh pasti tahu jalur ini. Parah! Berliku, menanjak, dan berbatu. Serunya dimana? Ini lagi-lagi adalah jalur impian saya. Sudah lama saya ingin melewati jalur ini. Saban kali bertanya kepada teman, setiap itu pula mereka mengatakan “jangan”! 

andaikata dapat bawa pulang hehe
Tikungan demi tikungan, tanjakan demi tanjakan, mobil LCGC ini terus melaju. Sesekali Timo nyeletuk, “enak ternyata ya di Aceh bang Yud” dalam hati saya merasa bangga sekaligus miris. Sepertinya Timo mabuk gulai kambing. Jalan jelek begini dibilangnya enak? Apa tidak salah? Sepanjang perjalanan dari bukit soeharto di krueng raya, sisi kiri memang menawarkan pemandangan yang luar biasa. Bukit, dan laut. Sebuah perpaduan sempurna, bukan?

Tibalah kami, di sebuah gua yang berapa tak jauh dari jalan Laweung-Sigli ini. Gua tujuh. Lagi-lagi saya terperanjat tak percaya. Seumur-umur baru kali ini saya masuk ke gua tujuh yang cerita sudah saya dengar semenjak saya kecil. Ada banyak cerita mistis, mitos, dan legenda yang mengelilingi gua kuno ini. (lain waktu akan saya ceritakan lebih detail)

adakah yang bisa menemukan wajah ikan?
Puas menjelajah gua, Route captain memaksa saya dan team untuk segera melaju ke jalanan beraspal kembali. “Main course” dari acara ini ada di desa Dayah Tanoh, Kecamatan Garot, Kabupaten Pidie. Di mana pula itu? Jangan tanya kepada saya. Pun ini adalah (lagi-lagi) kunjungan pertama saya ke desa tua ini. 

Dari jalan provinsi, kami berbelok ke kanan. Untuk selanjutnya memasuki kecamatan Garot, Pidie. Tak ada informasi apapun yang saya dan team terima mengenai desa ini. Yang saya tahu, kami mau makan malam di desa ini. Alamak.. jalanan berbatu, penerangan minim. Di kejauhan terlihat nyala api yang berkedip-kedip tertutup rimbun pohon bambu. 
disambut sama tarian rapai geleng di desa Dayah Tanoh Sigli
sumber foto : detik.com
Beberapa warga sudah berkumpul. Tua muda berdiri berjejer di depan pintu masuk dayah (balai pengajian). Wanita berdiri di sebelah kiri, pria di sebelah kanan. Satu persatu mereka tersenyum. Ada yang terheran-heran melihat Timothy yang beretnis thionghua. Ada yang mencoba curi-curi pandang melihat beberapa wartawan yang sibuk mengambil gambar. Bau harum dari bambu yang di isi leumang mulai menganggu konsentrasi. Terlebih lagi ketika leumang disajikan bersama kuah santan bercampur durian. Hiks..kolestrol..

Bu Kulah, nasi yang dibungkus dengan daun pisang lengkap dengan lauk..
Tak sedikitpun dalam benak saya, kalau acara datsun yang awalnya terkesan biasa saja, memiliki surprise yang luar biasa. Sebuah konsep ekowisata mencoba diperkenalkan secara tidak langsung. Baik kepada peserta maupun kepada masyarakat setempat. Tarian rapai geleng menjadi salam pembuka bagi saya dan team. Di sambut dengan tepukan tangan yang membelah langit malam. Hidangan makanan bak acara lintoe baroe tersaji sempurna di dalam dayah. Lengkap dengan bu Kulah. Lagi lagi, sajian makanan ini hanya untuk tamu-tamu yang dianggap penting. Betapa bahagianya saya, ketika merasakan sensasi “kampong Aceh” era tahun 80an. Kala konflik belum merebut masa kecil saya. 

nyan hai.. na cina nak foto selfie.. neudong laju..beugaya dek.. bah keunong foto” (nah lho, ada orang cina mau foto selfie, cepat berdiri. Bergaya terus dek, biar bisa ikutan foto) seorang ibu berjilbab hitam yang berdiri dibelakang saya nyeletuk kepada anak perempuannya. Ini, bukan kali pertama saya dianggap mirip orang cina, mirip wakil ketua DPRA Aceh lah, mirip apoy wali band lah, dan ntah mirip siapa lagi. 

saat dikirain orang "cina"  (saat malam hari..)
Saya hanya tersenyum melihat tingkah polah masyarakat kampung dayah tanoh malam itu. Ketulusan, keramahan, dan keikhlasan yang luar biasa dalam menerima tamu jauhnya. Saya, timo, dan irwan yang cina tulen tetap di sambut meriah tanpa pernah membedakan warna kulit. Tanpa membedakan agama, suku dan ras. Jujur, saya merasa begitu bangga dengan masyarakat Aceh di desa kecil ini. Jauh berbeda dengan masyarakat Aceh yang sudah sok kota. 
ini abang semalam kan? yang cina aceh itu kan? celetuk seorang anak gadis di samping saya
“dong laju beubagah dek.. ta selfie dua teuh” (cepat berdiri dek, kita selfie berdua) ungkap saya tiba-tiba yang disambut dengan tawa riang ibu-ibu dibelakang saya. 

awak Aceh cit lagoe.. lon pike ureung cina.. (orang Aceh ternyata, kirain orang cina)

&&&


Foto kiriman hikayatbanda.com (@yudiranda) pada

Untuk kamu yang pengen ikutan acara Datsun Riser Expedition 2 yang akan berlangsung di seluruh indonesia sampai bulan maret 2017 mendatang, silahkan daftar di sini





.:: VOTE FOR ACEH ::.

Aceh sedang mengikuti Kompetisi Pariwisata Halal Nasional. Berlangsung sejak 26 Agustus – 15 September 2016.

Jika menang di kategori yang masuk nominasi, akan mewakili Indonesia pada ajang World Halal Travel Award 2016 di Dubai.

Silakan vote demi kemenangan Aceh di Kompetisi Pariwisata Halal Nasional untuk kategori 1, 2, 10, 14 lewat laman:


Menjelajah Aceh Demi Menggenapkan Mimpi Ibunda Tercinta

$
0
0
suatu senja di Bakongan, Aceh Selatan
foto : safariku.com
Dua tahun lalu, saya sangat begitu membenci kata “reuni sekolah”. Bukan tak ada sebab, melainkan begitu banyak sebab yang mengharuskan saya membenci dua kata tersebut. Saban kali harus reuni baik dengan teman-teman smu di Banda Aceh, sampai alumni kampus entah itu di Aceh atau kampus di Jakarta.

Saban kali berkumpul, ini seolah menjadi ajang membanggakan diri. Ada yang sudah memiliki rumah sendiri. Ada yang sudah berhasil beli mobil mewah. Jabatan keren di perusahaan. Ada yang menjadi pemilik perusahaan. Dan berbagai hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan serta kemapanan. Lah saya? Tak berani sedikitpun diri ini membanggakan diri dihadapan teman serta sahabat di masa-masa kegantengan begitu maksimal.

Saya, hari ini, hanya seorang pekerja lepas. Bahkan sampai hari ini. Dengan seorang istri, juga seorang ayah dengan dua anak. Alih-alih punya rumah sendiri, saya masih numpang dengan mertua. Boro-boro punya mobil sendiri, motor saja masih pinjam sama ayah.

Sampai suatu ketika, seorang sahabat sebangku smu dahulu berceletuk, “enak kali jadi macam qe (kamu) yud. Kerja duduk rumah, jaga anak, tapi bisa jalan-jalan” Masya Allah.. ternyata benar apa yang dikatakan, apa yang menurut kita jelek, belum tentu menurut orang lain. Bukan hanya teman sebangku, sampai hampir satu kelas mengatakan hal sama. Enak ternyata jadi pengangguran tapi bisa jalan-jalan.

Sejak saat itu, saat ingat satu hal. Kalau semua perjalanan yang saya dan keluarga jalani, ternyata doa almarhum ibunda. Hobi travelling, hobi menulis, semuanya berasal dari beliau. Sayangnya, Allah memanggilnya begitu cepat. Tapi takdir adalah takdir. Allah tahu mana yang terbaik untuk kita bukan?

Saya masih ingat, setahun sebelum bunda dipanggil olehNYA. Kala itu, ibu baru saja pulang dari kota Banjarmasin. Sebuah kota yang sampai hari ini masih menjadi impian saya. Ibu bercerita, kalau di sana ada pasar terapung yang keren dan unik. Di Aceh? Tak ada macam itu. Ibu juga bercerita kepada saya, bagaimana pengalamannya ketika naik pesawat untuk bisa mencapai ke pulau Kalimantan. Suatu malam, saya mengeluh kepadanya. Betapa enaknya bisa pergi ke pulau yang jauh dari Aceh. Betapa indahnya dunia ketika dilihat dari atas.

“bang, suatu hari, anak mama harus bisa keliling Aceh, lalu pergi ke Banjarmasin. Doa mama selalu untuk abang”  percaya tidak percaya, mimpi itu, doa itu, dan harapan itu, masih tertanam di alam bawah sadar saya.

Menjelajah Aceh Demi Menggenapkan Mimpi Ibunda Tercinta
Pasar Apung di Kota Banjarmasin
foto by : goodnewsindonesia.com
Hari ini, satu persatu kota dan kabupaten di Aceh hampir habis saya dan keluarga jelajahi. Langkah demi langkah kecil tertapaki. Baik sempurna atau tidak. Mimpi itu terwujud. Semesta tak akan berdiam bukan?

Tak berani saya berucap, kalau saya adalah alumni yang paling keren di hari ini. Tak berani saya ungkapkan kalau saya adalah alumni yang paling mapan. Tapi, ada sebuah rasa yang begitu bahagia ketika saya berhasil menapaki tempat baru dengan segala keterbatasan yang saya miliki. Apalagi kalau bisa menggenapkannya bersama anak dan istri. Indahnya luar biasa! Dalam hati, ada rasa gemuruh yang tak bisa diungkapkan dengan jelas. Bahagia pasti, bangga? Iya. Semuanya demi mimpimu, bunda.

Pulau Simeulue, berhasil saya capai tahun 2010. Dari pulau Simeulu pula, saya akhirnya mengerti akan arti cinta yang tulus dari kekasih hati yang setia menanti kepulangan belahan jiwanya. Awal bulan lalu, saya pun berhasil ke pulau Banyak. Bukan demi ambisi, tapi demi membuktikan cinta lama dari pulau Simeulue dahulu. Habis sudah sisi barat Aceh di tahun ini. Sedangkan untuk sisi timur, Almarhum ibulah yang berjasa membawa saya sampai Jakarta naik bus.

Kini, tinggal bagian tengah Aceh. Saya belum pernah ke Kutacane dan Blangkejeren. Terlebih lagi menginjakkan kaki ke Kawasan Ekosistem Leuser. Sebuah kawasan hutan tropis di Aceh yang saya tahu dari buku sejuta umat. RPUL. Dalam pertengahan malam, saya masih berdoa. Semoga ini tak hanya jadi kenangan, seperti kota Semarang yang hanya jadi lintasan mimpi yang belum terbeli.

Sakit rasanya, seperti diputusin, disambung lagi, lalu di tinggal nikah. Ketika berhasil mencapai kota Jakarta, Bandung, Jogjakarta, solo, Surabaya, dan tanggerang. Tapi minus Semarang. Nyesek… saya tak ingin hal tersebut terjadi lagi. Bagaimana bisa mengatakan begitu mencintai Aceh, tapi Aceh tak habis dijelajahi?

*****
“Yudi, lagi di mana? Ada tanda tangan elektronik? Bisa kirim sekarang? Kakak tunggu ya”  Kak Cut meurah, manager di suatu instansi yang bergerak menangani Kawasan Ekosistem Leuser. Ketika beliau telepon saya dan istri masih meributkan hal yang sepele di atas sepeda motor hadiah dari ayah. Saya dan istri meributkan andaikata ada tempat untuk membeli Berbagai Pilihan Pulsa Online tanpa harus repot turun dari motor.

“yudi lagi di seputaran Neusu kak, baru pulang jemput anak. Binatang apa tu kak, tanda tangan elektronik?”  jangankan tempat tanda tangan elektronik, tanda tangan yang ter-scan saja saya tak punya. Tanpa panjang lebar, saya mengerti arah pembicaraan ini kemana akan di bawa.

“kak, yudi ke kantor saja sekarang”

“jadi begini yudi, saya dan pak Irvan, sudah menimbang, kalau sebaiknya kamu yang menjadi Social Media Administrator ikut serta dalam perjalanan ini. Bagaimana kamu mau berbicara mengenai leuser, Kutacane, dan Blangkejeren, bila kamu sendiri belum pernah kesana kan? Ini silahkan tanda tangan surat jalannya” Kak Cut menyodorkan dua lembar kertas yang telah berisi nama lengkap saya beserta keterangan mengenai tempat dan tujuan kegiatan.

Apa kalian tahu bagaimana rasanya di “tembak” sama cewek yang kalian cintai tapi kalian tidak berani nembak? Sampai akhirnya dia kesal lalu mengungkapkan kalau dia suka padamu? Ya begitulah rasanya. Indah tiada tara!


Dalam hati saya bersyukur. Memandangi istri dan anak lekat-lekat. Karena merekalah begitu banyak mimpi saya berhasil menjadi nyata. Sepanjang perjalanan menuju kembali ke rumah mertua. Saya berbisik kepada istri, “mungkin Allah pengen abang memenuhi mimpi Almarhumah ibu ya dek?” hujan gerimis turun. Lurus meleleh dibalik sela-sela mata. Saya hanya terdiam, menikmati setiap hembusan angin yang terasa bergerak slow motion. Semoga, kutacane ku jelajahi segera. Amin…

Wisata Halal Aceh
famtrip ke Pulau tailana di Pulau Banyak
Foto by : Makmur Dimila

Sebungkus Coklat Aceh dari Cilet Coklat Untuk Adik Tersayang

$
0
0
toko coklat di banda aceh

Dua adik iparku baru saja menyelesaikan sidang S-1 nya, biar keren katanya. Yang di Jakarta menyelesaikan S-1 nya untuk menggenapkan D-3 sebelum menggenapkan sunnah yang satu lagi. Nah si bontot, menyelesaikan S-1 nya setelah berulang kali dipelototi sayang oleh kakak-kakaknya. Bagaimana tidak, dia yang satu-satunya pria lajang di rumah malah paling lama selesai kuliahnya.

“Bang, dah siap ni sidang, masa iya gak ada hadiah apa-apa” tagihnya sok manja, lain yang di sini, lain pula yang di jakarta. “bang, hadiahnya yang gak ada di Jakarta ya” bingung bin pusing lah, memang apa yang tidak ada dijakarta. Tapi jangan bilang Aceh tidak punya hadiah keren untuk yang punya acara macam begini, mulai dari menggenapkan ngidam istri tercinta, memenuhi impian anak untuk makan mie orang jepang, sampai memberi oleh-oleh untuk teman-teman yang hendak pulang kampong setelah puas keliling Aceh. 
Bukan Aceh namanya kalau tidak bisa menyenangkan hati segala lini, mulai dari baby yang baru brojol ampe nenek yang sering lupa nama cucu. Kalian bisa wisata kemana saja dan bawa pulang apa saja dari Aceh. Kalau ada yang hobi mie Aceh, ada dimana-mana. Ada yang ingin merasakan nikmatnya buah berduri nan manis, datanglah ke Aceh dikala musimnya. Tapi, kalau untuk oleh-oleh yang bisa dibawa kapan saja, untuk acara apa saja dan untuk siapa saja, coklat lah jawabannya.

toko coklat di banda aceh
coklat untuk jomblo atau? :D
Jadilah saya dan istri serta dua bocah yang tidak bisa diam ini, mengunjungi kedai coklat di simpang BPKP. Kabar yang beredar coklat di sini enaknya kebangetan. Sembari mencari hadiah untuk yang sidang, juga menyenangkan hati anak dan istri untuk menikmati coklat Aceh yang enak. 

“Bang, mau beli coklat yang gimana?” istri sudah tidak sabar saja, padahal kedai coklatnya masih seperempat jalan lagi. “sabar bunda, nanti sampai disana bunda boleh pilih coklat yang sesuai niat hati bunda. Dan bonusnya bunda boleh menentukan model kado coklat untuk adik-adik bunda” saya mencoba menenangkan hatinya, sambil berdoa, semoga kedai coklat yang ini tidak menuai protes lagi dari istri tersayang. 

toko coklat di banda aceh
****
“Bang, keren-keren kali ya coklatnya. Boleh pesan lagi gimana suka-suka kita”. Istri kegirangan melihat model-model coklat yang tersedia langsung maupun yang difoto alias bisa dipesan sesuai selera kita.

toko coklat di banda aceh
“Ayah, abang mau yang itu boleh yah?” si sulung tak mau ketinggalan meminta coklat yang menarik di matanya. “Ambil saja bang, itu tester untuk anak-anak” ujar sang penjaga toko sambil membungkus pesanan istriku. Belakangan saya tahu, bahwa si penjaga ini adalah pemilik dari rumah Cilet Coklat tersebut. Didi Nu nama bekennya. 

Rupanya istri sudah membungkus beberapa paket coklat yang berbeda untuk dibawa pulang. Dan itu juga berbeda dengan hadiah yang akan diberikan untuk yang sudah selesai sidang dan wisuda bulan depan.

Coklat, siapa sih yang tidak suka. Dua adik yang baru sidang ini saja melompat kegirangan bak ziyad yang mendapatkan mobil mainan kesayangannya yang lama di simpan sang bunda. “makasi ya bang coklatnya, enak kali” lajang yang hobi mancing ini pun meleleh saat merasakan nikmatnya coklat dalam bungkusan yang cantik ini. Sedang yang di Jakarta, harus menunggu lebaran untuk bisa pulang dan menikmati hadiahnya. “gak asi, curang kali lah, bukannya dikirim aja” omelnya sambil menahan rasa kesal, akibat dikirimkan foto-foto bergambar coklat yang cantik. 

Ah iya, bila teman-teman juga ingin merasakan sensasi menggoda dari coklat asli Aceh yang diracik oleh bang Didi Nu, sobat bisa datang ke gerainya langsung yang beralamat, Jalan Iskandar Muda, Simpang BKPK samping mie bakso Ramayana, Banda Aceh.

Kalau bingung, kalian juga bisa pesan online kok. Ah iya, ini juga bisa jadi salah satu oleh-oleh dari Banda Aceh loh… bukan hanya kaos, ataupun pernak pernik lainnya. (ym)

CILETCOKLAT,BONEKA,BUNGA SP.BPKP BANDA ACEH BBM 7c36b2cf LINE ID @cuc0342a (pakai @ ya) Owner Didi Su LAYANAN 10 am - 18 pm with line or bbm.
lewat waktu tinggalkan pesan..di  line.me/ti/p/%40cuc0342a


toko coklat di banda aceh


Gayo Lues, Tempat Dua Warisan Dunia Dititipkan

$
0
0
wisata aceh gayo lues
“Kalau ingin menyelamatkan Leuser, selamatkan dulu masyarakat Gayo Lues ini”
Tubuhnya yang tambun, membuat suaranya terdengar sedikit berat. Tanpa alas kaki, pria yang kami tunggui selama satu jam lebih ini memberikan sebuah kesimpulan yang mencengangkan. Logat bicaranya, seperti pria Gayo Lues kebanyakan. Sedikit mirip dengan logat batak, becampur melayu, bercampur Aceh. Entahlah, saya tidak terlalu paham perihal tersebut. Pria itu, masih duduk ditengah-tengah di antara saya, manager-manager saya, dan seorang pendamping dari pihak Pemda kabupaten Gayo Lues.  

“kita ini, hanyalah orang-orang yang tidak dikenal. Masyarakat umum hanya tahu Leuser, tapi tidak mengetahui keberadaan kami. Makanya, dengan semangat yang ada, kami ingin menyampaikan kepada dunia, kalau Leuser adalah gayo, Gayo adalah Leuser.”

wisata aceh gayo lues
jalan menuju Gayo Lues dari kota Takengon yang berkabut
Bulu kuduk saya merinding. Di tengah siang bolong, di dalam sebuah kamar yang cukup luas. Pria tambun itu melanjutkan pembicaraannya. Ada semangat yang menyala terlihat jelas dari bola matanya. Baginya, politik hanyalah sebuah perantara. Untuk tetap bisa menjaga kelestarian Hutan Leuser.  Pria itu, adalah Bupati Kabupaten Gayo Lues, yang bernama ; H. Ibnu Hasyim.

Beban yang kami tanggung semakin berat. Tujuan awalnya, saya dan team hanya ingin bersosialisasi mengenai pelaksanaan TARI SAMAN 10001 MANUSIA. Sebuah perhelatan maha besar ini, akan dilaksanakan pada bulan November 2016 mendatang. Tepatnya, tanggal 24 november. Sebuah event yang akan membuat siapapun yang hadir bertekuk lutut. Menyaksikan salah satu warisan dunia yang telah diakui oleh Unesco beberapa waktu silam, bergerak dengan jumlah yang mengerikan.
wisata aceh gayo lues
rumah pohon di kawasan ginting pineng
Tahun 2014 lalu, Kabupaten Gayo Lues, untuk pertama kalinya, melaksanakan tarian Saman dengan jumlah peserta sebanyak 5005 orang penari. Bisa kamu bayangkan? Saya sendiri sampai terbengong-bengong dibuatnya. Ada 5005 (lima ribu lima ) anak manusia Gayo menarikan tarian kebanggaan mereka secara serentak dan dengan tepukan yang sama. Mereka melantunkan syair puji-pujian kepada sang Pencipta, Junjungan Nabi Muhammad, lalu memberikan petuah-petuah yang salah satu isinya adalah petuah menjaga alam. Apalagi bila bukan Leuser.

Jujur saja, ini adalah pertama kalinya saya melangkahkan kaki menuju negeri 1000 bukit. Kabupaten GAYO LUES yang beribukota Kota Blangkejeren, merupakan sebuah mimpi yang (lagi-lagi) menjadi nyata. Jalanan yang menukik tajam ke atas, sembari sesekali melewati hutan pinus yang segar. Lalu disambut dengan kabut serta gulungan awan putih, adalah sebuah sensasi perjalanan yang akan sulit saya lupakan.
wisata aceh gayo lues
kawasan genting pining, Gayo Lues
Kabupaten ini, sebenarnya kabupaten baru. Terbentuk pada tahun 2002 yang merupakan pecahan dari kabupaten Aceh Tenggara. Tuhan, menitipkan dua warisan dunia terhebat pada kabupaten muda ini. Kawasan Ekosistem Leuser, dan Tari Saman Asli Gayo! Keduanya telah mendapatkan pengakuan dunia. Tari saman, sendiri diakui oleh UNESCO pada tahun 2012 lalu. Hingga hari ini, semua orang sering keliru. Saman bisa ditarikan oleh kaum hawa, pada kenyataannya, ini adalah SALAH! Saman tidak boleh ditarikan oleh kaum hawa. Melainkan hanya pria saja. Lalu yang ditarikan oleh kaum hawa selama ini apa? Itu adalah tari Ratoeh Jaroe.

Setiap kali, saya berjalan mengelilingi kota Blangkejeren yang jalanannya tak bisa lurus. Setiap itu pula saya tersenyum. Tuhan begitu menyayangi negeri mungil ini. Dengan luas yang tak seberapa, Allah memberikan kekayaan yang luar biasa. Sempat terlintas, bilakah ini menjadi tempat terakhir di bumi. Sungguh! Itu sudah cukup.

Menghitung Kekayaan Leuser

wisata aceh gayo lues
burung pipit? 
Leuser, memiliki jumlah fauna terbanyak di kawasan Asia. Ekosistem ini merupakan rumah bagi 105 spesies mamalia, 382 spesies burung, dan setidaknya 95 spesies reptil dan amfibi (54% dari fauna terestrial Sumatera). Hutan ini dianggap sebagai tempat terakhir di Asia Tenggara yang memiliki ukuran dan kualitas yang cukup untuk mempertahankan populasi spesies-spesies langka, termasuk harimau sumatera, orangutan sumatra, badak sumatra, gajah sumatera, dan macan tutul.

Sampai saat ini setidaknya diperkirakan ada sekitar 89 jenis satwa yang tergolong langka dan dilindungi ada di hutan Taman Nasional Gunung Leuser di samping jenis satwa lainnya. Satwa langka dan dilindungi yang terdapat di taman nasional ini antara lain:
  • Mawas/Orang Utan (Pongo pygmaeus abelii)
  • Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
  • Harimau loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
  • Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
  • Beruang Madu (Helarctos malayanus)
  • Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)
  • Anjing Ajag (Cuon Alpinus)
  • Siamang (Hylobates syndactylus syndactylus)
  • Kambing hutan (Capricornis sumatraensis)
  • Rusa Sambar (Cervus unicolor)  ( Sumber di sini)
Di kabupaten Gayo lues, 70 persen dari luas wilayahnya adalah kawasan hutan nasional Leuser. Hari ini, mereka tengah berjibaku. Memikirkan nasib perseteruan luas hutan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Mereka menyadari betul akan hal tersebut. Sehingga, kita semua diminta untuk mencarikan solusinya.

wisata aceh gayo lues
desa Pantan Cuaca, Gayo Lues. 
Salah satu cara yang coba diangkat adalah menjadikan Kawasan Hutan leuser sebagai daerah ekowisata. Sebenarnya, (saya harus jujur) ini bukanlah ide terbaik. Tapi mengingat sulitnya pilihan yang ada, mau tidak mau hal ini harus diambil. Hampir mirip-mirip dengan kawasan Amazon di Brazil. Hutan leuser, harus bisa memberi makan kepada manusia yang hidup disekitarnya tanpa harus merusak hutan tersebut.

Di sela-sela hawa yang sedikit sejuk dan segar, saya masih melemparkan pandangan ke arah barat. Berdiri di puncak Genting Pining. Sebuah mahakarya dari Tuhan yang luar biasa. Tergeletak begitu saja. Menanti setiap jiwa-jiwa anak manusia, mereka  para petualang sejati untuk menjamahnya.

wisata aceh gayo lues

wisata aceh gayo lues

Lekukan demi lekukan dari punggung bukit barisan berjajar memberikan sebuah pemandangan yang indah. Saya, adalah pencinta laut. Tapi kini, gunung dan bukit memberikan arti yang berbeda. Leuser, Gayo Lues, dan Tari Saman, telah membuat saya jatuh cinta. Hasrat ingin mengunjunginya lagi dan lagi lebih besar dibandingkan rasa lelah kala menempuh perjalanan darat selama hampir 12 jam.

sumber foto  Youtube Zulfan Monika
Kawan, tepat 24 November 2016* nanti, datanglah beramai-ramai ke negeri seribu bukit ini. Jadilah petualang sejati sembari menikmati sajian dua warisan dunia. Leuser, dan Tari Saman. Bantulah negeri ini, melindungi tempat terakhir di bumi yang masih menyimpan keanekaragaman hayati yang begitu melimpah. Bantulah ia, menjadi sebuah destinasi wisata yang mampu memberikan penyadaran kepada setiap anak adam di bumi ini. Bahwa menjaga alam, sama seperti kita menjaga keluarga kita sendiri dari kepunahan.


Salam dari Leuser...

wisata halal aceh
Pantan Cuaca, gayo Lues. I love it!

Banyak Jalan Ke Pulau Banyak, Aceh Singkil

$
0
0
Wisata Aceh Singkil
Pelabuhan Jembatan Tinggi kota Singkil
foto : bang Arie Yamani
Saya sempat stress ketika dikatakan kalau ke Pulau Banyak yang terletak di kabupaten Aceh singkil ini harus ditempuh dengan jalan darat selama 16 jam. Belum lagi, kita diharuskan menyeberang dari Jembatan Tinggi kota Aceh Singkil ke Pulau Balai yang akan memakan waktu selama 4 jam. Itupun bila cuaca laut bagus atau bersahabat.


Dalam hati saya bertanya-tanya, Pulau Banyak ini, sebenarnya masih di provinsi Aceh atau sudah masuk Negara lain sih? Jaraknya yang cukup jauh bila dihitung dari ibukota provinsi Aceh, ternyata tidak membuatnya menjadi terasingkan. Hal ini terbukti, dengan terus meningkatnya kunjungan wisatawan ke kabupaten terbarat Aceh. 

Perjalanan panjang yang saya tempuh bersama keluarga ternyata memang layak. Pemandangan yang spektakuler tersaji begitu saya menginjakkan kaki di pulau Balai. Bahkan, ziyad dan bilqis, kedua anak saya, sampai hari ini masih ingin kesana lagi. Lalu kamu, kapan?

Setelah saya susuri jalan ke pulau banyak dan berhasil kembali dengan selamat ke Banda Aceh, ternyata ada Banyak Jalan Ke Pulau Banyak.

Wisata Aceh Singkil

  • Bila kamu sedang berada di Banda Aceh, kamu bisa menggunakan angkutan umum ke Kota Singkil dengan harga tiket Rp. 500.000 untuk pulang pergi. Jarak tempuh 14 sampai dengan 16 jam perjalanan darat nonstop. 
  • Nah, untuk kamu yang dari luar Aceh, ada baiknya bila ingin langsung ke Pulau Banyak, kamu bisa melalui Medan. Jarak tempuhnya hanya 8 sampai 9 jam perjalanan darat nonstop. Untuk harga tiketnya sendiri mulai dari Rp. 110.000 sampai Rp.120.000 
  • Kalau tidak ingin capek di kenderaan umum, kamu bisa naik pesawat “Susi Air”. Baik itu dari Sumatra Utara ataupun dari Banda Aceh. Selain bisa menghemat jarak tempuh, harga yang ditawarkan juga TERNYATA tidak terlalu mahal! 
  • Tarif Pesawat ke Singkil dari Banda Aceh untuk penumpang dewasa Rp. 363.000* dan Rp. 47.000 untuk anak di bawah dua tahun. 
  • Jadwal penerbangan Singkil-Medan dalam seminggu hanya ada tiga hari saja. Yaitu hari Senin, Rabu, dan Jumat. Begitupun dari Banda Aceh-Singkil. 
  • Lalu, untuk menuju pulau Banyak, kamu memang harus menggunakan kapal. Nah, ternyata sekarang juga sudah ada kapal ferry yang beroperasi seminggu dua hari. Harga tiketnya, hanya Rp 25.000 saja. 
Wisata Aceh Singkil
Km Mutiara Bahari milik Bang Mus
  • Sedangkan untuk kamu yang mencintai laut seperti mencintai kekasih hati, kamu tetap bisa menyeberang ke Pulau Banyak setiap hari dengan menggunakan kapal KM Masyarakat setempat. Tenang, rata-rata kapal yang dipakai untuk penyeberangan Singkil-Pulau Balai sudah kapal kayu berukuran 25 sampai 30 GT. Jadi di jamin nyaman dan aman. Harga tiketnya juga masih terjangkau kok, yaitu Rp 25.000 sampai dengan Rp 30.000. Saya menyarankan jika kamu mau menyeberang ke pulau balai naik Kapal KM MUTIARA BAHARI saja. Walaupun sedikit mahal, tapi pelayanannya memuaskan serta ruangannya nyaman.
  • Lalu, untuk penginapan di Pulau Balai bagaimana? Menariknya, di Pulau Balai yang merupakan salah satu pulau dengan penduduk paling ramai di Kepulauan Pulau Banyak ini, hampir di setiap sudut pulau kamu bisa menemukan losmen ataupun homestay. Harga per-malamnya juga variasi. Mulai dari Rp. 50.000 dengan fasilitas kamar mandi di luar kamar. Sampai ada yang 175.000 per malam dengan fasilitas pendingin ruangan. 
  • Saya dan keluarga, ketika piknik ke Pulau balai memilih penginapan Homestay Muarmata. Harga kamar per-malam hanya Rp.120.000 dengan fasilitas, kamar mandi dalam, dan kipas angin. 
Bicara soal makan atau kuliner. Terus terang, di Pulau Balai, kamu akan sedikit kesulitan menemukan makanan khas. Terlebih lagi pulau ini tidak terlalu besar. Tapi tenang, warung makan masih tersedia hampir di setiap sudut pulau kok. Harga perporsinya juga masih murah. Mulai dari 15.000 sampai 25.000. 

Tips; Hampir disetiap homestay menyediakan paket Makan. Jadi lebih baik anda memesan sekaligus. Per porsi hanya 20.000. kelebihannya adalah, selain kamu bisa makan sepuasnya, ikan yang disajikan juga masih segar-segar.

Wisata Aceh Singkil
penginapan Muarmata 
Wisata Aceh Singkil

Nah, begitulah sekiranya cara mudah ke pulau Banyak. Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Bila tahun lalu ke Pulau Balai kamu harus bawa uang cash yang banyak, kini di sana, kamu bisa tarik uang cash di beberapa warung grosir di Pulau Balai. (via mesin EDC)

Soal jaringan seluler, Pulau Balai juga telah menikmati jaringan 3G. jadi, kami tetap bisa online dan terhubung dengan dunia luar. Kamu tetap bisa internetan sembari terus meng-update cerita. 

Oh iya, untuk island hoping, kamu bisa menyewa motor boat (disarankan yang bermesin ganda). Harganya juga variatif. Mulai dari 100.000 per-orang sampai per paket Rp. 700.000. Biasanya, dalam satu hari, kita akan dibawa ke lima atau enam pulau. Tergantung jarak, waktu, dan cuaca.

Wisata Aceh Singkil
mau mandi cantik seperti Ziyad juga boleh
Untuk snorkeling, ataupun kayaking, di pulau balai kamu bisa menghubungi agen travel ataupun masyarakat setempat untuk mengetahui harga yang pasti. Tapi, di sana tersedia kok. 

Jadi, dengan segala kemudahan yang ada, dengan segala infrastuktur yang mendukung, maka alasan apalagi yang membuat kamu belum mengunjungi salah satu pulau cantik di barat Indonesia ini?

Banyak Jalan Ke Pulau Banyak, Aceh Singkil

Tips Booking Hotel yang Mudah, Murah, dan Aman

$
0
0
Melakukan perjalanan wisata atau kunjungan kerja (bisnis) ke luar kota, luar daerah, bahkan luar pulau saat ini semakin mudah untuk dilakukan karena biaya tiket pesawat yang semakin murah terutama untuk kelas ekonomi. Walaupun labelnya kelas ekonomi, tapi tetap saja jauh lebih nyaman dan lebih cepat apabila dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum yang berlabel eksekutif. Apalagi kalau tujuannya cukup jauh dan memakan waktu berjam-jam.

Tips Booking Hotel yang Mudah, Murah, dan Aman
Travelling – sumber gambar : innonthedrive.com
Bagian penting dari sebuah perjalanan adalah tempat menginap. Memilih tempat menginap saat ini juga tidak begitu sulit mengingat ada banyak pilihan yang bisa kita sesuaikan dengan selera. Mulai dari, hotel, guest house, villa, hingga kos-kosan per hari atau per minggu. Namun yang jelas, hotel adalah tempat menginap yang paling banyak dipilih dan paling mudah ditemukan.

Selain itu, hotel memiliki banyak variasi dan segudang pilihan. Misalnya saja, kita bisa memilih hotel murah dengan fasilitas yang sederhana jika budget tidak banyak. Jika memiliki budgetcukup, kita bisa saja memilih hotel yang lebih mewah dengan fasilitas yang lebih lengkap.

Tapi namanya hotel, dengan fasilitas yang paling sederhana sekalipun, saat beristirahat terasa sangat nyaman dan pelayanannya sebagian besar memuaskan.

Jika dahulu, metode yang digunakan untuk booking hotel biasanya adalah dengan menelpon pihak hotel untuk menanyakan, apakah kamar seperti yang diinginkan tersedia? Berapa harganya? Dan lain-lain.

Cara konvensional ini, sebagian besar di era modern sudah mulai ditinggalkan. Mengapa? Karena memakan waktu, membutuhkan banyak biaya terutama biaya telepon atau pulsa. Dan jika ingin membandingkan harga, kita harus menelpon satu persatu hotel-hotel yang kita incar. Sungguh merepotkan bukan?

Tips Booking Hotel yang Mudah, Murah, dan Aman
sumber gambar : telegraph.co.uk

Namun saat ini, internet bisa memudahkan semuanya. Sebagian besar hotel sudah memiliki website. Walaupun kita bisa mengecek ketersediaan kamar di website hotel, namun kadangkala informasinya ada saja yang kurang sehingga mengharuskan kita untuk melakukan panggilan telepon. Ujung-ujungnya biaya kembali keluar lebih banyak.

Yang termutakhir, pihak hotel bekerja sama dengan agen travel online (OTA) untuk mempromosikan hotel mereka. Dengan kerjasama tersebut, pihak ketiga seperti agen online berlomba-lomba menghadirkan kemudahan bagi para pelanggan. Buktinya bisa kita lihat dengan mengunjungi beberapa website agent online atau dengan mengunduh aplikasinya baik untuk gadget berbasis Android, Windows Phone atau untuk perangkat Apple.

Beberapa keuntungan dan kemudahan yang bisa kita dapatkan dengan memesan secara online melalui aplikasi atau website agen travel diantaranya adalah:
  • Kita bisa memilih hotel dengan mudah berdasarkan berbagai kriteria. 
  • Kita bisa langsung membandingkan harga beberapa hotel sekaligus dalam waktu singkat. 
  • Kita bisa membayar langsung hotel tersebut tanpa DP yang kadang-kadang ujung-ujungnya nggak jelas.
  • Sering ada diskon dan voucher.

Agar booking hotel menjadi lebih mudah, murah, dan aman, melalui online travel agent, ada beberapa tips yang perlu kamu perhatikan. Berikut diantaranya.

Tinggalkan metode direct booking

Memesan kamar dengan langsung datang ke hotel (direct booking) seringkali menyisakan beberapa masalah seperti:
  • Perasaan was-was, apakah bisa mendapatkan kamar atau tidak, terutama pada saat high season. 
  • Sulit mendapatkan kamar yang diinginkan seperti yang dekat dengan kolam renang, yang memiliki pemandangan bagus, atau kamar-kamar spesial. 
  • Selain itu, metode ini tidak bisa diandalkan pada musim musim liburan.
  • Tidak praktis, metode ini cukup merepotkan.

Manfaatkan aplikasi di gadget

Untuk kemudahan dan kepraktisan memesan kamar hotel menggunakan aplikasi di gadget adalah yang direkomendasikan. Kita bisa memesan hotel kapanpun dan dimanapun melalui aplikasi di smartphone atau tablet dalam waktu yang singkat. Metode pembayarannya pun bisa dilakukan dengan menggunakan mobile banking, internet banking, atau melalui Paypal, kartu kredit, dan lain-lain.

Hindari "Pesan sekarang, bayar nanti" Melalui agen online

Beberapa agen online ada yang mempermudah pelanggan dengan memberikan ketentuan untuk bisa memesan sekarang namun membayar nanti saat menginap. Akan tetapi, kadang-kadang, kamar yang kita pesan bisa diambil oleh orang lain karena kita hanya membayar deposit, bukan membayar penuh. Apalagi kalau permintaan kamar hotel sedang banyak.

Untuk lebih amannya, pilihlah yang bisa langsung membayar penuh di awal dengan ketentuan bisa mendapatkan refund apabila harus membatalkan pesanan.

Jangan malas cek tetangga sebelah

Agen travel online saat ini juga banyak banget jumlahnya. Untuk bisa mendapatkan kamar hotel yang paling murah dan paling sesuai dengan keinginan, kamu wajib mengecek 2-3 agen online yang terkenal.

Perhatikan tax and service

Ini adalah ketentuan saat bookinghotel melalui agen online yang tidak boleh kamu lupakan. Ada beberapa agen online yang tidak menyertakan biaya pajak dan pelayanan dalam harga hotel yang ditawarkan. Jadi, sedikit teliti akan membantu kita booking hotel melalui agen online dengan lebih aman.

Jangan malu berburu diskon dan voucher

Bukan rahasia apabila agen online seringkali menawarkan berbagai diskon dan voucher. Misalnya dengan mendaftarkan email. Biasanya kita akan mendapatkan kiriman voucher atau tawaran diskon melalui email yang kita daftarkan. Dengan itu, kita bisa menghemat pengeluaran terutama untuk biaya penginapan. Jadi jangan ragu-ragu untuk berburu voucher dan diskon hotel melalui agen online.
  

10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

$
0
0
Terbang dengan kelas ekonomi memang ringan di kantong. Tapi siapa sih yang tidak kepengen terbang dengan kelas satu jika waktu dan biaya memadai? Apalagi jika harus terbang jarak jauh. Terbang dengan kelas ekonomi bisa jadi hal yang sangat melelahkan mengingat ruang untuk kaki yang terbatas dan keterbatasan fasilitas lainnya yang harus ditanggung dalam jangka waktu cukup lama. Alhasil, badan pun terasa sangat lelah saat mencapai tempat tujuan.

Jadi, jika Anda memiliki kesempatan untuk menikmati penerbangan kelas satu, sebaiknya Anda mempertimbangkan kelas satu dari maskapai-maskapai berikut ini karena paling tidak, Anda hanya harus mengatasi masalah jetlag di tempat tujuan.

Etihad Airways

10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA
Maskapai dari Emirat Arab ini menyediakan beberapa pilihan .Yang teristimewa adalah “Apartment” yang dilengkapi sofa, tempat tidur dan kamar mandi dengan peralatan dan jubah mandi.

Tentunya kemewahan tersebut berbanding dengan budget yang harus Anda keluarkan. Untuk menikmati fasilitas ini, Anda harus menguras kocek sebesar $30,000 sekali jalan.

Singapore Airlines
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Jangan kaget jika tempat tidur di kelas satu Singapore Airlines ini lebih nyaman dari pada kasur rumahan. Tempat tidurnya berukuran cukup lebar dengan topper agar Anda merasa lebih nyaman. Selain itu, jika Anda belum ingin tidur, masih ada sofa lebar untuk bersantai.

Anda bahkan bisa memilih private suite jika Anda mampu membayar sekitar $18,400 untuk perjalanan pulang pergi.

Emirates
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Kelas satu maskapai ini memiliki mini bar dan kamar mandi yang dilengkapi Bvlgari toiletries dan produk Timeless Spa. Anda bahkan akan dimanjakan dengan segelas jus segar setelah mandi!

Sebagai gambaran, untuk perjalanan dari Dubai ke New York, Anda perlu merogoh kocek sekitar $9,000 sekali jalan.

Cathay Pacific Airways
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Di sini Anda akan menikmati fasilitas TV, piyama, dan layar sentuh LCD untuk mengontrol cahaya dalam ruangan kapsul Anda. 

Ya, kabin kelas satu maskapai ini berbentuk ruangan kapsul yang dapat menjadi tempat tidur nyaman untuk Anda melakukan perjalanan jauh. Biaya yang harus Anda keluarkan untuk kelas ini adalah sekitar $28,000 pulang pergi.

Thai Airways
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Kabin kelas satu maskapai ini juga berbentuk kapsul dengan fasilitas TV layar datar yang nyaman. Untuk sekali jalan dari New York ke Bangkok, biaya yang perlu dikeluarkan adalah sekitar $6,000.

Qantas
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Kabin kelas satu maskapai ini menyediakan fasilitas yang cukup menarik seperti krim mata dan piyama. Anda bahkan bisa menikmati fasilitas pijat di lounge spa sebelum terbang jika Anda membuat appointment sebelum penerbangan.

Biaya yang perlu Anda keluarkan untuk menikmati penerbangan kelas satu Qantas Airways adalah sekitar $15,000.

Qatar Airways
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Kursi di kelas satu Qatar Airways ini dapat dibentangkan dan menjadi tempat tidur lengkap dengan duvet. Asyiknya, semua penumpang baik di kelas satu maupun dua dapat menikmati fasilitas bar dan makanan ringan di sky lounge Qatar Airways. Biaya yang keluar: $5,000 sekali jalan.

Air France
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Maskapai ini menawarkan pilihan a La Première yaitu sebuah suite pribadi dengan kursi yang dapat diubah menjadi tempat tidur, tv, ruang penyimpanan dan layanan untuk penitipan mantel mahal Anda. Fasilitas ini bisa Anda dapatkan untuk harga $10,000 sekali jalan.

Japan Airline
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Saking istimewanya kabin kelas satunya, Anda dapat memesan penerbangan dengan maskapai ini untuk bulan depan dan pihak maskapai belum akan memberitahu Anda harganya hingga tiba waktu yang tepat. Kabin Sky Suite 777 ini dilengkapi dengan interior Wood grain dan benar-benar terisolasi dari bagian pesawat yang lain untuk privasi lebih bagi penumpangnya.

Selain itu, kabin ini memiliki tempat tidur nyaman dengan monitor LCD 23 inci, tempat penyimpanan bagasi dan colokan listrik.

British Airways
10 KABIN PESAWAT KELAS SATU TERMEWAH DI DUNIA

Kabin kelas pertama mas kapai ini dilengkapi tv berukuran 23 inci dengan remote control sentuh yang terletak di lengan kursi. Setiap kursi memiliki dua colokan USB dan loker pribadi.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk tiket sekali jalan di kelas ini dari London ke New Delhi adalah sekitar $5,000.

Nah, inilah  10 Kabin Pesawat Kelas Satu Termewah Di Dunia, lalu bagaimana dengan kemewahan maskapai penerbangan kebanggaan Indonesia saat ini? Garuda juga punya penerbangan kelas satu dengan kabin yang tak kalah mewah. Untuk info selengkapnya Anda bisa mengeceknya di halaman tiket2.com. Kira-kira berapakah Harganya? Jakarta – Tokyo hanya Rp. 28an juta saja. 

Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri

$
0
0
Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri

“Yud, Hati-hati, itu Kuburan Lho!” Kak Olive. Saya kaget dibuatnya. Nisan batu ini tersusun begitu rapi. Beberapa symbol terpahat pada lantai batu secara sempurna. Beberapa symbol cukup familiar. Tapi tetap saja ini kuburan! Sial!
Jakarta, kota yang menjadi ibukota Negara Indonesia ini, selalu menyimpan begitu banyak cerita. Kota yang terkenal dengan gaya mentropolisnya ini secara literature sejarah, memang memiliki hubungan cukup erat dengan Aceh. Bilang saja dari hal yang paling sederhana, penyebaran agama Islam.

Tapi, bukan Jakarta namanya bila tak punya seribu satu sejarah yang mencengangkan. Selain Aceh yang berhasil mengekspor agama Islam ke pulau jawa, secara tak disadari, ternyata Jakarta juga berperan mengekspor agama kristiani ke Aceh.  Lima tahun dahulu kuliah di Jakarta hanya membuat saya tak mengenal Jakarta seutuhnya.

Kunjungan saya ke Jakarta (lagi) atas undangan salah satu OTA kali ini, saya manfaatkan sungguh-sungguh untuk menjadi “turis”. Mengunjugi kota tua adalah tujuan utamanya. Kak olive, Kang Taufan, adalah sasaran utama bila saya tak dapat penginapan di Jakarta. Kang taufan jadwalnya begitu padat, tinggalnya kak Olive yang akhirnya menyarankan saya untuk berkeliling kota tua, petak Sembilan, tidur di hostel yang dibelakang hostelnya ternyata tempat pembakaran mayat, dan main ke gereja tertua di Jakarta.

Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri

Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri

Aha! Gereja! Saya belum pernah masuk gereja. Serius! Saya tidak bohong. Bukan, bukan di Aceh tidak ada gereja. Ada banyak gereja di Aceh. Di kota Banda Aceh ada 4 gereja. 1 katolik, 2 protestan, dan 1 metodis. Kalau kamu ke Aceh tenggara, di sana ada 123 gereja! Jadi, salah besar ketika ada media mengatakan kalau kami, Aceh, anti toleransi agama! (berhentilah menyebar isu murahan ini!

Kak Olive adalah orang yang sangat tepat untuk menyusuri wisata sejarah. Bukannya hanya pecinta sejarah, tapi coba tanya padanya, perihal kuburan tua jaman kompeni belanda dan sejarah dibalik kematian si empunya kuburan. Niscaya, wanita yang lahir di Tana Toraja ini tahu ceritanya!

Bingung? Saya lebih bingung lagi ketika saya mengetahui kalau kak olive begitu cinta pada sosok pahlawan wanita Aceh. Laksamana Keumalahayati. Mungkin kamu bisa tidak percaya, tapi ajaklah ia ke makam pejuang wanita dari Aceh tersebut. Dan lihatlah apa yang terjadi pada Kak Olive…

Sore menjelang, suasana kota yang terlalu sibuk ini semakin menjadi. Antrian di station Kereta Kota Tua semakin menjadi. Klakson demi klakson angkutan umum timbul tenggelam bersamaan dengan melajunya kenderaan roda empat berwarna biru muda ini dari depan stasiun. Sesekali, tawaran ojek datang. Saya dan kak Olive tak kendur menolak rayuan. Derap langkah terus di pacu. Padahal, betis saya rasanya sudah minta di pijat sama cewek bule yang tidur seruangan di hostel. #halah

Langkah kaki kak Olive semakin cepat. Pukul sudah menunjukkan pukul 5 sore. Hei, ini masih terlalu sore di Aceh. Sayangnya tidak di Jakarta. Satu jam lagi, azan magrib akan berkumandang. Kak olive diam. Jalannya semakin cepat. Saya mulai kewalahan mengimbangi gaya jalannya yang tidak “wanita banget”.

Gereja Sion, adalah tempat yang menjadi tujuan kami sore itu. Gereja Tua bergaya khas eropa ini terletak di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya. Biasanya, bila dulu saya main-main ke stasiun kota untuk mencari compact disk, kini saya mengejar untaian cerita.
Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri
ini dia kuburannya
Degub jantung berdetak begitu kuat, gereja sudah tutup! Ini sudah melewati jam kunjungan. Pak Tasum terus menerus menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Pria berawakan kecil dan kurus ini memilih untuk diam di tempatnya. Bulir-bulir kecewa mulai tumbuh dalam hati. Mungkinkah saya memang tak akan pernah bisa melihat seperti apa tempat sejarah ini?

Bukan Olyvia Bendon namanya kalau pantang menyerah. Sejurus kemudian, Pak Tasum sang juru pelihara situs Gereja Sion akhirnya mengangguk setuju. Tapi dengan syarat.
Pintu belakang gereja mulai di buka. Saya, masih terpaku dengan nisan dan kuburan yang terletak berjejer rapi di halaman gereja. Ada 11 makam yang tersusun di areal depan gereja. Sebuah lonceng tua juga terletak di sisi lain gereja.

“Yud, ayoo nanti tutup!” setelah sebelumnya kak Olive memperingatkan saya, kalau lantai yang berukir dan dipagari ini adalah makam tua jaman penjajahan Belanda. Tergopoh-gopoh saya berlari menyusuri taman. Lalu sekejap. Hap! Saya masuk ke ruangan tempat berkumpulnya para pendeta. Beberapa kitab asli masih tersimpan. Ada niat hati ingin membacanya. Bukan, bukan untuk mencari celah agama. Tapi saya lebih senang mencari teori konspirasi yang tersimpan dibaliknya.

Menurut catatan sejarah, gereja ini awalnya didirikan oleh kaum portugis. Lalu diperindah oleh pemerintahan belanda. Beberapa lambing pada makam tua ada lambang VOC, lambang Freemason, dan beberapa lambang hewan. Lambang yang sama yang saya temukan ketika mengunjungi Kerkhoft terbesar di luar belanda, Kerkhoft Banda Aceh.

Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri
Plakat Makam dari pencetus Gereja (?)
Ruangan megah bak aula raksasa terpampang sempurna. Ruangan ini memanjang dengan susunan kursi yang begitu rapi. Mimbar raksasa yang belakangan saya ketahui ini masih asli dari jamannya. Langit-langit yang tinggi dan disangga oleh enam tiang raksasa ini berhasil membuat suara saya menggema ke seluruh ruangan.

Sifat udik saya muncul! Saya kegirangan! Saya hampir saja lupa kalau sedang dalam rumah ibadah umat kristiani. Sebuah organ seruling raksasa berdiri bak dinding coklat menutupi hampir seluruh bagian dinding depan mimbar bergaya Barok ini.

“kak seruling itu mirip seperti di film Spiderman kan” Pak Tasum misuh-misuh. Kak Olive menahan tawa. Aceh Pungo! Norak!

Sayup-sayup suara orang mengaji melantun  syahdu. Lamat-lamat merambat di dinding-dinding kuno gereja. Cerita demi cerita mulai tersusun rapi. Gereja Protestan ini, memang secara tak langsung memberikan citra warna agama kepada Aceh.
Gereja Sion, Ketika Aceh Mencari Jati Diri

Sejarah mencatat, Tercatat bahwa Gereja Katolik Roma dari Ordo Karmel (Ordo Fratrum Ordinis Beatissimae Maria Virginis de Monte Carmelo) mula-mula mengadakan kontak dengan Indonesia pada tahun 1511 ketika dua anggota mereka, Dionisius dan Redemptus, ikut serta dalam suatu kelompok dagang Portugis mengunjungi Aceh dari Malaka. Keduanya tewas dibunuh dan Gereja menyatakan mereka sebagai martir dan diperingati setiap 29 November. (sumber Wikipedia )

Lalu, pada tahun 1885, sebuah kapel katolik berdiri di Banda Aceh. Kapel yang kini dikenal dengan sebutan Gereja Hati Kudus ini, hanya selemparan batu dari Masjid Raya Baiturrahman. Dengan pastor pertamanya adalah orang Belanda asli. Dari sini, cerita mulai menyambung ke Aceh. Sampai akhirnya “beberapa” jejak Aceh terserak di ibukota negeri Indonesia tercinta ini. Menanti putra-putri nanggroe Aceh menyusurinya secara perlahan.

bukti freemason di jakarta

Perlahan, bibir mengembang, hati sedikit berbangga. Saya bisa masuk gereja di luar Aceh hanya untuk mencari untaian cerita Aceh yang hilang. Tapi... saya masih penasaran dengan berbagai kisah mengenai si pemilik makam. Mungkin nanti, suatu hari, saya harus balik lagi ke Jakarta untuk menyusun cerita Aceh yang terserak.

Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh

$
0
0
Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh
Mie Aceh Plus Kepiting! foto by : lostpacker.com
 “Saya sempat tidak berani jualan selama lebih dari 1 minggu gara-gara ada orang yang di tembak pas di warung saya jualan itu, Dek”
Nama aslinya Tarmizi. Tapi, saya dan semua orang di sini, lebih mengenalnya sebagai bang Adi Mie Ayah Simpang Lhong Raya. Pun asalnya bukan dari lhong raya, melainkan dari Desa Lam Ateuk yang jaraknya cukup jauh.

Mie Aceh, kini telah mengambil bagian penting dalam perjalanan khasanah kuliner nusantara. Hampir bisa dipastikan menjadi kuliner wajib ketika saban kali mengunjungi tanah serambi mekkah ini. Kaya akan rasa, bumbu yang penuh dengan rempah-rempah asli Aceh, telah membuat Mie ini dikenal sampai ke Luar Negeri.

Kemasyhuran mie Aceh, bersanding dalam jajaran 43 makanan khas nusantara yang dinyanyikan oleh salah satu grup Band Indie asal Perancis, Fransoa Superstar. Betapa bangganya saya, tatkala makanan dari kampong ini akhirnya berhasil menjelajah hampir ke seluruh provinsi di Indonesia. Menyaingi si Nasi Padang.

Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh

Saya sempat tercekat, tersentak kaget ketika bang Adi menceritakan pengelaman pahitnya kala berjualan di masa konflik Aceh beberapa tahun silam. Tiba-tiba saja, suasana yang tadinya “Cair” menjadi begitu tegang. Mukanya berubah menjadi sedikit suram. Saya, Bang Al, dan Fakhri hanya terdiam. Seperti masuk ke sebuah film yang diputar slow motion. Semilir angin siang yang meniupkan uap panas bercampur wangi bumbu mie Aceh yang sedang ditumis, tak mampu memecahkan suasana.

Ingatannya masih begitu sempurna untuk melupakan sebuah kejadian pahit di masa lalu. Ia, yang telah berjualan semenjak tahun 1994 silam masih duduk termangu di kursi kayu. Sembari melepas lelah setelah hampir sepanjang siang ia memasak mie untuk pelanggan setianya.

“Saya dari dulu jualan di simpang ini. Dulu, masih numpang di warung kopi orang. Belum ada rezeki untuk buka warung sendiri” Bang Adi mulai kembali bercerita. Sesekali, ketukan centong dengan belanga menghiasi percakapan kami. Bak alat music perkusi, semuanya serba teratur.

Foto kiriman hikayatbanda.com (@yudiranda) pada

Mie Aceh, pada dasarnya hampir sama dengan mie goreng pada umumnya. Mie yang terbuat dari tepung terigu, cabai yang digiling halus, bawang merah, dan bawang putih. Perbedaan paling mendasarnya ada di tambahan bumbu dasar dan tomat yang digunakan. Kami, menyebutnya sebagai tomat Aceh.

“Alhamdulillah, Mie yang saya jual masih saya pertahankan rasa aslinya. Saya juga masih pakai tomat Aceh, bukan tomat medan. Walaupun susah sekali beli tomat Aceh di pasar”. Perjuangan mempertahankan rasa yang khas di jaman yang serba impor ini tidaklah semudah memasak mie. Tomat medan, yang bercitarasa cenderung manis, akan membuat rasa mie Aceh terlalu manis. Sedangkan aslinya, mie Aceh cenderung asam, pedas, dan asin sedikit saja.

Tomat Aceh adalah salah satu rahasia dari resep mie Aceh Simpang Lhong Raya milik bang Adi. Tomat yang bentuknya seperti miniatur labu kuning ini (bentuknya pipih dan keriting) memiliki rasa yang asam dan sedikit kecut. Sehingga sempurnalah rasa mie Aceh yang sedari awal pembicaraan kami di aduk tanpa henti.

Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh
Sebenarnya, bukan hanya mie Aceh yang sedang melawan rongrongan bahan baku impor dari luar daerah. Sie Reuboh, ayam tangkap, Sie Itek, dan gulai kambingpun hampir bernasib sama. Beruntungnya, bahan yang diperlukan untuk membuat makanan tersebut tidak serepot mie Aceh.

Kini, konflik telah berlalu. Tapi masalah tak pernah bergeser. Setelah dahulu berjuang dengan ketatnya jam malam, dan razia hampir di sepanjang jalan. Kini, Ia harus melawan kelangkaan tomat Aceh dipasaran. Salah satu solusi yang ia lakukan adalah menyewa lahan untuk ditanami pohon tomat tersebut. Dan, tentu saja hal tersebut membuat cost produksi menjadi naik.

Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh

Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai. Baginya, Mie Aceh adalah darah daging keluarga. Sedari ayahnya, sampai entah berapa generasi yang akan datang, ia akan tetap menjadikan mie Aceh sebagai sumber pendapatan keluarga besarnya. 
“Bang Adi, saya mie rebus pakai kepiting!” Fakhri tiba-tiba mengacungkan tangan dan minta dibuatkan mie Aceh. Lagi? Bukankah sejaman yang lalu ia baru saja makan mie tumis lengkap dengan daging sapi yang dipotong dadu? Ah kapan lagi, saya pun tak mau kalah. Kalian tahu kawan? Mie Aceh yang dimasak dengan cara di rebus lalu dicampurkan dengan kepiting payau itu adalah mie terenak!

Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh


Kisah Sendu Di Balik Lezatnya Mie Aceh
Setiap suapan Mie Aceh yang lezat, kini saya menyadari, bahwa akan selalu ada cerita sendu dibaliknya. Mungkin, suatu hari nanti, rasa mie Aceh tidak akan lagi sama. Mungkin, bisa saja para penjual mie harus menerima kenyataan untuk memakai tomat medan, karena tomat Aceh semakin langka. Mungkin, sebaiknya, kamu yang membaca ini, segera memesan mie Aceh tumis pakai kepiting sebelum kehabisan!


Alamat Mie Ayah Simpang Lhong Raya :
Jalan Wedana No 3, Simpang Lhong Raya
Kota Banda Aceh
Buka Setiap Hari kecuali Minggu Tutup!
Jam operasional : 11.00 Wib S/D 01.00 Wib

Leuser Dan Harga Diri Aceh

$
0
0

Leuser itu apa? Leuser itu di mana? Kenapa dengan leuser?
Saya sempat kaget ketika mendengar cerita bang Zulfan bahwa suatu hari, ia pernah iseng menanyakan “dimanakah leuser itu” kepada sekumpulan anak sekolah menengah pertama di kabupaten Gayo Lues. Si anak dengan bangganya menyebut kalau leuser adanya di Tangkahan, Sumatera Utara.

Seketika ada rasa bersalah yang teramat sangat. Melihat begitu banyak orang Aceh tak mengenal kekayaan dan asset dari daerahnya sendiri. Bukan hanya anak-anak SMP akan tetapi ramai pula yang merasa tak mengenal dengan dekat akan salah satu tempat terbaik di bumi ini. Saya tak berlebihan mengatakan kalau Kawasan Ekosistem Leuser sebagai salah satu tempat terbaik di bumi. Pasalnya, hutan hujan dengan luas mencapai 2,6 juta Ha ini menyimpan begitu banyak potensi.

Aceh, memiliki hampir 70% dari luas total Kawasan. Sayangnya, hari ini, Aceh lebih senang “melacurkan” dirinya kepada para pambalak liar, para pengusaha sawit, dan para pemburu. Seolah tak paham ataukah menutup mata?

Jadi pertanyaan yang begitu menganga, ketika ditanyakan kenapa Aceh terkesan tak peduli akan nasib Leuser yang kini terus diperkosa oleh para cukong yang lapar. Apakah kita, sebagai orang Aceh lupa, kalau Aceh dan Islam itu ibarat tubuh dengan jiwa? Bukankah Islam mengajarkan kalau umatnya wajib menjaga bumi ini dengan sebaik-baiknya. Bukankah manusia adalah Khalifah (pemimpin) atas semua nikmat dari Tuhannya. Lalu yang terjadi di hutan Aceh? Yang terjadi di Leuser kini?
Dalam kitab suci umat Islam, Allah berfirman “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya” Al A`raf : 56. Lalu yang terjadi?
Saya terkadang berpikir, apakah orang Aceh ini sudah bosan menikmati masa damai dari konflik sehingga menciptakan konflik baru dengan alam? Ataukah sebenarnya sebagian orang Aceh ingin tinggal di hutan sehingga harus membunuh, mengusir, dan memburu semua satwa yang ada di hutan ke kota.

Secara hitungan ekonomis, hutan yang lestari jauh lebih berharga dibandingkan dia berubah menjadi lahan sawit ataupun hutan gundul. Sawit memang menawarkan quick cash, tapi sawit memberikan cost operation yang besar. Pemerintah daerah setempat hanya dapat pemasukan dari pajak usaha sawit. Lalu, dampak lingkungan yang terjadi akibat pembalakan hutan yang tanggung adalah Pemda setempat. Bukan pengusaha. Siapa yang rugi? Masyarakat siapa yang kena banjir bandang? Yang kebunnya diserang oleh kawanan gajah?


Salah gajah? Salah orangutan? Salah badak? Salah babi hutan? Sesungguhnya, yang manusia siapakah? Kita orang Aceh, ataukah para satwa tersebut? Bukankah yang seharusnya melakukan adaptasi terhadap alam adalah manusia. Bukan sebaliknya. Mana mungkin meminta gajah beradaptasi kepada manusia. Gajah tidak bisa baca tulisan ngawur ini, kawan.

Ada hal yang lebih miris lagi. Ternyata yang lebih peduli leuser sebagian besar adalah orang-orang Aceh. Dan lebih parah lagi, non muslim. SARA? Tunggu dulu. Coba lihat siapa yang akhirnya datang jauh-jauh dari amerika dan mengangkat isu Kawasan Ekosistem Leuser menjadi perhatian media massa dunia. Leonardo di Caprio. Siapa yang hari ini menjadi lembaga donor untuk program pelestarian Leuser? Hampir rata-rata berasal dari Eropa dan Amerika.

Padahal, ketika Kawasan Ekosistem Leuser berubah fungsi. Yang pertama kali akan berperang memperebutkan sumber air adalah sesama orang Aceh. Ketika orangutan sumatera punah, yang akan kelaparan karena hutan mulai tak lagi berkembang adalah orang Aceh. Yang akan kesulitan menangkap ikan di laut karena akhirnya terlalu banyak lumpur di seputaran pantai Aceh, adalah nelayan Aceh sendiri. Ini belum lagi berbicara mengenai efek gas rumah kaca, bencana banjir bandang, kekeringan, dan hilangnya air.

Ah iya, saya lupa, sebagian kita masih berpikir kalau bencana itu urusan Allah. Tapi tahukah kamu, kalau ternyata di dalam Al Quran sendiri mengatakan bahwa, segala kerusakan di muka bumi itu akibat ulah tangan-tangan manusia. Lalu? Leuser rusak salah siapa? Siapa yang akan diminta pertanggung-jawabannya pertama kalinya kelak? Orang Aceh!

Pemerintah Aceh yang kini memerintah sudah menyatakan diri menjadikan Leuser sebagai Pelacur di antara komunitas pengusaha Sawit atau siapapun yang ingin menggagahinya.

Adanya konflik kepentingan antara daerah dan pusat membuat pemerintah Aceh menghapus KEL dari kawasan strategis nasional. Di Qanun RTRW Nomor 19 tahun 2013 itu KEL sudah tidak termasuk dalam lima kawasan strategis nasional. Ini artinya status KEL menjadi tidak penting lagi, siapa saja boleh masuk ke sana untuk berbuat apa saja.

Siapa saja, termasuk pengusaha sawit atau pengusaha lainnya. Bahkan para penebang liar.

Salah satu buktinya, Pemerintah Aceh Tamiang sudah memberikan Izin Lingkungan kepada PT. Tripa Semen Aceh untuk membangun pabrik semen dan penambangan seluas 2.549,2 hektare itu berada di Kampung Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Izin tersebut dikeluarkan melalui Keputusan Bupati Bupati Nomor 541 tahun 2016. Areal penambangan itu masuk ke dalam KEL. (sumber : daenggassing.com)


Sebenarnya, hutan Leuser yang merupakan salah satu kawasan hutan hujan di dunia, bisa dimanfaatkan sebagai salah satu tujuan destinasi wisata. Sama seperti Tanjung Puting, atau Amazon di Amerika. Bukan harus mutlak-mutlak dijadikan pelacur kelas kakap seperti ini. Ingat! Seorang pelacur hanya laku ketika dia masih cantik jelita dan masih MUDA. Ketika sudah tua, muka sudah keriput, mata sudah sembab, apakah dia akan laku lagi? Lalu, apa bedanya dengan hutan Leuser?

Aceh, semakin hari, semakin melupakan harga dirinya. Gajah yang pernah menjadi pembela Sultan Iskandar Muda, kini menjadi musuh yang harus dibunuh dengan keji. Hutan, yang pernah menjadi tempat persembunyian para pejuang Aceh, kini berubah menjadi ladang Sawit. Air terjun yang menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat setempat kini dikeringkan dengan paksa.

Inikah Aceh hari ini? Yang menjual harga dirinya hanya demi rupiah yang tak seberapa itu? Nilai Aceh dan Leuser jauh lebih tinggi dari pada berhektar-hektar lahan Sawit. seekor Gajah jauh lebih mahal dari pada satu Mobil Rubicon. Ciutan burung-burung dalam hutan Leuser, jauh lebih indah dibandingkan mp3 keluaran teranyar. Air yang mengalir dari kaki-kaki gunung Leuser, jauh lebih segar dibandingkan dengan minyak sawit. Tanpa sawit manusia masih bisa hidup, tapi tanpa hutan?


Saya, tidak akan mengajak siapapun untuk peduli kepada Kawasan hutan hujan di Aceh. Karena masih banyak orang di luar Aceh yang begitu peduli akan kelestarian alam Aceh. Bukan, saya bukan ingin membandingkan orang Aceh dengan orang luar yang lebih peduli akan Hutan. Sebenarnya, orang Aceh, secara adat dan budaya adalah masyarakat yang begitu ketat dalam menjaga hutan. Ada Panglima Uteun (panglima hutan), ada pantangan atau pamali-pamali ketika hendak ke hutan. Tapi kini? Semuanya seperti terlupakan begitu saja…  
hutan Leuser Aceh tenggara
Hutan Leuser dari sisi Aceh Tenggara
foto by : Harianaceh.co.id


Inilah Alasan Kenapa Kamu Tidak Ingin Ke Aceh

$
0
0

Lhok ketapang, aceh besar, Foto by arieyamani.blogspot.com
Saban kali mendengar perihal berwisata ke Aceh, tidak sedikit orang akan ogah-ogahan. Ada begitu banyak alas an yang akan disampaikan. Mulai dari yang masuk akal, sampai beberapa alasan yang lebih terkesan hoax.

Harus diakui, Aceh masih belum menjadi tujuan destinasi wisata favorite di Indonesia. Mulai dari letaknya di ujung Sumatra, sampai beragam stigma negative yang dihembuskan media mainstream ibukota menjadi penyebabnya. Bahkan, beberapa teman blogger travelers menjadi Aceh sebagai daerah cadangan dalam list kunjungan mereka. Menyedihkan. Tapi ini adalah kenyataan, bukan?

Inilah 5 alasan kenapa kamu tidak ingin ke Aceh ;

Tiket Ke Aceh Mahal!
Penerbangan non promo dari Jakarta ke Banda Aceh itu, berkisar 750 ribu rupiah sekali terbang. Dan itupun dengan maskapai si singa udara. Bila burung biru? Wah, harganya bisa hampir dua kali lipat. Lalu, kalau pulang pergi?

Silahkan kamu hitung, dengan harga tiket semahal itu kamu bisa kemana saja?
Lalu, benarkah tiket ke Aceh itu mahal? ada banyak jalan menuju Roma, begitupun ada banyak cara menuju Aceh.

Ke Aceh, kini bisa di akses melalui Batam, Singapura, dan Malaysia. Itu bila kamu memilih pesawat sebagai alat transportasi utama. Dan, kamu bisa menghemat hampir setengah dari harga tiket pada umumnya. Syaratnya hanya satu, Paspor!

Kak Fiona di Aceh tahun lalu (sumber http://fionacallaghan.com/)
Nah, bila sudah bela-belain ke Aceh, lantas ada apakah di Aceh sampai harus ke sini. Apakah tidak ada destinasi yang menarik selain Aceh? Ada banyak! Tapi Aceh tetap memiliki keunikannya sendiri. Percayalah…

Di Tangkap Polisi Syariat Islam

Bukan sekali dua, saya mendengar keluhan bila ke Aceh, pasti akan ditangkap oleh polisi syariat. Benarkah? Tentu saja benar! Itu tidak salah sama sekali.  Aceh, merupakan salah satu provinsi di negera Indonesia ini yang menjalankan hokum Islam sebagai salah satu landasan hokum daerahnya. Jadi, polisi syariat adalah satu dari sekian banyak produk hukumnya.

Tapi tahukah kamu, tugas polisi syariat itu apa? Dan mengapa kamu akan ditangkap oleh polisi yang berseragam hijau lumut ini? Mungkin, keterangan dari laman wiki ini bisa membantu untuk menjelaskan tugas pokok dari polisi syariat Islam di Aceh ini.

Berdasarkan peraturan wewenang Wilayatul Hisbah adalah mengawasi, membina dan menyidik dan tidak memiliki kewenangan untuk menangkap dan menahan. Pasukan yang membantu Wilayatul Hisbah adalah Polisi Pamong Praja yang dapat melakukan razia dan menangkap "tangan" ditempat. Khusus pada aturan '“khalwat" di mana dua orang bukan keluarga yang masih lajang dan berjenis kelamin berbeda ditemukan berduaan ataupun kode pakaian muslim, penerapan hukumnya pada pelanggarnya dapat ditahan hingga 24 jam [sumber wikipedia)

Lalu, pertanyaan sekarang, kamu ke Aceh untuk melepaskan nafsu libidomu akan lawan jenis yang belum kamu nikahi atau untuk menikmati alam, budaya, dan kuliner Aceh? Bila kamu lebih memilih menikmati wisata di Aceh, maka bisa saya pastikan, polisi syariat tidak akan sudi menangkap kamu.
Baca juga : Mau Enak, Jangan Ke Aceh!
Tidak Ada Hiburan Malam
Bioskop, diskotik, kafe remang-remang, dunia gemerlap, dan segala sesuatu yang berhubungan denganya, hampir bisa dipastikan akan sulit ditemukan di Aceh. Terutama bioskop, dan diskotik.

Jadi, akan sangat kasian bila kamu ke Aceh, tapi kamu malah mencari dunia malam di sini.
foto by google
Bukan hanya kamu yang kecewa, karena di Aceh tidak ada hiburan dunia gemerlap. Ada ramai sekali diantara para pejalan yang akhirnya kecewa dengan Aceh. Tapi, anehnya, justru mereka kembali lagi ke Aceh bahkan sampai lebih dari dua kali.

Beberapa diantara mereka menjelaskan, bahwa Aceh tidak kurang sedikitpun hiburan yang membuat mereka betah dan nyaman. Ada banyak warung kopi di Aceh yang membuat suasana begitu hidup sampai larut malam. Ada  wifi hampir di rata sudut kota. Ada budaya dan adatnya, yang akan membuat kamu sumringah tanpa henti.

Dan, tentu saja, ada alamnya yang masih butuh kasih dan sayang dari kamu yang mencari keindahan alam yang masih perawan.

Tidak Bebas Berpakaian Ketat
Yups, di Aceh kamu tidak bisa pakai pakaian ketat. Terutama bagi kaum wanita. Kalian, bila berani memakai pakaian ketat, lalu berkeliaran tengah malam di tengah kota, niscaya kalian pasti akan ditangkap oleh warga! Lalu, diserahkan ke polisi syariat, dan kalian akan di cambuk!

Itu, bila kamu memang mempercayai berita dari portal-portal yang menuhankan trafik sebagai tuhannya. Bukannya membantu memberikan informasi yang berimbang tapi malah menyentuh titik “tidak ada otak”. Sehingga yang terjadi adalah panen trafik.

Lalu bagaimana sebenarnya? Aceh itu negeri syariat Islam. Bagaimana bila nantinya kamu yang non muslim tidak memakai jilbab? Singkat saja, apakah kamu boleh ribut ketika perayaan nyepi sedang berlangsung? Tidak bukan? Kamu harus menghargai umat Hindu di Bali ketika mereka merayakan nyepi-nya bukan? Pun begitu dengan Aceh. Kalian tidak harus pakai pakaian “you can see” tapi kamu bisa berpakai pakaian yang sopan secara norma daerahmu, tentu untuk menghargai umat Islam di Aceh.
Silahkan baca : Siapa bilang ke Aceh harus pakai jilbab?
Sering Terjadi Konflik Senjata
Tidak, lagi-lagi media di ibukota Negara Indonesia ini, sama sekali tidak salah ketika mengabari kalau di Aceh suka terjadi konflik senjata. Ada orang yang di bom, ada yang sedang mengendarai motor di tembak. Ada yang diculik. Ada yang dihilangkan tak berbekas.

Maka dari itu, sangat disarankan agar anda tidak ke Aceh ketika masa konflik antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh merdeka berlangsung. Kapankah waktunya? Aceh di 12 tahun yang lalu. Jadi, bila diantara kamu masih ada yang belum bisa move on dari masa lalunya, wajar saja bila akhirnya memutuskan tidak ingin ke Aceh.

Foto kiriman From Aceh With Love (@yudiranda) pada

Konflik senjata, kini hanyalah bagian cerita saya untuk anak-anak dikala tidurnya. Kisah-kisah seram dari masa lalu ini, cocok sekali untuk menjadi pengantar tidur dua bocah kecil saya. Aceh, kini cenderung aman. Begal hampir bisa dikatakan tidak pernah. Tapi, manusia memang tempatnya khilaf. Saya tak berani mengatakan bahwa Aceh 100 persen.

Sekali waktu, datanglah sendiri. Jalanlah ditengah malam. Atau pergilah ke kawasan Peunayong, Banda Aceh, dan silahkan nilai sendiri.

Akhirnya, setelah semua alasan mengapa kamu tidak ingin di Aceh saya jelaskan dengan sesingkat-singkatnya, masihkah kamu tetap berdiri dengan pendirian kamu bahwa Aceh, memang tidak layak didatangi? 

Jelajah Kuliner di Banda Aceh

$
0
0

Banda Aceh, mendengar namanya, selalu terlintas betapa dahsyatnya bencana gempa dan tsunami 2004 silam. Tapi kota kecil di ujung utara pulau Sumatra ini, kini menjelma menjadi salah satu kota tujuan wisata Tsunami.

Tapi, jalan-jalan ke Banda Aceh takkan lengkap bila kita tidak menikmati kuliner khas Aceh. Bukan hanya mie Aceh, Nasi Goreng Aceh, ataupun gulai kambing khas Aceh melainkan ada banyak kuliner asli Aceh yang tidak kalah enak dari makanan Aceh yang sudah kamu ketahui sebelumnya.

Nah, bila nanti kamu berkunjung ke Banda Aceh, ataupun hanya sekedar mampir ke kota yang hanya memiliki luas 62 Km2 ini, tidak ada salahnya kamu mencoba 5 kuliner khas di Banda Aceh : 
  • Mie Kocok Aceh, Awak Awai

Berbicara mie kocok, berarti kita harus berbicara etnis thionghua dan Sumatra utara. Karena menurut beberapa literature mengatakan kalau mie kocok yang ada di kota Banda Aceh hari ini, dibawa oleh kaum etnis thionghua dari Sumatra utara.
Lalu, apa yang membuat mie kocok ini berbeda?


Dilihat dari tampilan dan rasa, mie kocok Aceh ini memiliki rasa yang lebih gurih. Kaldu ayam ditambah kaldu kepiting begitu terasa. Ditambah lagi, tidak ada irisan daging ayam sebagaimana mie kocok pada umumnya.

Terlepas dari itu semuanya, harganya super bersahabat! Kamu tidak usah ragu dan takut tatkala memesan mie kocok Aceh lebih dari satu porsi. Dan jangan pernah ragu untuk menambahkan cumi, ayam goreng, atau puyuh goreng ke dalam piring mie kocokmu. Karena itu akan membuatnya semakin maknyus

Alamat mie Kocok Aceh Awak awai terletak di jalan WR Supratman, Peunayong Banda Aceh.
  • Lontong Sayur Interkom Kak Pipi

foto by kak Olive (obendon.com)
Pagi di Banda Aceh, kini tidak lagi menjadi momok sarapan yang menakutkan. Banyak sekali warung-warung yang menjual aneka penganan, nasi gurih, dan lontong sayur. Untuk nasi gurih, dan lontong sayur, biasanya dijual bersamaan. Di mana ada nasi gurih, di situ pasti ada lontong sayur. Yang berbeda adalah cara pelayanan dan penyajiannya.

Warung yang berjualan di halaman depan  rumah ini, menyajikan lontong dan nasi gurih plus kue lupis.  Dan uniknya lagi, warung tersebut menggunakan intercom. Intercom? Ya, intercom. Jikalau sesudah memesan lontong dan nasi gurih, kemudian ingin menambah teh manis atau kue lupis, maka intercom akan menyala, “teh manis hangat dan lupis 1 porsi” begitu kira-kira pemesanan dilakukan melalui Intercom.  Tak sampai 5 menit, segelas teh manis hangat dan sepiring lupis pun tersaji.

Kuliner di Banda Aceh
Lontong Sayur, enak murah, meriah 

Puas bersantap, tibalah saat membayar segala pesanan. Tak perlu heran jika dengan pesanan beberapa piring, anda cukup membayar sekitar 30 sampai 50 ribu saja. Harga yang cukup bersahabat bukan? Apalagi jika ingin menikmati lontong, nasi gurih atau lupis di akhir bulan.

Ingin berkunjung? Silahkan menuju Blang Padang, kemudian carilah jalan Patimura dan berbelok di jalan Gunung Paro No. 24-lah tempatnya.
  • Sate Matang Cita Rasa Peunayong

Jika di Madura ada sate Madura, di padang ada sate padang, maka di Aceh ada Sate Matang. Awal mula menjadi sate Matang bukan karena dia dijual dalam keadaan matang. Melainkan karena awal mula sate ini berasal dari Kota Matang Geulumpang Dua kabupaten Aceh Jeumpa (Bireuen). Dari sanalah kata Sate Matang berawal.

Kuliner di Banda Aceh

Yang unik dari sate ini terletak pada rasa kuah kaldu kambing yang khas -kental dan berasa rempah kari-, ditambah taburan daun bawang segar dan disajikan dalam keadaan panas. Potongan daging yang direndam kedalam bumbu rempah dalam waktu yang lama, sebelum akhirnya dibakar.


Kamu tidak perlu bingung bila ingin makan sate matang, tidak harus ke kota Bireuen yang jaraknya 4 jam perjalanan darat dari  kota Banda Aceh. Ada banyak warung sate matang di kota kecil ini. Salah satunya adalah warung Sate Matang Cita Rasa yang terletak di kawasan pecinan Banda Aceh, Peunayong. Tepatnya jalan Sri Ratu Safiatuddin.

Soal rasa, saya suka kelembutan daging satenya. Karena biasanya, di beberapa tempat, sate matang terkesan keras. Hasilnya? Rahang kamu akan pegal setelah menghabiskan 10 tusuk sate matang, he he
  • Apam Aceh, Warung Pusaka Indatu 

Mengikuti trend kudapan kekinian, penganan Apam Aceh kembali booming. Dulu di era nya, apam adalah penganan mahal yang disajikan khusus untuk tamu tamu penting. Penganan yang disajikan dengan kuah santan yang gurih dan manis ini, kini bisa dinikmati bila kamu bermain ke Banda Aceh.


Apam itu seperti serabi di Sunda. Tapi bentuk apam di sini lebih besar dan lebih tebal.


Bila dahulu apam hanya dijual ketika bulan Puasa saja.kini Apam dijual saban hari. Pun si Apam didampingi putu ayu, cagruk, bu payeh, dan kuah boh gadong. ( apa itu? Nanti saya jelaskan he he). Bicara soal rasa, kamu pencinta makanan tradisional sekaligus makanan “kuno”, Apam Aceh dapat mewakilkan rasa cintamu.

Putu Ayu dan Apam Aceh
Ia hadir di Warung Pusaka Indatu Kuliner terletak di Jl. Pelangi, Gampong Mulia Banda Aceh. Soal harga? Tenang, setiap porsinya hanya 5000 rupiah. Jadi, makanlah sepuasnya karena ia tak akan merobek kantongmu.
  • Sleeping Beauty Coffee, ala Coffee Cho

Banda Aceh selain dikenal sebagai ibu kota serambi Mekkah, kota ini juga dikenal sebagai kota dengan seribu warung kopi. Jadi, ngopi  sudah menjadi sebuah budaya yang sulit dipisahkan dari keseharian di Banda Aceh.

Kuliner di Banda Aceh
foto by coffee Cho
Bila biasanya kopi Arabica hanya disajikan seperti espresso, coffee latte, cappuccino, dan Americano. Di Banda Aceh kini hadir satu lagi varian sajian kopi kreasi. Sleeping Beauty dan Jomblo Fisabillah (sayangnya untuk katagori yang kedua belum di jual bebas hihi)
  
Yups, kamu tidak salah membaca Sleeping Beauty Coffee, alias kopi untuk bobo cantik, haha. Tapi memang begitulah namanya. Unik. Itulah kesan pertama dalam tegukan pertama. Tegukan kedua, ada sensasi asam lemon, harum kayu manis, dan pahitnya kopi. Tegukan ketiga, satu gelas habis hanya dalam waktu 3 menit.

maaf, saya lupa moto sajian sleeping beuaty-nya hehe
Kopi yang disajikan dingin ini, hanya terdapat di kedai kopi Coffee Cho Banda Aceh yang terletak di jalan T. Nyak Arief, Lamyong. Tepat di depan pustaka wilayah Banda Aceh. Warung yang berdesign modern ini cukup cozy bagi kamu yang suka hang-out bersama partner. Soal harga? Tenang, kualitas selalu menentukan harga. Hihi

Jadi, bila kamu di Banda Aceh, apa kuliner favorite mu?

&&&&&


Bantuin Aceh menang dalam ajang Wisata Halal Dunia 2016 Yuks, Di sini bit.ly/VOTEIndonesia
Vote For Aceh, Vote For Indonesia
Periode Vote
Periode voting putaran pertama mulai tanggal 24 Oktober – 6 November 2016, memilih 5 besar finalis (Top 5) masing-masing kategori dan voting putaran kedua pada tanggal 7 – 24 November 2016.



Banda Aceh Magrib [Opini]

$
0
0
banda aceh magrib
foto capture by safariku.com
“Suasana magrib di Banda Aceh begitu mengganggu buat saya.” 
Seorang pria yang saya taksir berumuran sekitar 35 tahunan, melempar sebuah wacana begitu saja.

“lampu-lampu di warung kopi dan beberapa warung dimatikan, dan itu membuat saya tak nyaman” lanjutnya lagi. Saya semakin terperanjat. Kopi sanger dingin seketika tak enak lagi diseruput. Saya tercekat.

Pria ini masih Aceh juga kah? Begitulah tanya saya dalam hati. Atau sebenarnya dia lupa siapa dirinya sesungguhnya.

Senja sudah merona di ufuk barat kota kecil ini. Sesuara lantunan al quran mulai mengudara memenuhi warna jingga di angkasa yang dimainkan dari tape yang ada di masjid-masjid yang ada di Banda Aceh.

Jujur saja, kota kecil ini memang tidak sempurna. Jauh dari kata sebuah kota yang hebat lagi menarik untuk dinikmati bagi warganya. Tapi, haruskah terus menerus menjelekkannya? Bila orang Aceh sendiri sudah pesimis kepada kotanya sendiri, lalu bagaimana dengan orang diluaran Aceh? Bukankah wajar bila akhirnya selalu ada anggapan kalau pelaksanaan syariat Islam di Aceh membuat Aceh tersudut di ring tinju tanpa pernah bisa melawan.

*****

“Bang, enak ya di Aceh. Semua orang diberikan hak untuk melakukan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing ya?” sebuah senyum dan wajah takjub terpancar dari wajah seorang wanita muda. Ia, adalah seorang yang beragama non muslim. Ia, juga seorang seleb tweet.

banda aceh magrib
Bersiap pulang sembari terus menggulung benang Layang Tradisional Aceh
Kala itu, azan magrib menggema di seluruh kota. Saya, dan Artis Twitter Indonesia ini, sedang duduk di salah satu rumah makan nasi Goreng Aceh dibilangan kawasan kota Banda Aceh. Kami tengah merayakan syukuran akan salah seorang sahabat dari jakarta yang dapat orderan pesanan yang cukup banyak.  Saya sampai bingung tatkala wanita muda itu berbicara dengan muka polosnya tentang magrib di Banda Aceh.

Para pelayan rumah makan tersebut tiba-tiba menghilang, beberapa lampu utama di rumah makan tersebut juga dimatikan. Para pelanggan “dibiarkan” begitu saja. Yang sedang makan tetap dipersilahkan makan. Yang ingin membayar diharapkan untuk menunggu sampai jadwal shalat magrib selesai.

Awalnya, saya mengira kalau hal ini akan membuat beberapa sahabat saya yang beragama non muslim akan merasa risih. Tapi? Justru kebalikannya!

Beberapa minggu kemudian, di sebuah warung kopi di seputaran jalan P. Nyak Makam Banda Aceh, atasan saya dari jakarta yang masih beretnis thionghua dan beragama kristiani juga sempat mengutarakan hal yang sama. Ia begitu kagum dengan keadaan magrib di Banda Aceh. Yang –lagi-lagi – menurutnya, itu sangat menyenangkan.

Dari dua hal tersebut di atas, saya merasa sangat bingung dengan pernyataan tiba-tiba seorang pemuda Aceh tersebut. Bilakah dia berpaham Islam Liberal, sepertinya dia tidak paham akan makna kebebasan itu sendiri. Inilah yang paling sering terjadi di akhir-akhir ini.

Anggaplah seperti yang saya katakan, Aceh ini memang tidak baik. Lalu, apakah dengan demikian kita harus terus menerus menyudutkannya? Ataukah kita harus membantunya untuk terus menatap masa depan yang lebih baik. Bukan, bukan untuk kita yang sudah berumur lebih dari seperempat abad ini. Melainkan untuk anak-anak kita kelak.

Berikanlah sedikit rasa terima kasih kepada kota yang sudah mau memberikan kita kesempatan untuk berekspresi. Berikanlah sedikit rasa bangga sebagai orang Aceh kepada Aceh! Janganlah menjadi seperti penipu ataupun pengecut. Berteriak lantang pembangunan tapi citra daerah terus dijatuhkan sampai ke dalam tempat terjelek.

Bila saja, bila saja semua orang mengerti tentang konsep personal branding, maka semua image yang kita bentuk hari ini, itulah kita. Bahasa mudahnya begini, bila kita ingin menjadikan Aceh terkenal, maka image yang harus kita bangun adalah image yang baik. Semisal, Aceh itu aman bagi pengunjung, Aceh itu nyaman bagi mereka yang non muslim, dan lain sebagainya. Keuntungannya apa? Semakin baik image Aceh di mata orang lain maka bukan tak mungkin akhirnya Aceh menjadi daerah tujuan investasi. Ujung-ujungnya, ekonomi Aceh akan meningkat dan kesejahteraan masyarakat bisa terdorong seperti yang dicita-citakan.

Lalu, bagaimana bila pandangan negative terus dikembangkan? Yang terjadi justru adalah kebalikannya. Dan, ini ibarat bom waktu. Pada akhirnya, kemiskinan akan memberikan rasa tak aman bagi siapapun. Anggaplah, dengan terus menumbuhnya orang-orang miskin, maka orang-orang yang nekat dalam meraih rezeki juga akan bertambah. Tentu ini dalam artian negative. Lalu, bisa dipastikan, ujung-ujungnya orang Aceh yang selalu menjelekkan Aceh, dia kembali nyinyir dan ribut di lini masa social media. Bukannya membangun opini positif tapi justru menjelekkan Aceh.

Satu hal, menjelekkan negeri sendiri, itu sama dengan menjelekkan diri sendiri. Kenapa? Karena penghuni negerilah yang menentukan arah jalan dari negeri tersebut.

Banda Aceh magrib. Adalah momen romantisme terjadi. Awan-awan menjadi jingga, burung-burung bangau terbang membentuk huruf V membelah langit senja kota Banda Aceh. Lantunan adzan bersahut-sahutan. Berlomba dengan deru suara sepeda motor dan mobil yang berlarian menuju ke rumah sang pemiliknya.

banda aceh magrib
nelayan yang pulang ke rumahnya kala senja menjamah pantai Ulee Lheue Banda Aceh

Ya, Banda Aceh kala magrib mungkin tak begitu menyenangkan. Terutama bagi mereka yang terlalu sibuk duduk di warung kopi tanpa pernah mengerti arti apa itu toleransi agama yang sebenarnya.

===========================================================================
Nah, daripada nyinyir tapi nggak berbuat apa-apa untuk negeri ini, kenapa tidak mulai dari selemah-lemahnya iman? Ya, minimal dengan bantuin vote untuk bantuin Aceh jadi lebih baik.

Bantuin Aceh menang dalam ajang Wisata Halal Dunia 2016 Yuks, Di sini www.voteindonesia.com mulai dari tanggal 7 November 2016 s/d 24 November 2016

Vote For Aceh, Vote For Indonesia!

www.voteindonesia.com



J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia

$
0
0
J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia

“la ilaha illallah.. la ilaha illallah…la ilaha illallah..” tangannya mencengkram pergelangan saya dengan hebat. 
Matanya terpejam. Mulutnya berkomat-kamit sembari terus menyebut Asma Allah. Tak berhenti, tak jua kunjung selesai.  Saban kali pesawat airbus merah ini bermanuver di langit Negeri Jiran, setiap itu pula Ibu tua ini mengagetkan saya dari tidur yang lelap.

Mata saya masih merah, perih dan ngantuk bukan kepayang. Semalaman saya belum tidur. Niat hati, ingin tidur di pesawat yang terbang ke Malaysia di pagi hari itu. Tapi, keadaan berbicara lain. Teman sederetan dengan saya adalah seorang ibu, bersama putrinya. Plus dua orang bocah laki-laki yang sedari awal tidak pernah diam.

Beberapa kali, saat pesawat sudah lepas landas, mereka berlarian untuk menyapa ibunya. Dan, saya yang sedang memimpikan betapa nikmatnya nasi briyani Kuala Lumpur, pun harus terbangun dari tidur. Jangan tanya, betapa kesalnya saya. Jangan tanya, betapa pusingnya kepala ini, dan jangan tanya, berapa banyak air iler yang harusnya keluar tapi harus di-slruup kembali.

Bersyukurlah saya kepadaNYA, yang membuat jarak penerbangan antara Aceh dan Kuala Lumpur itu hanya 1 jam 30 menit. Pesawat mendarat sempurna. Dan sempurna pula rasa saya ingin segera meninggalkan pesawat.

Masalah ternyata belum selesai...
Ini adalah pertama kalinya saya ke luar negeri. Ini adalah pertama kalinya, saya melihat bandara yang dari pintu kabin pesawat ke bagian administrasi/imigrasi jaraknya 20 menit jalan kaki! Ini adalah pertama kalinya saya ke Malaysia. Memenuhi undangan dari Gaya Travel and Magazine, untuk menjelajah Melaka keesokan harinya.

J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia
ini dia yang bikin saya kesenangan. banyak bangunan kuno!
Selesai dari imigrasi, pintu keluar adalah tujuan utama saya. Nada dering aplikasi whatsapp terus berdering. Sesekali terjadi panggilan telephone via WA dari bang Shamsul, penghubung saya dengan Gaya Travel. Kak Olive tidak ketinggalan memantau sembari terus memberi arahan harus kemana dan naik apa dari Kuala Lumpur International Airport 2 ke Daratan Merdeka Kuala Lumpur. Tujuan awal saya di negeri Jiran ini adalah menemukan Hotel J avenue yang terletak di kawasan Daratan Merdeka Kuala Lumpur.

“Dari bandara KLIA2 naik skybus, ke KL sentral. Dari KL Sentral kamu naik LRT ke stasiun Masjid Jamek, Yud” pesan yang kesekian dari kak Olivia Bendon nun jauh di Jakarta sana. Sepertinya dia ketakutan bila saya, si anak kampung dari Banda Aceh ini hilang di negera orang. Lah, di Jakarta saja saya nyasar, padahal saya pernah 5 tahun tinggal di Jakarta. Apalagi di Malaysia?
*****
Sebenarnya, saya ikhlas, jikalau harus nyasar untuk pertama kali sampai akhirnya menemukan hotel ini, itu pun setelah satu jam berkeliling satu pasar Seni Malaysia. Beberapa orang yang saya tanyai dimanakah letak hotel tersebut, tak seorangpun tahu. Saya tidak bohong, saya benar-benar keliling seperti tawaf di areal pasar seni selama satu jam! Padahal, menurut bang Shamsul, hotel J avenue terletak hanya 4 menit dari stasiun Masjid Jamik.

Siang semakin terik, beberapa pemuda keturunan India berbicara dengan bahasa yang saya tak mengerti. Sesekali asap rokok menyembul dari mulut mereka. Tubuh mereka tinggi besar. Membuat saya begitu takut berjalan diantara mereka. Begitu hiruk pikuk. Begitu ramai. “semoga asam lambung saya tak naik” begitulah pinta saya dalam hati.

“Follow your Google Maps, Bang Yudi” pesan Bang Shams. Sekali lagi. Bila saya tak salah hitung, ini adalah ke lima kalinya ia menyarankan saya untuk mengikuti arahan google maps. Dan, ini kelima kalinya pula saya berputar-putar tak tentu arah.

J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia
Avenue J Hotel by : Hotel.com
Ketika bangunan berwarna putih abu-abu ini berdiri tegak dihadapan, kala itu pula saya merasa menemukan oase di tengah kota yang begitu gaduh dengan segala macam aktifitasnya. Seolah ada aktifitas yang tiba-tiba slow motion dalam kegaduhan sebuah kota.

“Kita mengambil konsep yang sama dengan beberapa hotel khusus traveler di new York, Yudi” ungkap ms Shin kepada saya. Wanita berperawakan tinggi dan beretnis thionghua ini tersenyum ramah kepada saya. Beliau, adalah manager pemasaran dari hotel yang terlihat begitu menawan dari sisi dalamnya. Kecil, tapi eksotik. Kecil, tapi menyenangkan.

Apa yang dikatakannya memang tidak bohong. Tampilan luar hotel ini terlihat seperti beberapa gedung di daerah Manhattan, New York. Sungai Klang yang mengalir di sisi barat hotel turut menambah kesyahduan di tengah hiruk pikuknya kawasan Daratan Merdeka

J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia
ini kamar saya hari pertama tiba di Malaysia
J Avenue Hotel, Oase di Daratan Merdeka Malaysia
kamar yang lain di malam yang lainnya
“Mr Yudi, can you follow me to your room. Please” Alhamdulillah, akhirnya tawaran yang dinanti-nanti tiba juga. Setelah menghabiskan kopi cappuccino sebagai welcome drink dari hotel yang terlihat begitu artistic, perasaan saya mulai sedikit nyaman. Langkah kaki sedikit mulai mantap. Menyusuri lorong menuju ke kamar tercinta.

Beruntungnya saya, kamar yang diberikan terletak di lantai 6 dengan posisi di corner. Ms Shin lalu menjelaskan bahwa setiap kamar memiliki Hand painting  yang berbeda-beda sesuai dengan tema yang dibangun untuk para tamu yang datang.

Uniknya, kamar mandi di kamar yang beruangan hanya 3 x 4 meter ini, kamar mandinya terletak menjorok ke dalam kamar.  Dinding-dinding kaca menjadi penyekatnya. Sayangnya, bila kamu tidur lalu menghadap ke arah kamar mandi, maka pemandangan yang tersaji adalah toilet duduk yang putih bersih, berseri, harum mewangi tersenyum kepadamu.

kita memang tidak menyediakan lemari. Karena peruntukan hotelnya untuk para travelers dan pecinta jalan. Tentu saja tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Tapi kami mengantinya dengan memberikan kasur yang empuk sehingga kamu nyaman kala tidur dan mampu menghilangkan lelah setelah nyasar selama satu jam di pasar Seni” Ms Shin tertawa cekikikan. Matanya seketika itu hanya terlihat segaris saja. Saya hanya misuh-misuh menahan malu. Padahal, saya memang benar-benar ingin menanyakan kenapa diruangan kamar saya tidak ada lemari pakaian.

Lagi-lagi apa yang dikatakannya tidak bohong. Saya tidur nyenyak siang itu. Baru terbangun kala adzan magrib berkumandang dari masjid Jamek Malaysia. Saya mencoba membuka jendela. Dan pemandangan tersaji pun luar biasa.

bayangkan bila malam tiba. keren!
Saya tersenyum, mensyukuri keadaan yang terjadi seharian ini. Hotel ini, kejadian nyasar di pasar seni, tragedy ibu-ibu di pesawat. Sampai akhirnya bisa berdiri di pinggir jendela menikmati Kuala Lumpur di waktu malam.

Ah, satu hal lagi, di hotel yang tidak menyediakan sarapan pagi ini, saya merasa seperti sedang berada dikampung halaman sendiri. Para karyawan hotel begitu ramah. Melayani saya berbicara dengan sesekali Slip of Tongue dengan begitu setia. Tertawa bersama. Tersenyum bersama. Lalu ujung-ujungnya, “do you want coffee Mr yudi? “ aaah.. I love it!
Berikut adalah beberapa feature dan fasilitas dari J Avenue Hotel :


  •  Feature :

·         Express Check-in
·         Concierge Service
·         Wi-Fi capability In all public area
·         24-hours security
·         Luggage storage
·         Doctor on call, etc
  •  Room Feature

·        Air Conditioning
·         32” LCD TV
·         Coffee And tea Facilities
·         Hair Dryer
·         In-Room Safety Deposit box, etc

Surat ini yang bikin saya exciting sendiri hahaha
perlengkapan mandi. komplit!
silahkan kerjakan tugas anda!
Harga terjangkau, fasilitas boleh di adu, wajar saja bila akhirnya Hotel ini menyebut dirinya “Smart Luxury Hotel in Kuala Lumpur”.

Hotel J Avenue
Jalan : Lebuh Pasar Besar, 50050, Kuala Lumpur (mudahnya cari saja museum Tekstil Malaysia. Hotel tepat dibelakangnya)
Tel : +603-2022-3338



Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia

$
0
0
foto by http://www.gayatravel.com.my/
Yaah.. malam lagi ke sini! Kapan saya bisa melihat museum dan gereja itu dari dalam” saya melengos dengan rasa sedikit kecewa. Fadli, rekan blogger dari Kepulauan Riau yang juga ikut dalam acara ICYDK Melaka 2016 harus menjadi tempat curhat saya malam itu.

Melaka, ini adalah pertama kalinya saya jalan-jalan keluar negeri. Dan Malaysia adalah Negara pertama yang saya kunjungi. Bang Shamsul, dari GayaTravel sampai heboh ketika saya katakan kalau ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di negeri Jiran. Beberapa teman di Banda Aceh juga sampai bela-bela memberikan nasehat kepada saya.

“Kalau ke Melaka jangan sampai lupa lihat kakek nenek menari dan bernyanyi ya Bang”
“kalau ke Melaka jangan lupa nikmati river cruise ya bang”
“Kalau ke Melaka jangan lupa.. “
“Kalau ke Melaka jangan lupa.. “

Begitulah seterusnya. Saya hanya menjawab. “Insya Allah.. saya tidak paham kemana dan hendak berbuat apa. Soalnya ini dalam rangka mengikuti event yang diselenggarakan oleh Tourism Ministry of Malaysia. Begitulah.

Yang saya tahu, Melaka adalah tempat di mana sebuah serpihan hilang akan Aceh berada. Dan itu adanya di museum! Bukan, bukannya tidak mensyukuri keadaan kalau saya akhirnya bisa ke Melaka dengan GRATIS. Akan tetapi, sesuatu “itu” memang menjadi dasar awal saya memberanikan diri untuk ke Melaka.

Tuhan maha Baik. Dalam kekecewaan, saya diberinya hiburan terbaik. Teman-teman blogger dari beberapa Negara! Ah iya, dari Indonesia ada saya, Teh Lina, Bang Fadli, dan Cayhaya ( nulis namanya saja susah beud.. ternyata nama aslinya Cahaya.. ini orang maunya apa sih menyulitkan orang nulis saja?). berbeda dengan saya yang berangkat ke Melaka melalui Kuala Lumpur, mereka bertiga berangkat dari Batam terus ke Johor lalu ke Melaka. Dan ini pula yang membuat saya akhirnya nyasar di Kuala Lumpur!


Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia

Melaka, adalah tempat di mana Aceh pada jaman dahulu berusaha menancapkan taringnya demi mengamankan jalur perdagangan dunia, selat Melaka. Sejarah mencatat setidaknya tiga kali Aceh menyerang langsung Portugis di Melaka. Sebanyak itu pula Aceh harus menelan pil pahit. Puncaknya, Laksamana Wanita di Dunia, Keumalahayati tewas di tangan Portugis ketika mempertahankan kuasa akan selat Melaka.

Ada begitu banyak hal yang tak bisa dipisahkan antara Aceh dan Melaka. Bahkan ada yang mengatakan kalau Hang Tuah, juga keturunan Aceh. Saya tak begitu berani memaksakan diri untuk menceritakannya lebih jauh.

Kampung Alai, Melaka


“Bang, kita hari ini ke  Homestay kampung Alai sekalian makan siang di sana” Bang Shamsulmembuyarkan lamunan saya akan Melaka. Ah iya, tujuan saya ke Malaysia salah satunya adalah mengenal lebih dekat Melaka melalui homestay dan kawasan world heritage-nya.

Tak lama, bus besar berwarna kuning ini berhenti. Bang supir yang masih berdarah jawa ini, mempersilahkan kami turun satu persatu. Semua pada senang ketika melihat areal kebun yang masih hijau alami. Ada sapi, ada genangan air, ada selokan yang masih berisikan ikan goby. Di sebuah Negara yang cukup maju dan tertata ini, di sebuah Negara yang hampir rata-rata penduduknya memiliki mobil ini, masih ada tampilan desa mirip kampung nenek saya dahulu? Wow!

Meja yang bertatakan tepung ketan, gula aren, air, kompor mini, kelapa parut dan daun pandan terletak begitu saja di tengah jalan. Menghalangi rombongan kami. Ternyata, inilah welcome ceremony dari Kampung Alai. Sebuah kampung terletak di negeri Melaka. Desainnya masih tradisional. Beberapa rumah panggung berdiri rapi dan terawat. Lalu, suara akordion mengalun-alun menyenandungkan dendang melayu.

Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia

Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia

Hei! Benar apa yang dikatakan oleh teman di Banda Aceh. Kalau di Melaka ada nenek dan kakek yang bernyanyi sembari menari. Sejenak saya menikmatinya. Begitu merdu dan syahdu. Beberapa tembang malah begitu lawas. Seolah memori masa kecil saya dipaksa untuk mengingatnya kembali.

“Lets go guys, this is kue Melaka” bang Sham dan seorang local guide menggiring para undangan untuk menuju ke meja persegi empat yang terletak di tengah jalan tadi. Ternyata, itu untuk membuat kue Melaka. Satu persatu, adonan dibulatkan, lalu…

“waaa ini boh rom rom!” ceplos saya begitu melihat ternyata kue Melaka sama persis dengan kue khas Aceh. Boh Rom Rom alias onde onde. Selesai acara penyambutan, gampong alai benar-benar berhasil membangkitkan kenangan masa kecil saya. Di dalam salah satu rumah, saya diberikan es lilin tradisional. Dan tentu saja ada rasa kacang ijo. My Favorite! Permainan congklak, sirup merah, ikan Asam Pedas, semuanya.. hampir semua yang disajikan bak pulang kampung! Kecuali para bule-nya. Hehe

Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia

Puas berkeliling kampung alai, tangan saya masih gatal. Ingin sekali rasanya menangkap ikan gobi yang ada diselokan kampung ini. Serius! Coba bayangkan ikan cantik itu bernari bak penyanyi Dondang Sayang di dalam aquarium dengan temaran lampu warna biru. Aiih…

River Cruise Melaka

foto by http://www.gayatravel.com.my/
Sore sedikit mendung. Awan kelabu membalut langit Melaka cukup tebal. Bahkan, sehabis dari kampung alai, hujan sempat turun membasahi jendela kamar Settlement Hotel yang akan saya inapi selama di Melaka, Malaysia. Sekali lagi, Tuhan Maha Baik. Dia tak ingin pria kampungan ini merana dalam trip pertamanya.

“Yudi.. bangun! Kita sudah telat nih!”sebuah pesan dari The LIna W Sasmita yang dikirimkan melalui whatsapp. What? Serius? Waduh… habis saya. Masa kesan pertama udah bikin malu hanya karena akhirnya saya tertidur pulas. Mati saya! Bakalan gagal dapat undangan selanjutnya ke Malaysia dong!

Lima menit kemudian saya sudah berada di dalam bus kuning. Masih komposisi yang sama. Supirnya masih yang keturunan jawa. Beberapa mata terlihat sigap memandangi saya yang berjalan menuju kursi dibagian belakang. Dasar kampung! Kena kasur empuk malah tidur! Ngorok pula lagi, ck.

Tujuan sore ini adalah Sungai Melaka. Fadli yang duduk disamping saya menjelaskan hal apa saja yang akan saya lihat di sana nanti. Sebenarnya ini mirip mendengar synopsis ketika film hendak di putar di layar bioskop. Oh, Fadli…


Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia
sumpah! ini bangunan tua bikin penasaran
Dahulu, jalur sungai ini digunakan untuk kebutuhan tranportasi. Terutama di masa colonial inggris. Begitulah celoteh seorang local guide yang duduk di sudut boat. Sungai Melaka ini cukup bersih. Walaupun warnanya tak lagi kehijau-hijauan. Lebih baiklah bila dibandingkan dengan sungai daroy yang membelah kota Banda Aceh.

Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia
sore di sungai melaka
Lukisan mural menghiasi beberapa bangunan. Bercerita tentang legenda si Hang Tuah dengan keris sakti mandragunanya. Lalu, beberapa bangunan khas colonial inggris dan belanda berjejer rapi dengan sungai sebagai pemisahnya. Menurut saya, ini romantis. Sampai akhirnya pekik burung gagak membuatnya terlihat seperti malam Halloween. Atau persis seperti film horror dimana pemeran utamanya harus menuju ke dunia “underwold” dengan mengunakan perahu yang dinahkodai malaikat maut.

Semburat senja muncul dari relung-relung awan kelabu. Angin mulai berhenti bertiup. Cuaca mulai mendingin. Sayup sayup, para burung pun diam. Membuat suasana kembali begitu syahdu. Semerdu lantunan Dondang Sayang. Yang berisikan tentang cerita betapa warna warninya pesona Melaka. 

Warna Warni Pesona Melaka, Malaysia



Viewing all 268 articles
Browse latest View live