Quantcast
Channel: FROM ACEH WITH LOVE
Viewing all 268 articles
Browse latest View live

Tragedy Di Museum Bank Indonesia ; Ketika Aceh Dilupakan

$
0
0
Museum Bank Indonesia, Jakarta
Badan ini, rasanya masih remuk redam. Seharian kemarin, asam lambung naik karena stress di tinggal pesawat. Entahlah, saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya ditinggalkan oleh mantan hanya karena purnama tak kunjung datang. Sedikit kopi arabika gayo sepertinya dapat membantu untuk menguatkan kembali tubuh yang sudah kurus tak beraturan ini. Tapi, ini Jakarta bukan Aceh!
Bermodalkan aplikasi ojek online, saya memutuskan pamit ke Farid, untuk melanjutkan petualangan ke kota tua. Iya, Kota Tua. Lima tahun saya kuliah di Jakarta, tapi tak pernah sekalipun saya tahu di mana letak museum Kota Jakarta, Museum Bank Indonesia, Museum Wayang dan Museum Keramik. Bagi saya, hanya stasiun kota dan Glodok yang akrab. Itupun ke Stasiun Kota hanya untuk menenami teman se-kosan beli Compact Disc. Ah semua juga pada tahu kan? #eh

Dari Perumnas Klender, saya sengaja memesan ojek online. Orang bilang, biar kekinian. Pun demikian untuk mengunjungi kota Tua Jakarta. Biar dikatakan up to date. Tapi, dibalik semua itu, saya ingin mencari jejak Aceh di sana. Memang, hal ini terkesan memaksakan. Tapi tahukah kalian, umur kota Banda Aceh (mungkin) yang tertua di Indonesia, 811 tahun atau lebih tua 322 tahun dari pada Jakarta. Sedikit menjadi masuk akal bila akhirnya, bila ada beberapa jejak Aceh di tanah Jayakarta ini.

ruang kasir museum bank indonesia
para penjelajah hebat dunia minus ibnu batuta :D

Dalam banyak referensi, Ahmad Fatahillah, sang pencetus kota Jayakarta yang kini lebih dikenal sebagai Jakarta, adalah seorang putra Aceh dari Kerajaan Samudra Pasai yang kala itu akhirnya berhasil ditaklukkan oleh Portugis atau perang Saudara (entahlah). Belum lagi jejak Aceh di Monumen Nasional, yang berupa emas sebanyak 28 kg emas murni. Saya membayangkan andai saja emas itu dibagi-bagikan kembali ke para lajang-ers di Aceh, entah berapa ramai dari mereka yang akan bisa melamar kekasih hatinya. Tanpa harus menunggu purnama sampai 9 tahun #garing

Berhubung saya sama sekali buta akan kota tua, dari HOSTEL TEDUH KOTA TUAsaya melangkah dengan di pandu oleh google maps. Dan gedung yang pertama kali terlihat adalah Museum Mandiri. Saya mengitari gedung jaman colonial itu dengan seksama. Khusyuk sekali, sampai akhirnya saya sadar, kalau ternyata pintunya tertutup rapat. Sedang renovasi. Begitulah jawaban yang saya dapatkan dari beberapa orang yang tengah mengaduk cat di gerbang depan gedung. Saya hanya bisa melengos. Cuaca Jakarta ternyata masih sepanas dulu. Masih se-berasap dulu. Bedanya, kini, Jakarta lebih padat dan macet.

foto by :hikayatbanda.com
foto by :hikayatbanda.com
Tepat di sisi kiri museum Mandiri, ada bangunan yang begitu megah. Kesan mewah terlihat dari bangunannya yang berpilar-pilar era VOC. Museum yang terletak di jalan Pintu Besar Utara no 3, Jakarta Barat ini tetap menempati gedung Bank Indonesia yang merupakan peninggalan De javasche Bank. Bergaya Neo-classical berpadu dengan beberapa pengaruh budaya lokal. Dan, entah mengapa, di gedung yang di bangun pada tahun 1828 ini, saya merasa sangat yakin akan menemukan jejak “Aceh” didalamnya.

Melewati ruang lobby yang megah. Museum ini terlihat begitu luar biasa. Rasa-rasanya saya tak lagi berada di Indonesia, melainkan di sebuah negeri di benua Eropa. Langit-langit yang tinggi dan melengkung, marmer warna merah maron, dengan pilar dari granit berwarna hijau lumut kehitam-hitaman berdiri tegak menyokong langit-langit lobby.

ketemu peta Kuno aceh di Museum Bank Indonesia

bila ada waktu, tanyakan kepada Belanda, bagaimana rasanya perang dengan Aceh

Saya terbawa suasana. Mulai dari sebuah lorong yang gelap dengan temaran lampu bak kunang-kunang. Satu persatu ruangan saya jelajahi. Mulai dari ruang theater sampai ke ruang pamer. Mulailah museum ini bercerita mengenai awal mula kegiatan ekonomi Indonesia mulai dari penjajahan Belanda, sampai akhirnya pihak pemerintah Belanda memutuskan untuk mendirikan DJB. Memasuki era pra kemerdekaan, saya menemukan beberapa hal menarik. Mulai dari inflasi yang mencapai 635% sampai sebuah copy-an koran tua yang sepertinya berasal dari tahun 1950an.

Tragedi Terjadi

Disinilah tragedy terjadi. Sebuah diorama yang (menurut saya) sedikit merugikan negeri rencong yang berada di ujung Sumatra sana. Tanah kelahiran saya. Bukan, bukan niat hati mematik keributan perihal kesukuan. Tapi ketika sebuah sejarah dinafikan, itu sangat merugikan. Saya terperanjat cukup lama dibagian ini. Sebuah judul besar terpampang begitu saja. Tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Seolah, Aceh adalah negeri pemberontak yang tak sedikitpun cinta akan Indonesia.

Display sebuah Koran tua yang berjudul Daud Bereueh tukang tipu,
Pemberontak PUSA terus berantakan, Menyerah atau mati di tembak

Apa-apaan ini?




Terkesan tak adil, peran Aceh dalam membangun Indonesia pada bidang ekonomi di masa pra kemerdekaan seolah dilupakan. Pun.. tidak disebutkan kalau bisnis Indonesia sebagian di support oleh pesawat RI-001 yang di beli dengan uang rakyat Aceh.

Seolah, PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang didirikan oleh para Ulama Aceh adalah gerakan pemberontak. Memang, PUSA yang dipimpin oleh Teungku Daud Bereueh akhirnya ikut gerakan pemberontakan DI/TII. Akan tetapi, harusnya diorama itu juga membahas mengenai “pemberian” PUSA kepada Negara ini berupa gerakan mengumpulkan dana untuk membeli pesawat Seulawah RI 001 dan Seulawah RI 002 (yang kini entah kemana bangkainya).

Alangkah indahnya, bila saja, dalam museum Bank Indonesia ini juga menampilkan janji presiden Soekarno kala itu yang memohon agar Aceh membantu Indonesia. Ada beberapa hal yang diberikan oleh rakyat Aceh selain hanya sebuah pemberontakan demi pemberontakan!


Orang Aceh, sebenarnya begitu cinta akan Indonesia. Percaya atau tidak, ketika Negara kembali harus melawan Belanda pada Agresi Militer Belanda II, Aceh menjadi salah satu daerah modal. Membangun radio Rimba Raya, membelikan pesawat demi lancarnya proses lobi. Menyumbang dana yang tak sedikit untuk kelancaran H Agus Salim untuk bisa terbang ke Delhi demi bisa mengikuti KONFERENSI ASIA. Belum lagi sumbangan dana untuk melancarkan roda pemerintahan Indonesia yang kala itu berantakan karena habisnya kas Negara yang terpakai untuk perang.

Ada begitu banyak, sumbangan rakyat Aceh demi membuat negeri ini tersenyum. Demi membuat ekonomi Indonesia bersemi bak bunga sakura di musim semi. Tapi? Apa yang hari itu saya lihat di museum Bank Indonesia adalah sebuah kesedihan yang mendalam.

Bayangkan, bila suatu hari nanti, anak-anak saya dari Aceh bermain ke museum ini. Atau bayangkan, berapa banyak pengunjung yang datang baik dari dalam maupun luar negeri dan hanya melihat diorama “pemberontakan Aceh” yang dianggap sebagai mesin pengeruk uang Negara kala itu. Sekali waktu, bayangkanlah kesedihan kami, rakyat Aceh yang kala itu sampai menyumbang segumpal beras demi Indonesia.#bayangkanRangga!

Seketika, rasa sendu menelungkupi saya sejadi-jadinya. Seolah ruangan emas yang ada di museum tak lagi jadi pelipur lara. Pun begitu dengan kemegahan demi kemegahan ruangan yang berbalut kayu jati dan marmer. Semuanya hanya kosong dan kosong. Tapi, inilah sejarah. Yang selalu ditulis oleh para penguasa dan demi menyenangkan penguasa.

Siang semakin terik ketika kaki melangkah keluar gedung. Asap yang berasal dari knalpot kenderaan bermotor berbalut kelabu di langit Jakarta. Kota tua, menjadi sebuah cerita tersendiri bagi saya. Atau mungkin, bagi anak-anak saya kelak. 

 bangunan Museum Bank Indonesia cabang Aceh



YR

Dimuat di Majalah Getaway Magazine! Edisi Mei 2016 Rubrik Love Indonesia

$
0
0




 “Bang, belok sini. Nanti kalau ketemu simpang, abang belok kanan. Jangan ke kiri. Kalau ke kiri nanti abang masuk hutan dan di sana banyak hantunya bang” 
Seorang bocah kecil berkain sarung memanggul kitab suci menjelaskan arah ketempat tujuan saya malam itu. Beberapa bocah seusianya tertawa terbahak ketika mendengarkan penjelasan dari temannya yang tak fasih berbahasa Indonesia.

Sebenarnya, saya nyasar malam itu. Hujan gerimis masih turun sedari siang. Hawa sejuk masih terus memeluk tubuh ini tanpa henti. Tersesat di sebuah desa yang cukup pelosok dan berpenerangan minim bukanlah hal yang bagus. Beberapa pohon asam jawa berdiri rimbun sepanjang jalan. Kiri dan kanan jalan terhampar pelataran sawah yang luas yang seolah tak berujung. Hanya ada satu dua sepeda motor yang lalu lalang.

Sepanjang perjalanan, saya sudah merasa aneh. Terlebih lagi ketika Zaki, mengajak saya dan keluarga untuk mencoba merasakan masakan khas Aceh besar. Bebek Kuntilanak. Begitulah namanya. Sebuah nama yang tak lazim dan cukup menyeramkan. Rasa penasaran bercampur lapar memaksa saya untuk tetap meneruskan perjalanan yang berliku dan cukup jauh dari pusat kota Banda Aceh.

Bukan perkara mudah untuk sampai ketempat tujuan kami malam itu. 40 menit sudah saya menyusuri jalanan yang gelap. Sampai akhirnya, kami masuk ke sebuah lorong beralas semen sepanjang dua ratus meter. Kiri kanan hanya ada semak belukar yang menelungkupi jalanan. Andaikata ada mobil yang berpapasan dengan kami malam itu, mungkin, salah satu dari kami harus mengalah. Karena jalanan menuju ke tempat tersebut semakin sempit dan hanya bisa dilalui satu mobil pribadi saja.


Desa Turam yang terletak di Kecamatan Peukan Biluy, Kabupaten Aceh Besar ini, dulunya pernah menjadi daerah basis Gerakan Aceh Merdeka atau lebih di kenal GAM. Tak sembarangan orang dulunya berani  masuk ke desa ini. Letusan senjata dan rasa curiga sering mewarnai tempat asal muasal Bebek Kuntilanak ini. Lengkap sudah. Nama yang seram, terletak di pelosok desa, minim penerangan, ditambah lagi, tempat konflik bersenjata RI-GAM. Pikiran saya semakin bergelayut tak menentu. Memikirkan hal-hal yang tak diinginkan. Istiqfar dan memohon perlindungan dariNYA adalah cara terbaik saya membunuh rasa takut yang menghantui sepanjang perjalanan.

Bersambung...


Edisi lengkapnya, silahkan beli sendiri majalah Getaway Magazine he he he



&&&
Rasanya itu, bersyukur sekali. Untuk pertama kalinya dimuat di sebuah Majalah Traveling Nasional. Norak? biarin. Na Palak? Alhamdulillah

Thx to : Ahmad Zaki, Kemal, Cut Fara, Ucok ( for your camera hehe), Istri dan Bilqis yang sudah mau menemani jalan-jalan di tengah malam @_@

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.

$
0
0
Bang, belok sini. Nanti kalau ketemu simpang, abang belok kanan. Jangan ke kiri. Kalau ke kiri nanti abang masuk hutan dan di sana banyak hantunya bang” 
Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
sesaat setelah gerimis.. menuju ke rumah makan Bebek Kuntilanak

Seorang bocah kecil berkain sarung memanggul kitab suci menjelaskan arah ketempat tujuan saya malam itu. Beberapa bocah seusianya tertawa terbahak ketika mendengarkan penjelasan dari temannya yang tak fasih berbahasa Indonesia.

Sebenarnya, saya nyasar malam itu. Hujan gerimis masih turun sedari siang. Hawa sejuk masih terus memeluk tubuh ini tanpa henti. Tersesat di sebuah desa yang cukup pelosok dan berpenerangan minim bukanlah hal yang bagus. Beberapa pohon asam jawa berdiri rimbun sepanjang jalan. Kiri dan kanan jalan terhampar pelataran sawah yang luas yang seolah tak berujung. Hanya ada satu dua sepeda motor yang lalu lalang.

Sepanjang perjalanan, saya sudah merasa aneh. Terlebih lagi ketika Zaki, mengajak saya dan keluarga untuk mencoba merasakan masakan khas Aceh besar. Bebek Kuntilanak. Begitulah namanya. Sebuah nama yang tak lazim dan cukup menyeramkan. Rasa penasaran bercampur lapar memaksa saya untuk tetap meneruskan perjalanan yang berliku dan cukup jauh dari pusat kota Banda Aceh.

Bukan perkara mudah untuk sampai ketempat tujuan kami malam itu. 40 menit sudah saya menyusuri jalanan yang gelap. Sampai akhirnya, kami masuk ke sebuah lorong beralas semen sepanjang dua ratus meter. Kiri kanan hanya ada semak belukar yang menelungkupi jalanan. Andaikata ada mobil yang berpapasan dengan kami malam itu, mungkin, salah satu dari kami harus mengalah. Karena jalanan menuju ke tempat tersebut semakin sempit dan hanya bisa dilalui satu mobil pribadi saja.

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
si empunya Rumah Makan
Desa Turam yang terletak di Kecamatan Peukan Biluy, Kabupaten Aceh Besar ini, dulunya pernah menjadi daerah basis Gerakan Aceh Merdeka atau lebih di kenal GAM. Tak sembarangan orang dulunya berani  masuk ke desa ini. Letusan senjata dan rasa curiga sering mewarnai tempat asal muasal Bebek Kuntilanak ini. Lengkap sudah. Nama yang seram, terletak di pelosok desa, minim penerangan, ditambah lagi, tempat konflik bersenjata RI-GAM. Pikiran saya semakin bergelayut tak menentu. Memikirkan hal-hal yang tak diinginkan. Istiqfar dan memohon perlindungan dariNYA adalah cara terbaik saya membunuh rasa takut yang menghantui sepanjang perjalanan.

Sensasi Rasa Klasik Aceh

Ayah,begitulah orang-orang sekitar menyebut bapak yang kini berumur 56 tahun. Pria yang bernama asli Muhammad Nasir ini, memulai usahanya sejak tahun 1994. Dari mulai menjual nasi pagi, sampai akhirnya beralih ke nasi bebek Kuntilanak.

“Piyoh (mampir), silahkan duduk” sambutnya ramah tatkala saya berhasil menjejakkan kaki ke pintu rumahnya yang sederhana. Senyumnya merekah, ketika saya bersalaman dengannya. Istrinya yang terlihat hampir seumuran dengannya, langsung menyiapkan nasi untuk dihidangkan kepada saya, istri, dan beberapa teman saya yang turut datang malam itu.

Perkiraan saya yang membayangkan sebuah rumah makan yang mewah, sirna seketika. Rumah makan Bebek Kuntilanak ini, hanya beralaskan tikar dua lembar yang di gelar memenuhi sisi kiri kanan lantai. Tak ada pelayan yang cekatan datang menanyakan menu, melainkan hanya Pak Nasir dan istrinya yang melayani setiap tamu yang datang. Dalam bangunan semi permanen dengan ukuran kurang lebih 8 x 6 meter inilah bebek kuntilanak yang terkenal ke penjuru Aceh itu di jual dan disajikan.

Bukan hanya tempatnya yang membuat saya merasa berada di kampung tapi juga rasanya yang klasik. Yups, bebek Kuntilanak ini memiliki rasa klasik dari sebuah masakan ala desa. Aroma rempah khas Aceh yang menyeruak membuat saya tak dapat menahan diri untuk tidak menyantapnya segera setelah dihidangkan di hadapan saya.

Dalam setiap gigitan, saya bisa merasakan U Neulheu (kelapa gonseng yang di giling sampai halus) begitu kental terasa. Di tambah rasa yang gurih dari santan yang berasal dari kelapa “setengah baya” membuat saya sulit untuk tidak mengatakan ini enak sekali! Sesekali ada rasa pedas dari cabai kering dan ada rasa sedikit asam yang berasal dari asam sunti. Yaitu belimbing wuluh yang sudah dikeringkan dan di campur garam.
Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
Bebek Kuntilanak aka Bebek Pak Nasir
Bukan Bebek Kuntilanak, tapi Nasi Bebek Pak Nasir

Rasa penasaran akan pemilihan nama yang unik, membuat saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau. Sebenarnya dari mana ide untuk pemilihan nama dari warungnya. “"Bukan saya  yang menamakan nasi bebek kuntilanak, tetapi pelanggan sendiri. Mungkin karena saya mulai jualan ketika para kuntilanak baru keluar dari rumahnya kali ya?” Ia tertawa lepas. Geliginya terlihat masih sempurna dan putih.

Wajar saja, beberapa penikmat masakan pak Nasir menyebut warung nasi bebeknya, sebagai bebek kuntilanak. Warung ini buka sejak habis magrib sampai menjelang shubuh. Lalu, terletak di pelosok desa lengkap semak belukar. Sebuah tempat sempurna bagi dedemit untuk membangun sebuah keluarga, bukan?

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
Bukan Kuntilanak, tapi Pak Nasir :D

Harga jual yang tak terlalu mahal, hanya 12.000 rupiah per lauk-nya. Membuat orang begitu ramai berduyun-duyun untuk mencicipi bebeknya. Kenapa per lauk? Karena setiap kali saya atau siapapun yang ingin menambahkan nasi, silahkan saja. Tak dihitung. Yang di hitung hanya lauknya saja.  Dalam sehari, pak nasir harus menyiapkan bebek sampai 8 ekor/hari. Dan, nasi sampai 3 bambu. Sebuah jumlah yang tak sedikit mengingat tempatnya yang cukup sulit di capai.

Tempat Sederhana Dan Keramahan Warga Lokal

Satu persatu tetamu datang. Ruangan yang tak terluas ini pun mulai terasa sempit. Salah satu tamu yang datang mengatakan kalau ia selalu menyempatkan diri untuk bisa mampir ke warung nasi Bebek pak Nasir saban kali ia berkunjung ke Banda Aceh. Bang Dedi, telah menjadi pelanggan semenjak tahun 2000 lalu. Baginya, bila ke Banda Aceh, tak pas rasanya bila tak mampir ke desa Turam.

Suasana yang hangat di tengah dinginnya cuaca malam membuat siapapun yang duduk di dalam rumah/warung nasi bebek pak nasir menjadi betah. “serasa rumah sendiri kalau makan di sini” begitulah bang Dedi menimpali sebelum akhirnya, ia pamit pulang. Ya, saya harus mengatakan setuju dengan ungkapan bang Dedi. Makan di sini, memang tak terasa layaknya warung nasi seperti biasanya. Melainkan seperti makan di rumah sendiri. Duduk lesehan, air putih ambil sendiri, ingin nasi tambah pun ambil sendiri. Hanya bebeknya saja yang dihidangkan.

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
tempat mulai penuh padahal semakin malam
Bila sudah begini, siapa yang tak ingin berlama-lama duduk di sini? Tapi, menurut penuturan beberapa pelanggan yang saya temui. Biasanya, tempat pak Nasir akan penuh pelanggan ketika malam jumat tiba. Atau di malam-malam sabtu dan minggu. Bangku-bangku atrian yang terjejer rapi di luar akan penuh. Bahkan, ada yang harus menunggu sembari berdiri. Hanya karena tak dapat tempat di dalam warung.

“Di sini, hanya ada satu aturan. Yaitu tidak boleh makan di luar ruangan. Tidak sopan. Mana ada tamu di perlakukan demikian. Karena kita, orang Aceh pantang berlaku demikian bukan?” tutupnya di malam itu. Benar sekali, bukankah kini, Aceh yang tengah menggalakkan Visit Aceh mengangkat jargon “Peumulia Jamee Adat Geuntayoe(Memuliakan tamu adalah adat kita). Tanpa perlu mengerti jargon visit Aceh, pak nasir dan istrinya, sudah lebih dahulu memuliakan tamu-tamu yang datang ke warung nasi bebeknya semenjak 13 tahun silam.

Semua Masih Alami

Insya Allah mandum bumbu mantong alami ( insya Allah semua bumbu masih alami). Saya tidak menggunakan penyedap, seperti ajinomoto dan semacamnya. Memasaknya masih menggunakan tungku api. Menghaluskan bumbu-bumbu masih menggunakan lesung kayu. Nasi yang kamu makan juga masih di tanak menggunakan tungku api. Jadi, wangi nasinya” Pak Nasir menjelaskan perihal resep rahasia dari Bebek Kuntilanak-nya.

Menurutnya, dengan demikian, orang-orang yang memakan masakannya tidak akan terkena penyakit. Karena semuanya ia racik sendiri tanpa menggunakan bumbu berbahan kimia. Saya semakin lahap.

“Ayah, saya tambah satu piring lagi!” Zaki ternyata lebih dulu habis. Padahal, sedari tadi dia hanya diam saja. Sedangkan saya? Saya sibuk mendengarkan cerita sang empunya bebek Kuntilanak ini.

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.
foto taken by : ahmad Zaki

Fun Fact :
  • Makan nasi bisa sepuasnya, karena yang dihitung hanya lauknya saja
  • Peminat paling ramai adalah anak-anak mahasiswa karena bisa makan sepuasnya
  • Bila datang malam jumat, anda di wajibkan memesan tempat terlebih dahulu ( 085238502520 Pak Nasir)
  • Anda tersesat? Itu sudah biasa. Karena anda bukan yang pertama kali tersesat ketika hendak ke warung tersebut.



* Di muat pada majalah Getaway Magazine edisi bulan Mei 2016*

Bebek Kuntilanak, Sensasi Bersantap Gulai Bebek di Pelosok Aceh.

Menggigil Di Teduh Hostel Kuta Tua, Jakarta

$
0
0
Eh gila lu Yud, tidur di tempat ginian? Udah lu tidur di sini lagi aja.”

Muka Farid, teman  saya dari jaman ngeblog multiply dulu berubah menjadi serius.  Baginya, walaupun saya pernah tinggal di Jakarta selama 5 tahun ketika kuliah dulu, bukanlah sebuah jaminan kalau saya akan aman di kota besar ini. Ya, saya percaya, segala sesuatu selalu ada “first time”. Kekhawatirannya cukup beralasan. Gambar yang muncul di layar komputer Farid memperlihatkan deretan ruko dengan warna cat yang kusam. Hitam seperti deretan bangunan tak berurus. Dan…

Ya.terkesan sedikit Creepy tapi...(foto by hikayatbanda.com)
Creepy, begitulah kesan awal yang terlihat. Atas dasar itulah Farid, merasa sedikit keberatan. Mungkin dia Lupa, kalau temannya ini, pernah ribut dengan hantu tsunami. Apalagi kalau nanti sampai ribut dengan hantu Belanda dari Kota Tua, mungkin ini akan menjadi sebuah pengalaman menarik lainnya, bukan?

Niat saya bulatkan. Ojek online saya pesan. Saya bersikeras untuk tetap naik ojek dari Perumnas Klender ke Kota Tua. Walaupun Farid berulang-ulang meminta untuk mengantarkan saya ke tempat tujuan.  Saya menolaknya berkali-kali pula. Kapan lagi? Mumpung ada di Jakarta, kan?

*****
much better kan hehehe (foto by hikayatbanda.com)
Mas, ini selimut, lampu usb, dan kunci lokernya.” Pria muda yang menjadi resepsionist sekaligus bell boy melayani saya dengan cukup ramah. Beberapa bule terlihat santai di depan Tv berlayar flat dengan tata ruangan lobby bak sebuah rumah sendiri. Warna hijau muda menghiasi dinding berselang putih tampak begitu rapi dan nyaman. Senyaman dua orang pria asing yang terlihat begitu serius menonton film.

Saya masih terpaku di depan pemuda tadi. Memandangi seluruh isi ruangan lobby hostel. Dan, yang lebih membuat saya bingung lagi adalah tiga benda yang berada di tangan saya sekarang ini. “ ini untuk apa? Saya hanya membatin sendiri.

foto by : teduh-hostel.com
di sini silahkan sesuka hati (foto by hikayatbanda.com)
Sambil berpura-pura mengerti, saya mengikuti pria tadi “mas, ini dapur kita. Silahkan minum kopi dan teh kapanpun Mas mau. Ini Jadwal makan paginya, dan di sini, silahkan mas layani diri sendiri. Anggaplah ini rumah sendiri. Saya hanya mengangguk-angguk. Lalu saya dipaksa untuk mengikutinya naik ke lantai atas.

Satu persatu anak tangga saya tapaki. Naik terus sampai ke lantai tiga, ruko yang disulap menjadi sebuah penginapan. Jujur, kesan creepy yang tadi saya lihat bersama farid di layar PC sama sekali tidak benar! Bangunan samping-samping hostel memang terlihat kusam. Berbeda jauh dengan bangunan Teduh Hostel yang lebih rapi, bersih dan tertata. Pandangan pertama yang terlintas, ini memang benar-benar teduh. Seperti namanya, Teduh Hostel Kota Tua.

Sesampai di kamar, saya semakin termangu dengan tirai yang menjuntai dari langit-langit sampai ke lantai kamar.  Sepertinya, untuk memisahkan ruangan satu dengan lainnya. Tapi, bukan masalah tirainya, yang ingin saya ributkan. Akan tetapi, lebih kepada warnanya. Kenapa harus warna putih sih?

Tempat tidur saya, tidak jauh dari pintu. Ukurannya tidak lebih dari 1 x 2,2 meter. Seperti capsul bed yang saya lihat di acara jalan-jalan ala backpacker di jepang. Setiap penghuni kamar akan disatukan dalam satu ruangan besar lalu tidur di tempat tidur yang di susun lebih menyerupai rak buku. Masing-masing mengambil bagiannya sendiri. Ada yang double caps, ada yang single. Saya kebagian yang single. Dekat pintu, sejajar dengan lorong kamar, dan hanya dibatasi dengan sebuah tirai tidur yang berwarna cream.

Selimut, kunci, dan lampu USB (foto by hikayatbanda.com)
double pod (foto by Teduh-hostel.com)

*****
“hey so hot here?”

Suara seorang wanita bule tiba-tiba terdengar di tengah malam buta. Saya mencoba menyalakan lampu USB, lalu diam tak bergerak. Jangan-jangan…

Tiit..tit..tit..nguuuuu…

Suara air conditioner tiba-tiba mengeras dan kencang. Suhu udara kamar semakin turun. Apa-apaan ini? Ternyata, seorang wanita bule yang tadi baru saja tiba dari entah berantah, menempati  capsul berseberangan dengan capsul saya, keluar dari kotak tidurnya. Dengan ehem pakaian tidur dan ehem celana kancutnya sedang berdiri mengamati AC yang tadi dia turunkan suhunya menjadi semakin dingin.

Kalian tahu bagaimana panasnya Banda Aceh kampung halaman saya? Malam di sana itu suhu normal hanya turun sampai 24 derajat celcius dan saya tidur sudah menggunakan selimut. Lah ini? 16 derajat, dari dua AC ukuran 1 PK sekaligus memenuhi ruangan yang sudah penuh dengan capsul. Dan ini sudah jam 2 pagi waktu Jakarta! Oh Tuhan.. di pagi yang buta ini, saya memang Engkau berikan anugerah yang baru ini saya dapati depan mata. Tapi mengapa harus Engkau uji saya dengan suhu sedingin ini?

Jadilah malam itu, adalah malam terdingin yang pernah saya nikmati. Jaket, celana jeans, kaus kaki, selimut, dan baju dalam dua lapis. Semua itu belum berhasil membuat saya berhenti menggigil sampai shubuh! Saya mengigil sampai pagi!

Di satu sisi, ini adalah sebuah pengalaman yang begitu berharga. Bagi saya, anak kampung, tidur di sebuah hostel yang semua settinggannya lebih ke Backpaker adalah hal baru. Tidur di kasur berbentuk kapsul, kamar mandi yang dipakai bersama-sama dengan bule. Eh, maksud saya kamar mandi yang bisa dipakai siapa saja. Bersih, nyaman, ada rak sepatunya, ada ruangan khusus wastafel, ada ruangan khusus merokok, bisa minum kopi 24 jam gratis (hidup kopi pre!) adalah sebuah kombinasi yang sempurna. Lebih keren lagi, para backpacker asing tak henti-hentinya mereka masuk dan check in di hostel yang “sederhana” ini.
Ketika Pagi  (foto by hikayatband.com) 
dan.. ketika malam hihi(foto by hikayatband.com) 
Tapi, sedikit yang menurut saya kurang “sreg” adalah sarapan paginya. Roti tawar, selai kacang, dan teh atau kopi. Walaaah… ini sih sarapan pagi bule bukan orang melayu macam saya. Tapi, secara keseluruhan, saya harus setuju dengan Trip Advisor yang memberikan nilai 4,5 dan 8,5 dari Agoda.com. Tempat ini memang nyaman, tidak terkesan creepy kecuali tirai putih yang menjuntai itu hehe. Pelayanannya juga ramah.

ini dia sarapan paginya

Sayang, pagi itu saya harus segera meninggalkan Hostel untuk kembali mengejar agenda yang tersisa di Jakarta. Salah satunya? Nonton film di bioskop, hahaha

 &&&

Jalan Pintu Besar Selatan No. 82M Jakarta
021-6900 939

NO Silop area (foto by hikayatbanda.com)
Smoking Area (foto by hikayatbanda.com)
(foto by hikayatbanda.com) 
Lorong kamar mandi (foto by hikayatband.com)
Fun Fact :
  • Hanya 5 Menit bila ingin ke Stasiun Kota Jakarta.
  • Bukan hanya free Wifi, anda juga bisa minum kopi dan the sepanjang hari sampai kembung.
  • Harga kamar mulai dari 9 $ untuk single bed.
  • Walaupun masih berumur hampir 2 tahun, tapi tamunya ruame beud! Dan rata-rata bule bo!
  • Price include Breakfast!
  • Ah, hampir lupa, kalian juga boleh main Play Station sepuas hati




Ingin Nikahi Gadis Aceh? Jangan jadi Blogger!

$
0
0
Jangan mau jadi Blogger, begini nasibnya kalau sudah nikah
Sudah hampir setahun ini saya sering diragukan keseriusan dalam mengurusi keluarga saya, oleh mertua. Pekerjaan yang tak menentu, pagi-pagi tidur, malam bergadang sampai shubuh. Menantu macam apa saya ini? Pemalas!
Seperti yang sudah khas kalian ketahui, kalau ingin menikahi gadis Aceh itu, tidak mudah. Bukan hanya kalian harus jauh-jauh ke Aceh, tapi juga maharnya yang menduduki peringkat nomor 2 secara nasional dalam kategori termahal setelah wanita Bugis. Bahkan, hitung punya hitung, sekali pesta dengan gadis Aceh, kalian bisa menghabiskan 100 juta rupiah-bahkan ada yang lebih! (di sini). Maka sudah sepantasnya, setiap mertua di Aceh akan menyerahkan anak gadis kesayangannya kepada pemuda tampan, rupawan, bijaksana, six pack, dan bukan pemalas!

Sebenarnya, dahulu, saya bukan seorang yang berprofesi sebagai fulltime blogger. Akan tetapi seorang banker kere yang berani melamar gadis asli Aceh. Andai sekarang saya melamar entah apa yang akan terjadi terhadap pinangan saya. Ah iya, hampir kelewatan. Ada anggapan dikalangan Jonas Aceh alias Jomblo Naas Aceh, hanya ada 4 katagori pekerjaan yang layak dan pantas untuk meminang gadis Aceh. Pertama,  Pegawai Negeri Sipil alias PNS. Banyak para calon mertua tidak akan menolak bila seorang pemuda datang dengan menyandang status PNS provinsi. Makanya, tak heran, bila sebagian besar pekerjaan impian masa kini pemuda Aceh adalah PNS. Cwiiww

Kedua, Pegawai Tetap Swasta (bank, pertamina, bumn, dan perusahaan besar lainnya. Semuanya masuk dalam kategori ini). Walaupun bisa di pecat kapan saja, tapi ini golongan pemuda-pemuda tamfhan yang masuk susah ditolak bila melamar gadis Aceh. karena dia terkesan rajin dan rapi. Padahal Cuma kerja pegawai outsourcing di sebuah perbankan umum nasional (nonjok muka sendiri hahaha). Tapi cobalah lamar. Bila anda seorang pegawai swasta di bank. Pasti diiyakan. Dan, siap-siap dengan maharnya ya? #20MayamEmas

Lanjut ke posisi ketiga  Polisi dan TNI, dan terakhir adalah Kontraktor atau pengusaha yang sudah jelas penghasilannya. Urusan nanti dia nipu atau nikah lagi, itu urusan nanti. #ehGimana.

Lalu dimanakah letak seorang blogger di mata wanita Aceh atau di mata Mertua dari Gadis Aceh?

Masalahnya ternyata bukan pada mampu atau tidaknya seorang blogger yang ingin meminang istri orang Aceh atau tidak. Tapi permasalahannya, pekerjaan blogger di Aceh itu tidak terkenal sama sekali! Hahaha (mirisnya nasibku)

Ingin Nikahi Gadis Aceh? Jangan jadi Blogger!
hanya begini nasib blogger di aceh (foto by : Awi Nyak)

Misalnya, kamu blogger adsense yang sebulan berpenghasilan 5000$? Coba saja lamar, pasti Ibu atau Bapaknya akan geleng-geleng kepala. Lalu bertanya, "Nak,  Blogger itu perusahaan apa? Kantornya di mana? Ngapain? Gajiannya gimana, bulanan atau harian? Bagaimana nanti kamu menghidupi istri dan anakmu bila kamu tidak punya kantor?" Dan seterusnya, dan seterusnya. Intinya? Anda akan ditolak! Jadi, jangan heran, bila banyak blogger di Aceh masih berstatus Jones atau Jomblo Ngenes. Ini semua bukan murni salah mereka. Percayalah…

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh seorang blogger yang ingin meminang gadis Aceh dari Aceh agar diterima?

Pertama, jelaskanlah sedari awal tentang perkembangan teknologi, tentang Alan Turing yang penemuannya jadi salah satu letak dasar ditemukannya internet. Ceritakan juga tentang perkembangan perangkat lunak dan sejarah berdirinya APPLE, Windows, dan IBM. Cukup?

Belum. Kalian juga masih harus dengan sabar dan tawadhu sembari terus menundukkan wajah menjelaskan sedikit demi sedikit tentang perkembangan handphone, tentang IOs, Blackberry, Nokia, dan Android. Kalau perlu bawa semua barang-barang tersebut dan perlihatkanlan ke mereka kalau ini, adalah hasil dari ngeblog. Saya jamin, mereka akan semakin bingung.

Lalu, jangan sampai lupa, ceritakan juga asal muasal ditemukannya blog, tentang blogspot yang dibeli oleh Google, tentang Matt Mullenberg yang mengembangkan Wordpress. Bila masih ada waktu, karena bila berkunjung malam hari, hanya sebatas sampai jam 10 malam. Jelaskan kepada mereka apa perbedaan diantara keduanya. Kelebihan blogspot apa, wordpress kelebihannya di mana.

Sampai di sini. Berhentilah. Tatap wajah kedua calon mertua kalian. Apakah semakin nanar, atau sudah bersiap-siap dengan rencong sembari mengendus karena berpikir kalian sedang buka kelas teknologi Informatika dasar di depan mereka. 

Bila semakin nanar, maka ada baiknya kamu pulang dulu. Sembari meminta ijin, agar esok balik lagi. Kalau sudah di usir dengan rencong, maka bilang sama mereka “Pak, saya ini kerja di PT Freelance Indonesia, posisi saya directur”.Begitu dengar kalimat pendek nan sakti ini, niscaya cinta kalian akan segera berlanjut ke pelaminan. #ntahApapun

***
ehem ehem (foto by fardelynhacky.com)
Saya, hari ini menjadi seorang fulltime blogger. Katakanlah demikian. Walaupun hanya update seminggu sekali. Tapi, mencari nafkah untuk anak dan istri itu tetap adalah prioritas utama. Menjadi blogger asal halal dan berpenghasilan mengapa tidak, kan?

Sebenarnya, tidak ada orang tua yang mau membiarkan anaknya hidup berkesusahan. Taruhan sama saya kalau tidak percaya! Jadi, bila datang melamar, maka melamarlah dengan baik. Katakan tujuan dan apa yang bisa kalian berikan. Lalu, perihal mahar yang mahal? Semua masih bisa dibicarakan baik-baik.

Gadis Aceh itu, bukanlah gadis yang tidak paham agama atau kurang berilmu pengetahuan. Mereka bisa mengerti blog itu apa, walaupun ibunya tak paham. Mereka (pada umumnya) bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Dan, satu hal lagi, jangan bilang ke mertua kalau kamu shalatnya bolong-bolong. Wassalam sudah kalau itu sampai bocor. Ha ha ha.

Jadi, siapapun kalian, Blogger kah, Pns kah, Polri atau Tni kah, tukang sapu kah, kuli bangunan kah, keberanian dan niat itu tetap nomor satu. Mahal urusan nomor dua, lamar dulu, baru ngomongin mahar. Iya kan?

Ingin Nikahi Gadis Aceh? Jangan jadi Blogger!
saya bangga jadi Blogger  :D

Tujuan Wisata Budaya Di Kota Solo “Keraton Surakarta Hadiningrat”

$
0
0
Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang dapat kamu jadikan tujuan wisata. Kota Solo memiliki kekayaan seni budaya yang unik dengan ciri khas kebudayaan Jawa yang kuat. Kunjungan ke kota tersebut dapat menjadi satu paket kunjungan kamu ke Yogyakarta karena jarak yang tidak begitu jauh.

Salah satu tema wisata yang menarik ketika mengunjungi Solo adalah kunjungan wisata dengan tema budaya, selain itu wisata belanja juga tidak kalah menarik mengingat Solo memiliki banyak produk batik yang khas dan menarik. Salah satu tujuan wisata bertema budaya yang dapat kamu jadikan tujuan kunjungan adalah keraton surakarta di solo yang merupakan bagian penting dari perkembangan budaya masyarakat Jawa di Jawa Tengah.

Sejarah Keraton Surakarta Hadiningrat

Tujuan Wisata Budaya Di Kota Solo “Keraton Surakarta Hadiningrat”

Keraton Surakarta Hadiningrat (sumber : keraton.surakarta.info)

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan istana yang digunakan sebagai pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta. Keraton ini terletak di kota Surakarta dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II sebagai pengganti Keraton Kartasura yang rusak karena Geger Pecinan tahun 1743. Keraton Surakarta Hadiningrat didirikan pada tahun 1744 dan masih digunakan hingga saat ini sebagai tempat tinggal raja sebagai bagian dari tradisi kerajaan serta menjadi museum yang menyimpan berbagai koleksi kerajaan.

Ada berbagai macam koleksi benda bersejarah terkait budaya Jawa seperti gamelan dan pusaka keraton serta koleksi hadiah dari berbagai kerajaan di Indonesia dan juga raja – raja dari Eropa. Karena alasan itulah kamu dapat mempelajari banyak hal terkait sejarah dan budaya Jawa di Surakarta dengan mengunjungi Keraton Surakarta.

Arsitektur Keraton Surakarta

Tujuan Wisata Budaya Di Kota Solo “Keraton Surakarta Hadiningrat”

(Sumber : www.telusurindonesia.com)

Bangunan Keraton Surakarta merupakan salah satu ikon arsitektur bangunan tradisional Jawa. Bangunan eksotis tersebut dirancang oleh beberapa arsitek; salah satunya adalah Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergear Sultan Hamengkubuwana I yang juga merupakan arsitek utama Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Karena alasan itulah terdapat banyak kemiripan pada desain dan tata ruang dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Terdapat beberapa bagian dari Keraton Surakarta yang dapat kamu kunjungi seperti kompleks Alun – alun Utara dan Selatan, kompleks Siti Hinggil Utara dan Selatan hingga kompleks Sri Manganti. Benteng Baluwarti yang mengelilingi kompleks keraton juga termasuk obyek menarik yang dapat kamu kunjungi.

Beberapa Hal Unik Di Dalam Keraton Surakarta

Kamu dapat menjelajah kompleks di dalam keraton dengan membeli tiket masuk sebesar 10 ribu rupiah. Jika kamu ingin menjelajah isi kompleks Keraton Surakarta; maka sebaiknya mengenakan sepatu dan pakaian sopan berupa celana panjang atau rok panjang. Pengunjung museum yang mengenakan sendal disarankan untuk melepas sendal dan menjelajah dengan bertelanjang kaki. Sedangkan jika kamu mengenakan celana pendek maka akan dipinjami kain serupa jarik yang akan menutup kaki. Kamu yang menjelajah Keraton Surakarta dapat pula mengunjungi Masjid Agung Surakarta dan melanjutkan kunjungan dengan wisata belanja dan kuliner di Pasar Klewer.

Tertarik untuk berwisata ke Solo?

Kalau kamu tertarik untuk wisata ke Solo, jangan lupa untuk memilih penginapan atau hotel yang murah dan nyaman, agar dompet kamu aman. Hotel murah di Solo dengan kualitas layanan dan kenyamanan berkelas dapat kamu temukan dengan mudah. Salah satunya melalui AiryRooms, terdapat beberapa pilihan lokasi hotel AiryRooms yang dapat dipilih. Airy Stasiun Balapan, Airy Ngarsopuro dan Airy Sukoharjo dapat menjadi pilihan saat kamu mengunjungi kota Solo.

Tujuan Wisata Budaya Di Kota Solo “Keraton Surakarta Hadiningrat”

Hotel atau penginapan murah yang nyaman dengan rentang harga mulai 180 ribu hingga 240 ribu (harga bisa berubah sewaktu-waktu)bisa kamu peroleh di AiryRooms. Pilihan lokasi menginap dapat ditentukan berdasarkan anggaran biaya akomodasi serta tujuan-tujuan wisata yang ingin didatangi selama menjelajah kota Solo. Selamat jalan-jalan di Solo ya!


Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia

$
0
0
Teluk jantang, destinasi baru di Aceh sehabis Tsunami Foto by : www.zlvn.net

Sehabis tsunami 2004, Aceh terus berbenah. Menyusun segala sesuatu menyesusaikan dengan perkembangan jaman. Jalanan yang dulu hilang, kini kembali dibangun untuk mendukung moda transportasi lintas darat. Pelabuhan yang rusak dihempas gelombang besar, kini telah dibangun lebih baik lagi. Seiring dengan meredanya konflik antara Aceh-RI, pembangunan sarana dan prasarana di Aceh semakin pesat. Jaringan telekomunikasi terus diperbaiki.

Kini, 12 tahun berlalu. Aceh menjelma sebagai salah satu daerah tujuan wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Daerah yang dahulu “tertutup” dengan dunia luar, kini menjadi daerah yang begitu “welcome” dengan kedatangan para tamu dari seluruh negeri. Efek kehancuran tsunami di Aceh ternyata menjadi pemicu paling utama para wisatawan datang ke Aceh. Bagi mereka, berwisata ke Aceh berarti berwisata tapak tilas Tsunami.

Jumlah pengunjung yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sebenarnya adalah salah satu bukti, bahwa Aceh, layak dijadikan tujuan wisata. Baik wisata Tsunami, Wisata Religi maupun wisata Adventure. Wilayah teritori Aceh cukup luas, tujuan wisata di Aceh pun banyak. Berbagai event diadakan saban bulan setiap tahunnya. Saking padatnya acara atau event tahunan, terkadang akan membuat pengunjung kebingungan. Acara apa, di mana, dan tema apa yang cocok untuknya.

Nyasar? Tentu saja bukan sebuah pilihan terbaik bagi kalian yang ingin berhemat waktu dan harus mengunjungi banyak tempat. Lantas, kenapa tidak mencoba menggunakan Apps PESONA INDONESIA ?

Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia
tampilan Muka
Saya, sering mendapatkan pertanyaan mengenai event, tempat wisata, arah tujuan, dan segala macamnya mengenai Aceh dari teman-teman di luar Aceh. Jujur, sedikit membingungkan menjelaskan itu semua sekaligus. Terlebih lagi, salah satu “kekurangan” Aceh adalah alat Transportasi Publik. Jadi bisa dibayangkan ketika anda sampai di Banda Aceh, lalu kebingungan mencari Labi-labi untuk bisa ke museum Tsunami?


Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia
Info dan Event Terbaru di Indonesia 
Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia
menu daftar makanannya..

Aplikasi ini cukup membantu siapapun yang ingin travelling atau jalan-jalan keliling Indonesia. Mulai dari Aceh, sampai ke Papua. Yang membuat aplikasi ini menarik sebenarnya, dia menjelaskan Info dan Event Terbaru di Indonesia. Jadi, bisa dipastikan bila kalian menggunakannya tidak akan salah alamat ketika ingin menyaksikan event yang hendak dinikmati. Bayangkan, apa jadinya bila anda menyukai atraksi di pantai, tapi ternyata anda nyasar ke atraksi pacuan kuda di Takengon? Jadi bengong kan?

Setelah kemarin download, dan iseng-iseng cobain, ternyata cukup lengkap. saya pun berani mengatakan kalau Aplikasi ini wajib menjadi Aplikasi bagi wisatawan di Indonesia! Yang lebih kerennya lagi, ini aplikasi bisa menolong kamu yang nekat backpakeran ke Aceh loh! Tanpa perlu nyusun iten, kamu bisa melihatnya di salah satu feature Travel Destination yang ada dalam aplikasi ini.
Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia
susun sendiri Ittenary kamu

Menjajal Aceh dengan Aplikasi Pesona Indonesia
ini dia panduan jalan-jalan mudah di Aceh

Terus, terus, bingung mau makan di mana? Tidur di mana? Mandi Junub di mana? #eh informasi itu sudah ada dalam aplikasi tersebut. Saya yakin, bagi kalian yang berjiwa Traveller, akan senang dan bahagia punya aplikasi seperti ini.


Oh iya, hampir saja kelewatan, aplikasi ini sudah tersedia di Siniuntuk IOS dan di Sanauntuk Android. Sudah download? Masih Ragu untuk keliling Aceh bulan Agustus nanti? Ada Perlombaan Pacu kuda tradisional loh dan ada International Rafting  Festival juga. Nggak percaya? Coba buka kalender event di aplikasi Pesona Indonesia

Mereka sudah ke Aceh, Kamu Kapan?



Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!

$
0
0
Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!
sunset di aceh selatan
Jujur, sebenarnya gaya hidup Travelling Backpaker-an ini,  adalah sebuah gaya hidup yang menurut saya, sedikit aneh. Jalan-jalan keluar negeri, tapi pengen murah punya barang. Pengen keliling Aceh tapi kalau bisa tidurnya gratisan. Nyari tebengan sana-sini, mulai dari masjid sampai wc umum. idih.. Ada yang lebih aneh lagi, setahu saya, harga tiket pesawat itu jauh lebih mahal dari satu piring nasi Padang yang ada di pasar kaget. Tapi, mengapa engkau lebih memilih makan di tempat makan yang harganya sedikit mencerminkan kesedihan dalam hidupmu?
Mungkin, ya mungkin loh ya. Sifat traveler di negeri ini ataupun dari luar negeri itu, terinspirasi dari sebuah lagu anak-anak yang berjudul “Naik Kereta Api”. Saya, harus setuju dengan bang Mongol Stres. Ini lagu aneh bin ajaib. Masa, naik kereta dari Bandung sampai ke Surabaya naik percuma? Apa ini tidak gila namanya? Perjalanan kereta api dari Bandung-Surabaya itu 12 jam loh! Pergi pagi sampai di Surabaya malam, harga tiket paling murah, 380 ribu rupiah, dan kalian minta percuma? #tepokjidat.

**Naik kereta api ... tut ... tut ... tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung ... Surabaya
Bolehlah naik dengan percuma
Ayo temanku lekas naik**

Kita tahu, ada dua provinsi di Indonesia ini yang terpatri sebagai daerah Termahal Di Indonesia. Aceh dan Papua.  Karena, dua-duanya terletak di ujung negeri. Dan, dua-duanya punya keindahan yang luar biasa.  Ok, ini adalah tips Jalan-jalan murah ke Aceh
  • Beli Tiket  dari Malaysia!
Iya, saya tidak bohong. Seperti guru TK membohongi saya dengan mengatakan kalau balonku itu ada lima tapi ketika di hitung warnanya jadi enam. Tidak percaya? Merah, kuning, Kelabu, merah muda dan biru. Yang meletus? Hijau? Ada berapa? Kembali perihal harga tiket. Air Asia, ada masuk ke Aceh. tapi tidak dari medan, melainkan dari Kuala Lumpur, bro. jadi bisa bayangkan jika perusahaan milik si Toni ini lagi promo hot seatyangnol rupiah. Maka, berapakah harga tiket ke Aceh? #efekUN
Satu lagi, beli tiket pesawat ke Aceh yang tidak direct flight. Karena biasanya, yang direct akan lebih mahal. Kenapa? Karena peminat wisatawan ke Aceh itu bukan karena pengen menikmati cambuk polisi syariat. Tapi tugas kantor. Saran saya, nyari tiket pesawat yang ramai. Semisal dari Batam, atau Medan.  
  • Aceh itu gudangnya Kenduri!
Tahukah kamu kalau kenduri Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh itu bisa berlangsung sampai 4 bulan berturut-turut? Dan itu artinya, kalian akan bisa makan besar selama empat bulan. Hanya bermodalkan kain sarung, peci, gula dan roti kabin. Tuan rumah akan menyambut anda bak sodara jauh yang pernah hanyut kala tsunami 2004 lalu.  Jadi kenapa tidak manfaatkan musim Maulid di Aceh jika kalian ingin menghemat uang makan. Modal 5 ribu, bisa makan siang ala  resto all you can eat yang menunya dilihat aja udah bikin kenyang!
 
Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!
pemandangan seperti ini akan sering terlihat kalau kalian jeli pas di tempat kenduri di aceh he he
Selain 4 bulan bisa makan gratis dengan melompat dari satu meunasah ke meunasah (mushalla) yang lain, Aceh juga dikenal sebagai gudangnya Kenduri, bro!
Mimpi ketemu almarhum orang tua dengan muka sedikit tak enak, bikin kenduri syukuran. Sunatan, kenduri, isra mi`raj, kenduri. Lahiran, kenduri. Mau tanam padi, kenduri. Mau turun ke laut, kenduri.

Pokoknya, orang Aceh punya banyak alasan untuk membuat kenduri. Ketika hati senang karena dapat uang, orang Aceh bikin kenduri. Ketika hati galau pun dia bikin kenduri. Kenapa? Karena bagi orang Aceh, kenduri adalah sedekah. Satu masalah selesai kan?
  • Makan pagi di warkop, makan malam di bebek Kuntilanak
Sekali makan di Aceh, satu porsi bisa 12-18 ribu. Baru nasi dan lauknya. Sarapan lontong sayur di Banda Aceh, bisa menjadi bencana. Satu porsi pakai telur bulat bisa kena 8-12 ribu. Jadi, kenapa harus di warkop bila sarapan. Pertama, pesan kopi satu gelas (agar perutmu kembung), lalu mintalah dibawakan Bu Prang alias Nasi Perang. Nasi ini, sebungkusnya ada yang 3 ribu rupiah. Mirip nasi kucing, tapi sedikit lebih banyak. Karena perut orang Aceh beda dengan orang Solo. #ehRasisYa?

Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!

Makan malam ke bebek kuntilanak, kenapa? Karena kalian biasa makan sepuasnya tapi bayarnya hanya satu porsi saja. Tidak percaya? Di sini ceritanya.
  • Tidur di Hostel Syariah
Bila di Jakarta ada teduh hostel yang ketika tidur kamu bisa saingan suara vespa dengan cewek bule, di Aceh semua itu seolah tak akan mungkin terjadi. Kecuali kucing akhirnya tumbuh tanduk. Aceh, salah satu provinsi di Indonesia yang menganut Islam sebagai salah satu sumber hukumnya disamping UUD 45.  Jadi, tidur di hostel syariah adalah pilihan paling relevan bagi kamu yang ingin mencari kamar murah.

Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!

Ada banyak wisma, homestay, dan hostel di seputaran kota Banda Aceh, dan beberapa kota lainnya di Aceh. harganya permalam? Mulai dari 70 ribu rupiah. Kenapa tidak di masjid saja? Karena saya tak ingin masjid-masjid di Aceh bau iler kalian, bro. #peaceMen!
  • Sewa Motor Atau Becak Motor
Bicara akomodasi di Aceh memang sedikit merepotkan. Untuk keliling sabang saja, kalian akan susah menemukan angkutan kota yang available untuk hal tersebut. Pun, di Banda Aceh, Labi-Labi (sebutan angkot di Aceh) mulai terlihat jarang melintas. Tergerus oleh kejamnya uang DP kredit motor.

Busway atau Transkutaraja memang sudah ada di Banda Aceh, tapi armada dan rutenya masih sangat terbatas. Bila dari Peunayongingin ke Krueng Raya, maka kamu bisa menunggu melebihi lamanya Cinta menanti Rangga. Jadi, solusi yang terbaik adalah sewa sepeda motor. Sehari 100 ribu rupiah. Dan kamu bisa keliling Banda Aceh atau sabang, sesuka hati. Kesasar? Ah itu sudah biasa. Palingan kamu akan nyasar ke ladang ganja.
  • Jangan jalan-jalan di hari libur!
Ini serius. Seserius anda membaca tulisan ini. Kenapa jangan jalan-jalan Aceh kalau hari libur. Karena beberapa biaya akan naik dengan tanpa surat edaran tertulis. Ramainya turis yang ingin berwisata di hari libur akan menyebabkan tempat wisata akan overload. Kamar hotel akan full-book. Kenderaan sewa habis. Mobil rental juga bernasib sama. Jalanan sepi. Semuanya berkumpul di tempat-tempat wisata di Aceh. jadi, ada baiknya kamu ke Aceh di hari workday.

Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!
ini yang terjadi bila ke aceh di hari libur :D
  • Terakhir, Cari Teman Orang Aceh Yang Ganteng
Yups, kalian sebisa mungkin carilah teman perjalanan yang berasal dari daerah Aceh. Kebetulan, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang ganteng #ehem#benerinPoni. Ibu-ibu jualan jagung bila ketemu dengan pemuda Aceh yang tamfhan, bisa menurunkan harga sampai 20 persen.

Bukan, bukan seganjen itulah si ibu. Tapi lebih kepada rasa kekeluargaan sesama acehnya lah yang membuat harga-harga sedikit wajar dan normal. Bahkan, tempat perjalanan dari Aceh ini juga akan berfungsi translater bahasa Aceh ke bahasa Indonesia. Mengingat di beberapa tempat keren di Aceh, banyak penduduknya masih kesulitan berbahasa Indonesia dengan baik.

Mau Jalan-Jalan Murah ke Aceh? ini Dia Caranya!
guide ganteng dari aceh 
Tidak percaya? “Nanti, kalau ketemu jalan yang mereng, qe belok sikit, jangan lasak kali beloknya. Nanti qe sisat.” Kalian paham tidak apa yang dimaksud dari kalimat di atas? Bila tidak, maka kalian memang harus menjadi teman orang Aceh yang gantengnya maksimal.

Semoga, tips tak seberapa ini menjadi referensi kalian untuk menjelajah Aceh suatu hari kelak ya, guys. See you there…



15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker

$
0
0
15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (www.arieyamani.blogspot.com) 

Mencari hotel/hostel/penginapan murah di kota terujung pulau Sumatra menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi siapapun yang baru pertama kalinya menjejakkan kakinya ke Banda Aceh. Beruntungnya, semenjak berakhirnya masa rehap-rekon Tsunami 2004 lalu, jumlah wisatawan semakin meningkat. Kota Banda Aceh pun berbenah. Mulai dari memacu pertumbuhan hotel berbintang, sampai menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Lantas, bagaimana bila ada yang ingin backpackeran ke Banda Aceh atau sekitarnya? Di mana kalian bisa mencari kamar yang murah meriah dan tentunya dengan fasilitas yang layak. Memang, di Aceh belum ada capsul hostel seperti di jepang ataupun di Jakarta. Akan tetapi, ternyata, cukup banyak penginapan murah yang tersebar di sekeliling kota. Mulai dari pinggir kota sampai di pusat bisnis kota Banda Aceh.

Berikut adalah 15 Hotel Murah di Banda Aceh yang cocok untuk backpacker;

Hotel Raya Taman Sari Jalan T. Ujong Rimba No.30 Banda Aceh
Telp. (0651) 21427
Tipe kamar standard (Rp 60.000)
Tipe kamar ekonomi (Rp 70.000)
Tipe kamar deluxe (Rp 185.000)
Kapasitas 18 kamar

Hotel Aceh Barat Jalan Khairil Anwar No. 16 Peunayong, Banda Aceh
Telp. (0651) 23250
Tipe kamar VIP (Rp 225.000)
Tipe kamar standar (Rp 115.000)
Tipe kamar ekonomi (Rp 65.000 – Rp 75.000)
Kapasitas 27 kamar

15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker
Losmen Palembang Banda Aceh ( foto by verryandrefabiani.wordpress(com) ) 

Losmen Palembang Jalan Khairil Anwar No 57-59 Gp. Peunayong, Banda Aceh
Telp. (0651) 22044
Tipe kamar kelas A (Rp 200.000)
Tipe kamar kelas B (Rp. 160.000)
Tipe kamar kelas C (Rp. 120.000)
Tipe kamar kelas D (Rp 100.000)
Tipe kamar kelas E (Rp 70.000)
Kapasitas 29 kamar

Wisma Bintara Pineueng Jalan Bintara Pineueng No. 19, Banda Aceh
Telp. (0651) 7412229
Tipe kamar tipe A Rp 200.000
Tipe kamar tipe B Rp 160.000
Tipe kamar tipe C Rp 120.000
Tipe kamar tipe D Rp 100.000
Tipe kamar tipe E Rp 70.000

Hotel Nuri Jalan SM Raja Gp. Mulia Kec. Kuta Alam Banda Aceh
Telp (0651) 31782
Tipe kamar deluxe room (Rp 100.000 – Rp 120.000)
Tipe kamar superior room (Rp 80.000 – Rp 110.000)
Tipe kamar superior big room (Rp 150.000)
Kapasitas 17 kamar

15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker
hotel Anggrek Banda Aceh foto by google 

Hotel Anggrek Jalan P. Nyak Makam No. 31-32 Banda Aceh
(0651) 7551549
Tipe kamar deluxe room (Rp 200.000 – Rp 250.000)
Tipe kamar superior (Rp 175.000)
Tipe kamar standard room (Rp 100.000 – Rp 125.000)

Wisma Sudirman Jalan Jend. Sudirman 1 Gp. Geuceu Iniem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh
Telp. (0651) 43586
Tipe kamar family room (Rp. 275.000)
Tipe kamar deluxe room ( Rp. 185.000)
Tipe kamar standard room (Rp. 105.000)

Wisma Mentari Jalan Tgk . Daud Bereueh Banda Aceh
Tlp. (0651) 7551174
Tipe kamar standard room (Rp 100.000 – Rp 300.000)

15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker
Wisma Tsacita Banda Aceh foto by wisma tsacita 

Wisma Tsacita Jalan Hotel Sultan No 4 Peunayong- Banda Aceh
Tlp 0822-7633-9091
Email : wisma.tsacita@gmail.com
Tarif Kamar : starting from Rp 120.000 sampai dengan Rp 160.000

Wisma Nusa Cendana Jalan ST. Iskandar Muda No. 36 Punge Jurong Banda Aceh
Tipe kamar standard room (Rp 125.000 – Rp 225.000)
Tipe kamar superior room (Rp 100.000 – Rp 350.000)
Kapasitas 11 kamar

Hotel Lauser Agara Jalan Sisingamaraja No. 188 Banda Aceh
(0651) 7400991
Tipe kamar deluxe (Rp 150.000)
Tipe kamar standart (Rp 100.000)

Wisma Lampriek Jalan Tgk. Daud Bereueh No. 155 Banda Aceh
(0651) 23995
Tipe kamar standard room (Rp 150.000 – Rp 190.000)
Kapasitas 17 kamar

Wisma Rita Jalan Hasan Saleh lr. Bahagia No. 46 B Neusu Jaya Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh
Telp. (0651) 637277
Tipe kamar I (Rp. 250.000)
Tipe kamar II (Rp. 200.000)
Tipe kamar III-VI (Rp. 150.000)
Kapasitas 6 kamar

15 Hotel Murah di Banda Aceh; Cocok Untuk Backpacker
sumber foto : indonesia.is 

Hotel Kuta Alam Jalan Mayjen T. Hamzah Bendahara, Banda Aceh
Telp (0651) 21149
Tipe kamar standar (Rp 150.000 – Rp 250.000)
Kapasitas 32 kamar

Wisma Permata Hati Jalan T. Hamzah Bendahara No. 11 Kuta Alam, Banda Aceh
Telp. (0651) 28163
Tipe kamar standard A (Rp 225.000)
Tipe kamar standard B (Rp. 150.000)
Kapasitas 12 kamar


Ah iya, hampir saja kelupaan. Sebagai catatan yang harus di ingat adalah; Anda Dilarang Menginap Berdua Bagi Yang Bukan Muhrim Ya! Bila tetap membandel? Resiko ditanggung penumpang ya..

NB : data di dapat dari berbagai sumber. Silahkan cek dan ricek sebelum memesan kamar. Fasilitas, dan segala hal yang anda butuhkan.

Tsunami Aceh Karena Dosa Orang Aceh? Bisa Jadi!

$
0
0
Museum tsunami banda Aceh
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan [tidak pula] pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauh Mahfuzh] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah "
Tsunami, begitu banyak luka. Begitu banyak pilu, begitu melegenda! Dan tsunami, menjadi sebuah alibi untuk mentenarkan sebuah provinsi yang berkecamuk dengan konflik bertahun-tahun. bila saya menceritakan kepiluan tsunami, bisa beratus lembar halaman pun belum tentu selesai.
Sampai akhirnya, setelah hampir 12 tahun, seorang Ustad yang bergelar Doktor mengatakan kalau Aceh Berhak kena Tsunami karena Dosanya! Tiba-tiba pilu yang belum hilang itu kembali di angkat sempurna dengan pernyataan semberono oleh DR Khalid Basalamah yang juga berasal dari tanah mayoritas Islam

Dalam ceramahnya yang beredar di situs berbagi video online dengan santainya, beliau mengatakan kalau tsunami yang terjadi di Aceh adalah karena kesalahan orang Aceh sendiri. Sebuah daerah yang mayoritas islam ini dikutuk oleh Allah karena maksiatnya sendiri! Kesimpulan tersebut disampaikan menurut penafsiran beliau dari surah Al-Hajj ayat 22.
Dari video tersebut dikatakan bahwa beliau mengambil kesimpulan setelah DENGAR-DENGAR  dari masyarakat Aceh yang beliau temui (tak jelas di mana) bahwa penyebab tsunami terjadi di Aceh adalah sebagai berikut :
  • Orang Aceh senang mengkonsumsi ganja dalam keseharian mereka bahkan menjadi bumbu dalam masakan.
  • Orang Aceh suka mengunyah daun ganja dan itu dianggap biasa.
  • Orang Aceh melakukan tari striptis di pinggir pantai dan itu dilakukan secara massif dan berkelanjutan
  • Orang Aceh melarung sesajen ke lautan demi memohon penjagaan dari dewa laut.
  • Semua dosa-dosa diatas dilakukan secara massif dan berkelanjutan sehingga menyebabkan Allah Murka
Lima hal di atas rasanya cukup sudah si ustad mengajak orang Aceh untuk berani memeranginya bila ia ke Aceh suatu hari nanti. Ustad ini lupa, kalau orang Aceh, se-bajingan apapun dia, jangan katakan kafir kepadanya! ( ceritanya di sini). Dan sebagai orang Aceh, ijinkan saya menjawab 5 hal tersebut menggunakan kemampuan sederhana saya.
Ganja dan Aceh
Dalam sejarah Aceh, ganja pernah disebut sebagai “pendamping cabai (lintoe camplie)”. Jadi, nenek dan kakek saya dulu, bila menanam cabai, biasa menumbuhkan beberapa batang ganja agar buah cabainya bagus dan panennya meningkat. Serta harus diketahui, pohon ganja itu mengusir hama yang akan menyerang pohon cabai. 
Ganja di pakai sebagai bumbu masakan dan obat-obatan? Tentu. Di Aceh pernah kami lakukan. Tapi… tidak mabuk! Sama sekali tidak mabuk! Apakah obat batuk yang di campur alcohol memabukkan? Dan itu haramkah? 
Sebenarnya, dahulu ini adalah hal yang wajar sampai akhirnya penggunaan ganja ini menjadi masalah dan dipakai untuk narkotika. Lalu, sekarang diharamkan. Sebagai informasi, yang dipakai itu bukan daunnya melainkan bijinya. Itu pun di pakai hanya 3 biji saja setelah digiling halus seperti lada. Mabuk? 

seputaran Lamteuba
Mengunyah daun ganja menjadi kebiasaan? Ini benar-benar NGAWUR! Ustad tahu tidak rasanya daun ganja itu? Dan ustad mengiyakannya begitu saja setelah Dengar dari jamaah ustad. Ustad,  daun ganja itu kalau di kunyah rasanya sangat amat pahit dan bergetah! Hal yang konyol mengunyah daun ganja basah dan menjadikannya sebuah kebiasaan. Mungkin bukan daun ganja, tapi bakoeng Aceh kali? Kalau bakoeng Aceh masih memungkinkan, karena bila nenek saya sakit gigi, biasanya beliau menyumpal tembakau Aceh ke gigi yang sakit. 
Ganja di tanam di belakang rumah? Ustad bercanda? Tidak pernah sekalipun seumur hidup saya, bahkan sampai saya ke daerah yang pernah ditemukan ladang ganja terbesar ( di sini) menemukan ganja ditanam bebas di pekarangan rumah orang Aceh. yang benar saja? Jangan demi alibi ustad lalu ustad mencari segala cara untuk pembenaran tersebut.
ORANG ACEH DAN TARI STRIPTIS
Mungkin, bila saya tak tinggal di Banda Aceh, dan belum sempat bertemu dengan Teungku Abu Bakar (juru kunci makam Syiah Kuala), saya akan mengiyakan omongan ustad yang katanya dari hasil dengar dari orang Aceh.  Lebih parahnya lagi, ustad mengatakan kalau ini sudah massif dan sering terjadi.
Ustad, rumor ini, pertama kali berkembang setahun setelah tsunami. Rumor yang berasal dari desa Alue Naga, kota Banda Aceh, tempat dimakamkan seorang ulama besar Aceh Syiah Kuala (syeckh Kuala). Saya sempat mempercayai berita tersebut. Sampai akhirnya, awal tahun lalu, saya ingin tabayyunlangsung ke tempat tersebut. Benarkah? ( ceritanya di sini)
makam Syiah Kuala
Setelah saya ke sana, ternyata berita itu masih diragukan kebenarannya. Teungku Abu Bakar saja memilih diam. Dan ragu-ragu mengangguk. Karena apa? Karena beliau sendiri tak melihatnya. Bagaimana mungkin mau melihat langsung tarian striptis? Ke pantai saja kami tidak berani. Kala itu, masih masa konflik bersenjata di Aceh, dilarang mendekati daerah-daerah yang ada oknum bersenjata didaerah tersebut.
Lalu, dengan lantang Antum mengatakan kalau itu massif? Daerah Aceh mana yang ada cerita striptis itu ustad? Kejadian di alue naga (kalaupun benar) kemungkinan besar pelakunya pasti bukan orang Aceh. kenapa? Sebagian besar pasukan bersenjata yang datang ke Aceh bukan orang Aceh. jadi sulit sekali mengindetifikasikan cerita hoax ini.
Ustad, masa sebelum tsunami, seorang wanita atau anak gadis di Aceh sangat tertutup ustad. Mereka tidak berani keluar rumah seorang diri. Kenapa? Karena mereka bisa di culik oleh orang-orang yang dulunya membenci orang Aceh. Apa ustad tahu itu? Adik perempuan kami, bila magrib menjelang, jangankan di pinggir pantai, di mushallapun harus kami jemput pulang. Demi keamanan mereka.
Lalu dengan keji ustad berteori kalau allah mengazab kami orang Aceh karena tarian striptis yang saya yakin sekali, sumber ustad pun tak ikut menyaksikannya.
SESAJEN KE LAUT UNTUK DEWA LAUT
Ya, kami orang Aceh, sebagian budaya kami masih terpengaruh budaya hindu-budha. Tapi katakan kepada saya, daerah mana di Indonesia ini yang tidak mengalami asimilasi budaya ini? Makassar pun mungkin ada. Tapi mengatakan kalau orang Aceh memberikan sesajen kepada dewa Laut?!
Islam kami, mungkin memang belum sempurna. Islam kami, mungkin memang belum sebaik antum. Islam kami masih ada budaya hindunya. Tapi kami paham, bahwa Islam hanya memiliki Allah sebagai Tuhan Yang Esa. Bukan dewa Laut!
Bila ini menjadi landasan tsunami terjadi di Aceh, lantas mengapa jogja tidak kena tsunami? Mengapa daerah lainnya di Indonesia tidak ada tsunami? Bukankah sebagian besar budaya masyarakat di Indonesia dipengarahui budaya hindu-budha? Kenapa harus Aceh? apa karena massif?  Ustad, budaya itu hanya ada di pesisir barat Aceh itu pun hanya beberapa desa saja. bukan seluruh Aceh. tapi kenapa dampaknya ke suluruh Aceh? sepertinya Tuhan tidak Adil atau sudah Buta ya Ustad?
*****
Terlepas dari fakta-fakta di atas, Ustad Basalamah terlalu memaksakan agar teori yang beliau ambil dari surah Al hajj 22 mengenai Allah akan menghancurkan suatu negeri karena dosa yang merata dan dilakukan secara terus menerus dapat diterima oleh jamaahnya.
Kenapa? Karena bila Aceh sebagai tolak ukurnya, maka teori ini sama sekali tidak relevan. Pertama, di lihat dari jumlah orang (yang katanya) mabuk, dibandingkan kota besar di indonesia, Aceh hanya sebagian kecil sekali. Lalu, untuk kejahatan tarian striptis, di Aceh tidak ada pub atau diskotik ya Ustad. Jadi, bila dibandingkan dengan provinsi tetangga, maka jumlah wanita yang goyang-goyang pasti lebih banyak. Lalu, kenapa Aceh?
Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004 lalu bukanlah yang pertama kalinya terjadi di bumi serambi mekkah.  Tsunami pernah terjadi kala kerajaan islam sedang berkibar di bumi rencong. Kala itu, korban jiwa cukup besar dan memaksa Sultan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Lampulo, ke Dalam. Lalu, apakah tsunami kala itu juga karena masyarakat Aceh suka ganja? Suka perempuan telanjang? Dan suka melarung sesajen ke laut? Kala itu hukum islam sangat ketat lho ustad.
Akhirnya, saya sepakat bila Allah memberikan musibah karena kesalahan makhluknya, akan tetapi, dalam kitab suci umat Islam juga dikatakan kalau bencana diberikan oleh Allah karena rasa sayangNya. Tsunami yang kata ustad diberikan karena dosa kami orang Aceh itu telah berhasil membuat rasa damai dihati kami. Kami tidak lagi di serbu oleh orang dari luar Aceh yang lebih senang menganggap kami ini seperti “anjing”. Kakak, adik, dan ibu kami, kini tak takut di culik oleh oknum bersenjata dan berbaju loreng lagi. Kami, sudah senang karena tsunami. Tsunami yang kata ustad datang karena dosa kami, orang Aceh!

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” [at Taghabun/64:11]

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [al Baqarah/2:155-157]

Semoga ustad berkenan dengan data yang saya sampaikan. Bukan dari katanya, tapi langsung dari orang Aceh




Update terakhir pertanggal 20 juni 2016, Ustad tersebut telah menyampaikan permohonan maafnya melalui video di jejaring Youtube


Dari Desa Lubok Sampai ke Desa Atong Aceh Besar, Menanti Petani Tersenyum

$
0
0
wisata halal aceh

Subuh masih, adzan dalam remang fajar masih bersahut-sahutan. Mata dan kepala saya masih berat untuk diajak berteman. Semalaman, harus bergadang. Bukan, karena malam tahun baru. Tapi lebih karena keadaan yang mengharuskan.

“Bang, pagi ini kita ke desa wisata lubok yoks?” sebuah sms masuk. Terbaca dari seorang sahabat yang mengisiasi terbentuknya blogsafariku.com. Subuh, tidur kurang, masih tahun baru, dan sebuah teknologi awal 2000an. Ini kawan maunya apa ya? Di kala orang lain sudah memakai aplikasi canggih, dia masih tetap gayanya yang tak jelas. Tapi, ide yang dilontarkan olehnya, menarik.

“Ok, tolong jemput ke rumah ya”

Beruntungnya, angin masih bertiup dari arah timur. Cuaca yang sedari sedikit mendung berubah cerah. Mentari cukup hangat. Terlebih lagi, gunung Seulawah yang berada di ujung timur Banda Aceh terlihat sempurna. Berhiaskan selendang awan putih, tepat di puncaknya. Langit begitu biru,  sempurna. Sebuah langkah awal memulai tahun yang baik.

Dari Banda Aceh, motor scooter yang kami kendarai mengarah ke arah jalan Banda-Aceh Medan. Sekitar 20 km, Makmur harus berbelok ke arah kiri. menyusuri jembatan panjang yang menghubungkan jalan Banda Aceh-Medan, ke desa Lubok. Di Aceh Besar, beberapa jembatan panjang seperti yang terdapat di desa lubok ini, akan sering kita jumpai. Menurut cerita, jembatan ini adalah mega proyek Indonesia melalui gubernur Aceh Ibrahim Hasan untuk memutuskan mata rantai “Rakit Sungai”. Kanal-kanal krueng Aceh dibangun untuk mengantisipasi datangnya banjir ke kota Banda Aceh.

Di sudut jembatan desa Lubok, sebuah warung kopi sederhana berdiri. Tak banyak pria dewasa yang duduk dan bercengkrama. Tidak terlihat seperti desa-desa di Aceh pada umumnya. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak. Sembari mencoba mencari-cari informasi mengenai desa ini lebih jauh. Tapi, aroma kue Pulot dan Timphan yang tersaji di depan mata memaksa saya untuk melahapnya lebih dulu.

Teh manis hangat, timphan yang terbuat dari tepung ketan, dibalut daun pisang dan di isi dengan adonan srikaya khas Aceh. Belum lagi aroma khas dari daun pisang muda yang dipanggang angin-angin di atas bara dengan ketan di dalamnya. Kue Pulot. Salah satu penganan wajib khas Aceh  yang masih mudah ditemukan di daerah pedesaan seperti Desa Wisata Lubok Ini.

wisata halal aceh

“nyoe musem blang dek, maka jih hana ureung “ Ini musim ke sawah dek. Makanya tidak ramai orang di warung kopi.

Seorang bapak yang duduk di samping kami, menyeletuk untuk menjelaskan rasa penasaran saya tentang keadaan desa yang begitu sunyi. Ini sudah pagi, pukul 9 pagi. Kenapa begitu sepi? Ternyata mereka sudah ke sawah untuk bersiap menanam padi.

“wah menarik! Yoks bang kita ke sawah” Makmur dengan segera menghabiskan teh-nya lalu memaksa saya menelan segera kue pulot terakhir dari piring di atas meja.

Desa Lubok Aceh Besar, Walaupun namanya sudah sering malang melintang di telinga saya, tapi baru kali ini saya benar-benar mengunjunginya. Sebuah desa yang tersusun cukup rapi dengan rumah mayoritas masih rumah khas Aceh, Rumoh Panggong.  Desa ini, resmi diluncurkan sebagai desa wisata pada tahun 2013 lalu. Dan saya baru sekarang ke sini? Ah dari pada tidak sama sekali?

Jalanan desa yang tersusun rapi dengan pagar rumah penduduk hampir rata-rata dari tanaman English ivy, menjadi sebuah pemandangan yang begitu menyejukkan. Beberapa penduduk terlihat sedang bercengkrama di bawah rumah panggung, sebagian lainnya sedang menjemur belimbing wuluh yang akan dijadikan bahan asam suntinantinya. Dan sebagian lainnya, ada yang sudah di sawah.

wisata halal aceh

Kami, terus menyusuri jalanan desa untuk mencari areal persawahan. Makmur sibuk melirik kiri-kanan jalan. Sedangkan saya? Sibuk mencari makam tua. Siapa tahu, ada cerita menarik dari makam tua yang berusia ratusan tahun di Aceh.

Hari semakin siang, sedangkan areal persawahan yang kami tuju ternyata tak sesuai harapan. Beberapa sawah sudah terisi sempurna. Raut muka makmur berubah tak semangat. Seolah tak ada cerita akan bisa kami tulis dari perjalanan kali ini.

Lari Ke Desa Atong,


“Mur, kita ke desa Atong aja. Di sana, kita duduk ditengah-tengah sawah yang mirip dengan seperti Tampak Siring. Nggak jauh dari sini. Mau?” saya mencoba memberikan solusi lain dari sebuah perjalanan kali ini. Sebenarnya, saya masih penasaran dengan view aslinya bila keadaan secerah ini.  Tahun lalu, saya pernah ke desa Atong dalam trip menjelajah lamteuba. Sayangnya, waktu itu cuaca tak mendukung. Sehingga masih ada rasa ingin melihat keadaan desa tersebut ketika musim tanam tiba dan cuaca yang cerah.

Desa Atong, atau desa Ateung ini sebenarnya sangat tidak dikenal oleh sebagian besar warga kabupaten Aceh Besar. Ia terletak terjepit di antara sekian banyak desa di kecamatan montasik Aceh Besar. Asal muasal dari nama atong atau ateung sendiri masih tumpang tindih. Ada yang mengatakan bahwa nama itu berasal dari kata Ateung Blang (pematang sawah) karena di lihat dari peta, bentuknya menjorok lurus ke dalam. Persis sebuah pematang yang membatasi setiap areal sawah. Dan mungkin, hanya sekedar penamaan saja.


wisata halal aceh

Dari desa lubok, sebenarnya saya harus memutar. Sedikit sulit dideskripsikan. Tapi satu hal, bila masuk ke kecamatan Montasik, tanyalah kepada warga sekitar dari mana arah masuk ke jalan desa Atong ini. Tak berselang lama, lima belas menit kemudian, Makmur yang tadi sedikit murung kembali ceria.

Sebuah pemandangan yang sangat langka bila di kota-kota besar kembali tersaji sempurna. Masyarakat kampung bergotong royong menanam padi di sawah. Dalam satu areal sawah bisa 5 sampai 10 orang bahu membahu menanam padi. Bergulut lumpur, tangan-tangan mereka cekatan memasukkan satu persatu batang padi yang nantinya akan menjadi penghasil padi kemudian menjadi beras.

Saya, dan Makmur, duduk di tepi jalan sembari terus memotret. Menikmati setiap tingkah laku para petani yang berjibaku dengan waktu dan tanah lumpur. Sesekali, mereka bertanya, apakah kami berdua dari media massa ataukah dari pihak peninjau lapangan. Saya hanya tersenyum. Karena, bila saya katakan saya adalah blogger dan senang meliput tak jelas. Maka bisa dipastikan raut muka para petani ini akan bingung. Ceritanya di sini ( jangan nikahi gadis Aceh, bila jadi blogger)

wisata halal aceh

Susunan sawah yang sedikit berundak memberikan sebuah sensasi pemandangan hijau yang begitu menyenangkan mata. Perilaku masyarakat desa yang sudah semakin langka menjadi pelepas rindu kala saya, harus merindukan masa kecil yang sering main di sawah nenek. Yang kini, sawah itu sudah menjadi komplek perumahan elit di Banda Aceh.

Dari sudut kampung Atong ini, saya berharap, penggerusan lahan persawahan yang semakin meningkat sejak tsunami lalu, bisa berhenti sejenak. Karena, pemamdangan sawah nan hijau, berundak-undak kecil, lalu senyum para petani baik wanita ataupun pria, menjadi sesuatu yang akan sangat mahal nantinya.

Saya masih tersenyum ketika melihat tingkah polah makmur yang semakin menjadi. Setiap sisi di fotonya. Setiap ada pria tua yang mengenderai sepeda motor tua, lalu mengangkut padi di foto olehnya. Dan mulutnya terus-terusan berujar. Ini menarik. Ini langka. Ini keren.

wisata halal aceh

Dari Desa Lubok Sampai ke Desa Atong Aceh Besar, Menanti Petani Tersenyum


Dari Desa Lubok Sampai ke Desa Atong Aceh Besar, Menanti Petani Tersenyum

Dari Desa Lubok Sampai ke Desa Atong Aceh Besar, Menanti Petani Tersenyum

Ah, andaikata, masih banyak pemuda seperti makmur yang selalu melihat sisi menarik dari keseharian penduduk kampung, tentu kampung seperti ini bisa bertahan atas tuntutan jaman menjadi sebuah destinasi wisata seperti desa lubok. Andai…

Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh

$
0
0
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
bahan-bahan untuk membuat kuah Keumamah Aceh (foto by rubama nusa)

Ramadan telah berada di penghujung. Keriuhan selama Ramadan yang menghiasi kota Banda Aceh akan segera berakhir. Lantunan bocah yang mengaji di muhasalla dari tengah malam sampai menjelang sahur bisa dipastikan selalu mengaung-ngaung rata sudut kota.

Saban malam, terlihat lebih hidup dari pada malam-malam biasanya. Mulai dari banyaknya kuliner yang buka sampai larut malam, sampai warung kopi yang kembali hidup setelah terawih berakhir dengan shalat witir.

Yah Ziyad, beli sambai peugaga Yuks?” Pinta istri saya di suatu sore. Tahun ini, adalah tahun pertama kalinya saya berkenalan dengan sebuah “makanan” khas Aceh yang satu ini. Menurut penuturan almarhum nenek. Sambai peugaga ini adalah salah satu makanan khas perang Aceh di masa lalu.

Aceh, terkenal sebagai salah satu Negara yang sering berkonflik. Mulai dari perang antar kerajaan Hindu-Budha-Islam, lalu Aceh-Portugis, berlanjut dengan perang Belanda, sampai akhirnya ditutup dengan konflik bersenjata dengan pemerintah Republic Indonesia.

Perang yang kelamaan ini, perlahan ternyata mempengaruhi gaya makan sebagian besar orang Aceh. tidak terkecuali keluarga kecil saya yang berdomisili di Banda Aceh. beberapa makanan khas “perang Aceh” perlahan merasuki ruangan dapur sederhana kami. Bilang saja, saya adalah pecinta Sie Reuboh Aceh Besar dan asam Keumamah. Istri saya? Ia lebih menyenangi Sambai Peugaga dan beulacan khas Aceh Pidie.

Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh



Beruntungnya, Ramadan kali ini, saya berhasil menemukan hampir semua sajian klasik Aceh yang perlahan mulai tenggelam dan menghilang. Mungkin, ini semua akibat sulitnya bertahan ditengah jaman yang terus berkembang. Sehingga, (mungkin) anak muda Aceh, tidak lagi menganggap lezat makanan daerah dibandingkan dengan makanan dari luar negeri atau luar kota. Semisal 5 tempat jajanan antimainstream di Banda Aceh.

Lokasi penjelajahannya, ternyata cukup mudah di jangkau. Hanya selemparan batu dari masjid raya Baiturrahman Banda Aceh. atau mudahnya, lorong rujak garuda Banda Aceh. sebuah lorong yang lumayan besar namun berjarak pendek, ini seketika berubah menjadi resto mini yang menyediakan berbagai penganan berbuka.

Berikut ini, ada beberapa kuliner klasik yang biasanya akan kalian temui ketika menjelajah pusat-pusat kuliner yang menjamur bak musim hujan di sudut-sudut kota Banda Aceh selama bulan puasa :

Sambai Peugaga
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
sambai oen peugaga
Sambai oen peugaga atau Sambal daun Peugaga ( Daun Cilantro) merupakan sebuah sambal daun-daunan yang unik. Semua bahannya dari bahan alami. Tidak di masak ataupun di rebus. Salah satu bahan utamanya adalah kelapa parut. Sehingga penampilan dari sambal yang satu ini lain dari pada sambal yang lain. Sambal ini begitu nikmat disajikan berbarengan hangatnya nasi putih serta bermacam sayuran rebus ataupun lalapan mentah. Bahannya yang masih alami inilah yang akhirnya menjadikannya mudah sekali dibawa dalam petualangan untuk berperang.

Keumamah
Asam Keumamah foto by : bisnisaceh.com
Ah ini dia favorite saya. Ikan Keumamah atau Ikan Kayu. Kayu? Iya, ikan tongkol yang sudah di rebus setengah matang kemudian dijemur sampai kering. Lalu dibaluri tepung kanji dan di simpan ditempat yang kering. Dan, ini bisa bertahan sampai berminggu-minggu. Setiap kali hendak digunakan, bisa di Rajang halus-halus lalu masaklah sesuai selera. Saya? Asam keumamah adalah kesayangan.

Pisang Sale
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
pisang Sale kering (foto by google)
Pisang sale khas Aceh bagian utara ini, perlahan namun pasti kembali menemukan momentumnya sebagai salah satu makanan klasik dari tanah rencong. Kenapa pisang sale menjadi salah satu makanan yang sempat dibawa masa perang Aceh dahulu, karena proses pembuatannya dengan pengasapan. Setelah sebelumnya di jemur sampai kering. Lalu, untuk menambah rasa manis, biasanya dibaluri gula tebu (bukan gula pasir). Dengan demikian, bisa dipastikan, pisang sale ini bisa bertahan sampai berminggu-minggu.

Eumpieng
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
emping beras ketan (foto by google)
Ini dia si primadona yang sudah sangat amat jarang ditemui di bumi serambi mekkah. EMPING beras atau eumpieng breuh adalah makanan khas orang-orang Aceh. Makanan ini datang dari Pidie. Emping beras terbuat berbahan baku beras ketan. Sesudah disangrai beras ketan lalu ditumbuk seperti bikin emping beras. Tetapi memiliki bentuk begitu mini. Umumnya untuk menikmati emping beras ini, orang-orang Aceh kerap memberi kombinasi kelapa parut, gula pasir serta sedikit garam.

Sie Reuboh
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
Sie Reuboh Aceh Besar  (foto by google)

Secara resep daerah, sie reuboh atau daging rebus memiliki dua varian model. Sie reuboh Aceh besar, dengan sie reuboh sigli. Perbedaannya cukup mencolok. Sie reuboh sigli, perebusan daging menggunakan air belimbing wuluh. Sedangkan Aceh besar, menggunakan cuka air nira.

Bicara soal tahan lama? Percaya tidak percaya, gulai yang memiliki rasa asam, gurih, dan pedas ini bisa bertahan sampai satu bulan lebih. Setiap kali hendak di santap, hanya tinggal dipanasi saja. Hemat bukan?

Beulacan Sigli
beulacan sigli (foto by mamadidapur.blogspot.com)

Beulacan ini bukan terasi. Justru jauh dari bau-bau terasi. Bahkan, bilqis dan ziyad sering tertukar dalam membedakan antara beulacan dengan pulot. Iya, kue pulot Aceh yang berbalut daun pisang dan dimasak dengan di panggang di atas bara. Beulacan juga diperlakukan dengan cara yang sama. Bedanya? Tentu saja isinya.

Beulacan yang berasal dari Kabupaten Aceh Pidie ini, mirip pepes. Menggunakan ikan teri atau udang yang dihaluskan dan dicampur dengan parutan kelapa, cabai merah, dan kunyit. Lalu dibalut dengan daun pisang, dikukus, lalu kemudian dibakar. Soal daya tahan? Asalkan tetap kering, dia juga bisa bertahan lama.

Bu Prang
Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh

Terakhir, Dosa sekali rasanya bila saya tak memasukan Bu Prang, dalam tulisan sederhana ini. Walaupun ketika bulan puasa, keberadaan bu prang agak sulit ditemui. Karena hanya pada hari-hari biasa saja ia mudah ditemukan di warung-warung kopi atau di warung penjual nasi pagi.

Bu Prang ( Nasi Perang) sebenarnya adalah nasi gurih khas Aceh-melayu, yang dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang (mirip dengan nasi kucing, hanya saja porsinya sedikit lebih banyak). Dahulu, nasi perang ini merupakan hantaran wajib kepada penjuang Aceh yang melawan penjajahan Belanda, soal rasa? Anda salah besar bila meragukan rasa dan kenikmatan semua makanan klasik Aceh. #congkak

Ramadan Di Aceh, Saatnya mengejar Kuliner Khas Perang Aceh
saya mengenalkan mereka dengan nasi briyani yang enaaaak banget 

Menariknya, Ramadan di Aceh kali ini, saya berusaha semaksimal mungkin mencari jejak lain dari kuliner klasik Aceh. tujuannya? Bagi saya, dengan tetap menceritakannya, kuliner klasik Aceh ini bisa tetap bertahan tidak hilang termakan waktu dan perjalanan generasi. Akhirnya, dengan harapan keterikatan sejarah berhasil mengikat kembali ketertarikan generasi muda Aceh di masa yang akan datang kelak. Paling tidak, untuk Ziyad dan Bilqis…

Meulingge, Pesona Desa Di Ujung Barat Indonesia

$
0
0
wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
Bangunan berwarna merah berselang putih membubung tinggi tepat dihadapan. Tingginya 85 meter terhitung dari titik didirikan. Warna cat merah dan putih terang membuatnya terlihat begitu menyilaukan. Bak bendera Negara Indonesia berkibar diantara hijaunya hutan dan birunya samudra.

Saya tak henti berdecak kagum. Berdiri dihadapan sebuah karya yang begitu luar biasa ini, membuat saya tampak begitu kecil. Menara ini begitu tinggi menjulang. Semakin ke atas, semakin kecil. Di ujung atas terlihat ruangan berkaca lengkap dengan lampu bulat yang bisa berputar. Angin laut yang terus menerus menerpa wajah bersamaan dengan panasnya mentari siang menjadi sebuah simfoni tersendiri di hati.

Willem's Toren 1875 Gesticht in oorlogstijd, Den vrede gewyd , Tevens een blijvende eerezuil voor al de dapperen en braven, die ter bereiking van dit doel des vredes hun bloed en leven ten offer gaven(Menara Willem 1875 Didirikan pada masa perang, Sebuah kenangan abadi untuk setiap keberanian dan para pemberani, untuk mencapai tujuan damai ini darah dan nyawa telah dikorbankan)
Begitulah yang tertulis di sebuah plakat batu marmer yang terletak tepat di atas pintu masuk menara Mercusuar Willem Toren III. Pintu selebar dua orang dewasa ini berkulit baja. Di baliknya, terdapat pintu berjeruji besi. Perlahan saya melangkah memasuki pintu baja tersebut. Dalam ruangan bulat sempurna ini terdapat anak tangga yang terbuat-juga- dari baja tersusun melingkar sesuai dengan lingkaran bangunan mercusuar.


wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar

Menara yang terletak di sudut utara Pulau Breueh, kecamatan Pulo Aceh ini berdiri gagah. Sekelilingnya hutan belantara yang masih lebat. Berdiri pada sayap gunung yang bertanjung ke samudera Hindia di sisi utara dan barat. Di sisi selatannya, bangunan lain berdiri dengan umur hampir seumuran dengan menara tersebut. Ada rumah-rumah bersusun rapi membentuk garis melintang lurus mengarah ke hutan. Di sudut bangunan tersebut, ada sebuah tangga tua yang sudah di renovasi tersusun rapi. Menapak naik ke sebuah bangunan yang tampak tak terurus.

Bangunan tua yang terlilit oleh semak belukar dan akar pokok kayu, terlihat mengerikan. Atapnya tak lagi ada, daun jendela dan daun pintu telah raib entah kemana. Menurut cerita, bangunan tersebut adalah tempat tinggal sang Jenderal Belanda yang berandil membangun mercusuar yang fenomenal ini. Sebenarnya, rumah dan bangunan yang terlihat menakutkan ini adalah pangkalan militer Korps Marinir Belanda.

Saya terus bergerak menyusuri anak tangga yang mengular sampai ke atas. Pada setiap dua puluhan anak tangga, diselingi oleh lantai kayu berukuran 2 m2. Permukaan lantai ini hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Ditompangi dengan tiga bilah balok baja “H”. Lantai ini tetap kuat menopang setiap pengunjung yang datang walaupun terlihat antik-bila tak ingin mengatakannya tua.

Pada setiap lantai, saya mendapati jendela yang menghadap ke laut. Ada yang diantaranya menghadap ke bangunan tua yang mengerikan itu dan ada yang menghadap ke samudera Hindia. Selain berfungsi untuk menerangi ruangan ternyata bukaan itu juga berfungsi sebagai sirkulasi udara.

Nafas sedikit tersengal, tak terasa, sudah dua ratus anak tangga saya lalui. Akhirnya, tiba juga di puncak tertinggi dari mercusuar Belanda ini.  Angin laut bertiup semakin kencang. Menampar siapapun yang berani berdiri di lantai bundar yang dibatasi oleh teralis besi. Tetap kokoh walaupun mengerikan.
wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
Pulau Weh, di ujung sana
Sebuah keindahan terpampang sempurna. Setara dengan usaha untuk mendapatkannya. Ketika menatap ke arah utara hamparan lautan biru berbatasan horizon.  Sedikit ke utara, tersusun tanjung yang berliku-liku menyurusi bibir pantai. Nun jauh, ke utara, terlihat pulau kecil mengapung di tengah samudra hindia. Kecil, dan tak berteman. Itulah si pulau Janda (pulau Rondo) pulau terluar dan terbarat sebagai pembatas Negara kesatuan republik Indonesia.

Di sisi timur, susunan gunung yang menghijau berbaur dengan laut yang membiru. Berselimut awan putih yang mulai menyusun mendung. Pulau Weh. Pulau yang akhirnya menjadi pilihan Belanda sebagai pusat pelabuhan bebas Negara Hindia Belanda masa itu. Melihat belakang, ke arah rimba, tampak jejeran bangunan tua ada di kaki mercusuar. Bangunan itu lurus menyebar sampai ke tempat tinggal sang jenderal yang raib di makan oleh belukar.

Ya, dari observation deck inilah saya dapat menikmati pemandangan 360 derajat tanpa batas. Ujung Negara Indonesia terlihat jelas. Sesekali, bila beruntung, akan terlihat kapal-kapal besar lalu lalang memasuki selat malaka. Tapi siang semakin terik, angin semakin kencang, dan perjalanan yang mengerikan menanti.

*****
“Saleum Neuk.. Dari mana Nak?” sebuah sapaan hangat yang menyejukkan hati di tengah siang yang terik. Sapaan yang begitu bersahaja dari seorang tetua kampong Meulingge. Sebuah desa kecil di utara pulau Breuh yang  secara administrative adalah desa terakhir di ujung barat Negara Indonesia.

wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
pantai desa meulingge yang masih alami
Tidak pernah sekalipun terpatri dalam benak saya, kalau akhirnya bisa mengunjungi sebuah desa yang terletak di sudut terbarat Indonesia. Keadaannya begitu tenang. Tak ada lalu lalang mobil layaknya sebuah desa lainnya di Aceh. Sesekali, terdengar suara burung yang mencoba memecah kesunyian. 

Beberapa rumah panggung khas Aceh masih terlihat satu-satu dari selah-selah batang kuda-kudayang tumbuh lebat memagari lahan rumah. Selebihnya, adalah rumah-rumah permanen dengan tipe 36 m2 bercat sedikit kuning bercampur putih. Rumah bertipe ini sering saya dapati di sepanjang pesisir laut Aceh yang terkena imbas dari gelombang dahsyat tsunami beberapa tahun silam.

Beberapa pemuda dan tetua desa terlihat bersantai di bawah Jamboe-saung- demi menghindar dari sengatan terik mentari siang. Beberapa lainnya berkumpul di warung kopi yang terletak tepat berhadapan dengan pelabuhan desa. 

Angin musim barat masih bertiup kencang. Hal itu pula yang membuat pelabuhan tradisional desa Meulingge ini terlihat sepi dari boat kayu nelayan. Hanya ada satu boat yang terikat di sisi timur dermaga. Perlahan, air laut mulai pasang, gradasi warna sedikit demi sedikit mulai berubah.

Di sebuah warung yang terletak tepat berhadapan dengan dermaga desa, saya melepas lelah. Pak Ismuha, bapak tua yang tadi menyapa saya, masih terus bercerita tentang asal mula pulau Breueh. Menurutnya, di kawasan mercusuar tadi, ada kerkhoftempat para serdadu belanda bersemayam. 
jalan menunggu menara Williem Toren
Darinya, saya baru tahu, kalau penduduk desa biasanya tak melintasi jalanan terjal berbatu dan berkalang tanah yang terletak di depan Sekolah Dasar Meulingge, melainkan ber-boat dari laut bila hendak ke menara Toren. Menurut kabar, mercusuar yang dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Willem Alexander Paul Frederik Lodewijk yang menguasai Luxemburg kala itu, hanya ada tiga di dunia. Satu di Belanda, di negeri asalnya, yang telah berubah fungsi menjadi sebuah museum. Hanya di Aceh dan di Kepulauan Karibia saja yang masih berfungsi sebagaimana mestinya.

Walaupun siang begitu terik. Angin bertiup kencang, Saya harus mengakui bahwa saya mencintai tempat yang luar biasa indah ini. Seperti seorang pemuda kampung yang jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat cantiknya gadis kota. 

Begitulah, sedari awal penyeberangan ke pulau Breuh, lalu masuk ke pelabuhan Lampuyang yang diapit oleh dua tanjung yang berjarak hanya kurang lebih 60 meter. Terkesan seperti hendak masuk ke suatu tempat yang begitu rahasia. Pulau Breueh membuat degup jantung saya tak karuan. Ada desir dan rasa yang mengalir ketika pertama kali disajikan sebuah “Welcoming gift” dari pulau ini. 
wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
teluk lampuyang, Pulau breuh, Aceh Besar
Dari lampuyang berlanjut menyusuri jalanan yang lebar dan berdebu. Sampai akhirnya tiba di sudut terbarat Indonesia. Meulingge. Teluk meulingge dan Mercusuar Willem Toren III menjadikan desa terbarat Indonesia ini penuh pesona.

Saya masih tertegun tak percaya. Cita-cita saya untuk menaiki Mercusuar Williams Toren dan menjejakkan kaki di desa meulingge, tercapai. Pulau yang masih memegang teguh Local Wisdom Aceh ini terlihat begitu memanjakan. Memaksa diri untuk terus duduk bersama pak Ismuha dan teman-temannya. Sembari menikmati indahnya teluk Meulingge. Selayang mata memandang, melepaskan segala rindu. Sebuah rindu, untuk bisa kembali bersua. 

wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
Pemandangan dari atas mercusuar. di ujung saja, itu lautan lepas,

dibalik tanjung tersebut ada pelabuhan tua jaman belanda
wisata Aceh, desa meulingge pulau breuh, Aceh Besar
baru saja selesai dipugas dan di cat
Dermaga nelayan di Desa meulingge 

Mau enak? Jangan ke Aceh!

$
0
0
wisata halal aceh

Males ah ke Aceh, nggak ada bioskop. Nggak bisa bebas pake baju apa aja. Peraturan daerahnya saklek. Suka mati lampu, susah nyari angkutan umum.
Jaringan selular tidak semuanya nyala, tidak ada bioskop. Mall masih se-alakadarnya. Tidak ada dunia “malam”. Apa-apa syariat, apa-apa tidak bebas.

Lalu untuk apa ke Aceh bila tidak bisa seru-seruan layaknya di tempat lain atau di kota besar lainnya. Bukankah berliburan atau berwisata itu butuh kesenangan?

Tidak, itu sama sekali tidak salah. Apa yang kalian rasakan tentang Aceh, benar. Di Aceh memang tidak sama seperti tempat lainnya di Negara Indonesia ini. Perihal jilbab saja, sampai hari ini saya harus menjelaskan panjang lebar. Belum lagi perihal penerapan hukum yang sebagian berlandaskan syariat Islam.

Dan, disinilah letak kesalahan para pendatang atau wisatawan ke Aceh. Mereka mengharapkan “Eropa” atau “Bali” di Aceh. Ini sama seperti anda ke papua, lalu anda berharap mendapatkan pizza asli Italia yang lezat tersaji di atas meja makan. Begitupun bila anda ke Aceh. Jangan berharap Aceh akan memberikan pelayanan setingkat Bali atau Bandung. Aceh masih jauh dari itu semua. Akan tetapi, berharaplah sesuatu yang tak pernah anda temukan dari daerah lain.
Baca juga : Ke Aceh Tidak Perlu Pakai Jilbab!
Berlibur ke Aceh, memang tidak akan memberikan apa yang anda inginkan. Melainkan apa yang Aceh punya. Masyarakat yang masih ramah dan ringan membantu sesama. Makanan yang masih alami, jauh dari hal-hal yang mengerikan.

the light of aceh
danau laut tawar, aceh tengah

Nuansa alam yang teduh, serta adat dan budaya yang membuat kalian bisa betah duduk berlama-lama di sudut desa. Atau, bila anda menginginkan hal yang “ekstreme”, sekali waktu, ikutlah menyaksikan orang di cambuk karena mesum atau mabuk. Antara ngenes sama exciting. Bercampur menjadi satu. Rasanya? Seru!

Di Aceh, kalian akan menikmati hidup bak petualang sejati. Mengukir nasib sendiri diatas tangan dan kaki sendiri. Menghilang dari lorong kesibukan dunia untuk bisa menikmati dunia dengan diri sendiri. Di sini, masih banyak laut yang belum didatangi orang ramai. Untuk mencapainya, dibutuhkan tenaga dan keberanian yang besar. 

Kenapa? Pertama, tempatnya masih tersembunyi dan sangat sulit di akses. Kedua, bisa dipastikan jarak tempuhnya tidak sebentar. Otomatis, kita butuh tenaga yang besar. Belum lagi dengan hewan liar. Yups, beberapa tempat di Aceh masih sedikit “wild”. Jadi, sesekali ketemu hewan liar sebangsa babi, gajah, dan ular adalah hal yang lumrah.

Bila ke Aceh, jangan cari kebab, tapi carilah kue leumpeng. Penganan khas dari Aceh besar ini punya rasa manis nan unik. Terbalut rapi dengan daun pisang dan dibakar di atas bara. Jangan cari spaghetti di Aceh. Tapi carilah kelezatan mie tumis Aceh yang terkenal seantero dunia. Dan, bayangkan betapa makyusnya kepiting payau berbalut dengan pedasnya mie Aceh. Sluurp.. intinya, kuliner di Aceh juga “gila”. Tergantung seberapa kuat anda menahan hawa nafsu untuk mematahkan ketatnya program diet.

Walaupun media nasional dan international mengatakan kalau Aceh itu tidak aman bagi pendatang. Walaupun di mana-mana diperlihatkan kalau Aceh selalu ribut dengan sesamanya. Tapi tahukah kamu? Aceh salah satu kota yang aman di Indonesia. Jalan-jalan ke pasar anda tidak perlu mengenggam tas seperti anda berjalan di tanah abang atau pasar minggu, Jakarta.
the light of aceh
postingan di facebook saya, tentang kamera saya yang hilang
Saya, pernah tertinggal kamera di sebuah warung kopi yang baru pertama kali itu saya duduk. Dan saya baru “ngeh” kalau kamera saya hilang seminggu kemudian. Yups Seminggu! Dan kamera itu masih selamat! Ini belum lagi cerita ketika hampir saban hari saya ketinggalan kunci motor di motor butut saya yang terparkir sempurna di jalanan ibukota. (apalagi kalau di sabang, hampir semua orang tak peduli dengan hal ini)

Ya begitulah adanya Aceh. Tidak ada yang “mudah” di Aceh. Berkeliling kota harus menyewa kenderaan. Akan tetapi, itulah sensasi petualangan.
Mau enak? Jangan ke Aceh. Karena ke Aceh itu, enak banget!

Selamat Berpetualang Di Provinsi Paling Barat Indonesia

the light of aceh
danau aneuk laot, pulau Weh, Sabang, Aceh

the light of aceh
sesekali, saya numpang narsis di blog sendiri :D

7 Tempat Wisata Unik Di Banda Aceh

$
0
0
7 Tempat Wisata Unik Di Banda Aceh
taman putroe phang banda aceh, foto by : Rinaldi Ad

Wisata Banda Aceh, bukan hanya tsunami track. Bukan hanya masjid raya Baiturrahman yang menjadi icon provinsi Aceh. Banda Aceh, walaupun kecil, ternyata masih bisa menyuguhkan hal-hal menarik lainnya.
Hal yang sederhana, misalnya, kehidupan pasar pagi di seputaran pasar Aceh. Pasar Aceh ini, konon katanya telah ada sejak jaman kesultanan Aceh dahulu. Kehidupannya, nyaris tak berubah. Walaupun rongrongan pertumbuhan pasar-pasar baru di Banda Aceh terus menghantui pasar Aceh, tapi dia tetap menjadi primadona.

Secara tak sengaja, saya akhirnya menyusun 7 destinasi tempat wisata yang tak biasa. Yang menurut saya, ini unik dan bisa membuat kita menikmati sesuatu darinya. Berikut ini adalah tujuan destinasi wisata unik di Banda Aceh :

  • Pagi Di Pelabuhan Ikan Lampulo


Bila pagi menjelang, dan kalian bingung hendak kemana di Banda Aceh, maka tak ada salahnya kalian mencoba bermain ke pelabuhan Ikan Lampulo. Pelabuhan pendaratan ikan samudra ini, baru saja diresmikan tahun lalu.

Menariknya, kegiatan bongkar muat ikan di pagi hari yang dilakukan oleh para nelayan dan agen ikan menimbulkan sebuah irama kehidupan yang unik. Ikan yang tertumpuk-tumpuk, berkeranjang-keranjang. Tersusun rapi berjejer di pinggir bibir dermaga.

Potret kehidupan seperti ini begitu sayang dilewatkan begitu saja. Apalagi, bila kamu punya sedikit uang dan ingin nanti malam makan ikan bakar, kenapa tidak beli saja? Seplastik ikan hanya 10.000 rupiah saja.

  • Sensasi Kuburan Tua Segala Lini
7 Tempat Wisata Unik Di Banda Aceh

Mungkin,bila saya katakan kalau Banda Aceh mempunyai sebuah kerajaan besar dulunya, tak seorangpun akan percaya. Mengapa? Karena di Aceh, anda tidak akan menemui bekas reruntuhan istana ataupun kerajaan.  Bangunan jaman kerajaan Aceh dahulu hanya tersisa satu-satu. Semisal gunongan, dan taman putroe phang. Selebihnya?

Nah, beruntungnya, sebagai pusat kerajaan Aceh Darussalam, Banda Aceh menyimpan begitu banyak “misteri”.  Salah satunya adalah banyaknya makam-makam kuno yang terserak hampir di seluruh sudut kota. Mulai dari dekat terminal bus, sampai mendekati Bandara. Mulai dari pinggir sungai sampai ke tengah pemukiman penduduk.

Apa yang menarik dari nisan-nisan tersebut? Nisan Aceh, adalah salah satu nisan ynag mempunyai aksara dan cerita disetiap nisannya. Setiap nisan juga berbeda tahun dan Negara asal sang batu. Hmm.. penasaran?
  • Ngopi Di Kubra
kedai kopi beurawe foto by : google

Coba Tanya sama orang Banda Aceh, kalau sehabis shubuh mereka minum kopi di mana? Sebagian besar akan menjawab Kubra! Kubra, adalah singkatan dari kupi Beurawe. Seperti kopi solong, nama Kubra juga tak kalah tenar.  Menariknya, kubra buka selepas shubuh dan tutup menjelang magrib. Berbeda dengan kopi solong yang buka pada pagi hari dan baru tutup pada malam hari.

Mau lihat bagaimana masyarakat kota Banda Aceh ramah tamah selepas shubuh dan membicarakan segala hal? Silahkan mampir di kubra selepas shalat shubuh.

  • Jalan-jalan ke Taman Walikota Nusantara

Pengen ngadem di Banda Aceh yang terkenal panas? Mungkin Taman Kota BNI Banda Aceh solusinya. Saya lebih suka menyebutnya taman walikota nusantara. Taman ini terletak tak jauh dari universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Tepatnya di desa tibang.

Kenapa saya menyebut taman walikota nusantara? Karena ketika kamu bermain didalamnya, kamu akan menemukan Sebuah taman yang berisi pohon-pohon khas dari seluruh nusantara. Mulai dari walikota  kota Sabang, sampai walikota kota Jayapura, Papua. Total secara keseluruhan 99 Walikota dari kota di Indonesia menanam bibit pohon khas kotanya masing-masing. 

Cukup variatif dan cukup bermanfaat bagi generasi muda, yang ingin mengetahui pohon-pohon asli Indonesia. Bahkan, kabarnya, Walikota dari salah satu kota di Belanda, juga ikut menanam bibit pohon di taman Walikota Nusantara ini

  • Main Ke Kelenteng

Banda Aceh bukannya semua muslim ya? Kok bisa ada kelenteng? Percaya tidak percaya, di Banda Aceh juga ada “pecinan” yang bernama peunayong. Pemukiman ini sebenarnya juga termasuk salah satu pemukiman kuno di Banda Aceh. Etnis thionghua telah hidup di Banda Aceh selama lebih ribuan tahun.

Ada terdapat 4 vihara di Banda Aceh di seputaran Peunayong: Vihara Sakyamuni, Vihara Dewi Samudera, Vihara Maitri dan Vihara Dharma Bhakti. Keempat vihara tersebut memiliki aliran yang berbeda-beda tetapi tetap berada di bawah naungan Budhayana. Dan, kamu boleh memilih sesuka hatimu untuk mencoba berwisata religi versi lain dari Banda Aceh.

  • Keliling Pasar Sayur Peunayong

Nah, ini dia salah satu pasar tradisional yang sudah berumur ratusan tahun. Pasar yang telah ada sejak jaman kerajaan kesultanan Aceh berdiri ini, masih menempati posisi awalnya. Pun, sebagian besar penghuninya masih sama. Etnis thionghua.

Pasar yang tak pernah mati ini, terlebih lagi semenjak konflik mereda, pasar ini memang terlihat tak ada matinya. 24 jam nonstop. Mau cari jengkol? Ada. Mau cari rambutan? Ada. Mau cari penganan masa kecil? Ada. Bahkan saya dengan senang hati melepas kedua bocah saya di dalam pasar. Aman? Aman dong.. ini Banda Aceh kawan.
  • Shalat Di Masjid Tua Ulee Kareng
7 Tempat Wisata Unik Di Banda Aceh
foto by google
Jujur,bila melihat padatnya pemukiman ulee kareng, sebuah kecamatan yang merupakan asal muasal kopi ulee kareng ini, kita tidak akan percaya. Di pemukiman yang padat ini, ada sebuah masjid yang sangat bersejarah bagi kota Banda Aceh. Orang-orang menyebutnya sebagai masjid Tua Ulee Kareng.

Mesjid ini didirikan oleh Sayyid Al Mahalli, seorang ulama dari Arab. Beliau datang bersama anaknya dan Tgk Di Anjong untuk mensyiarkan ajaran Islam. Menariknya, kalian tidak harus pergi ke Indrapuri untuk melihat masjid yang masih dipertahankan bentuknya dari jaman kerajaan Aceh dulu. Cukup melipir sehabis minum kopi di simpang tujuh Banda Aceh, eh udah ketemu.

Shalat, dan duduknya sejenak. Nikmati setiap sisi unik dari masjid tua ini. Ukirannya, tonggak kayu, ornamennya. Dan setiap sudut ruangannya.

&&&

Lalu, apa masih berani bilang kalau ke Banda Aceh hanya ingin ke museum tsunami dan kapal apung saja? Rugi tahu!



Cahaya Pagi Dari Pulau Balai, Aceh Singkil #CahayaAceh

$
0
0
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
anak anak di pulau Balai Aceh Singkil, laut adalah taman bermain bagi mereka
Saya beruntung, penyeberangan dari pelabuhan Jembatan Tinggi, Aceh Singkil ke pulau balai tak menemui kendala berarti. Angin yang sedari kemarin bertiup cukup kencang, saat itu, diam dan mematung.

Lautan berubah layaknya sungai. Tak berombak. Hanya beriak dan mengalun pelan. KM mutiara bahari menarik sauhnya. Lalu merayap perlahan keluar dari mulut kuala Jembatan Tinggi. Semakin menuju tengah laut, kapal kayu yang bermuatan 30 GT ini, semakin kencang. Sesekali, bang Musdar, sang pemilik sekaligus kapten kapal menyapa dengan ramah.
“udah ada penginapan kah di Pulau Balai nanti?”

Saya, Makmur, Khairul, Zulfan, dan Fakhri menggeleng seirama. Ya, Saya tidak berangkat sendiri saat itu. Kami berlima. Hanya fakhri yang sudah pernah ke Pulau Balai, yang merupakan ibukota dari kecamatan pulau banyak, Aceh singkil.
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
KM Mutiara Bahari Milik Pak Mus yang membawa kami menyeberang 
Empat jam perjalanan laut membuat saya sedikit limbung, tas carrier dan tas kamera tetiba terasa begitu berat. Rasa-rasanya, dimanapun kamar penginapannya, saya pasrah. Yang penting, saya bisa rebahan.
*****
Pagi sedikit mendung, ketika Makmur menyeru seperti orang yang melihat hantu cantik dari tanah Melaka. Saya, perlahan beranjak dari kasur, sisa-sisa rasa capek kemarin masih terasa. Punggung masih tertempel koyo yang berlabel jepang. Di perut masih bau minyak angin yang beraroma terapi, walaupun sampai akhirnya Saya bingung membedakan antara wangi lafender dengan wangi angin yang keluar karena efek minyak angin tersebut.

Mata tak sanggup Saya buka. Sinar mentari pagi begitu terang menyinari pagi yang terlihat sendu. Seketika itu, keadaan berubah. Suara camar laut memekik bersahut-sahutan. Beberapa boat robin mulai hilir mudik. Ada yang ke Arah Teluk Nibung, yang terletak di utara pulau balai, ada pula yang mengarah ke Pulau Haloban yang berada disisi sebaliknya.

Makmur masih sibuk dengan handphonenya. Sesekali ia merubah posisi duduknya. Dari teras lantai dua Homestay Muarmata, kami berdua bisa dengan leluasa menikmati hangatnya mentari pagi di pulau balai. Beruntungnya lagi, kamar-kamar kami, menghadap ke arah pelabuhan rakyat.

Anggota team yang lain masih meniup sisa-sisa mimpinya di dalam kamar masing-masing. Sedangkan ikan Gerapu yang berada di penangkaran sudah sibuk mengejar umpan yang dilemparkan oleh sang penjaganya.

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
Sunrise pertama di pulau balai...

“wuih..keren kali..sunrisenya”

Makmur terus-terusan bercakap layaknya seorang pria yang baru di terima cintanya. Iya, sunrisenya keren!

Dihadapan kami, terhampar teluk kecil nan tenang. Beberapa masyarakat menyebutnya teluk desa Balai. Di ujung teluk di sisi utara, terlihat sebuah jembatan baru yang baru saja selesai diresmikan oleh gubernur provinsi Aceh. Yang menghubungkan antara pulau balai dengan pulau lhok nibong. Di arah timur, ada dua tanjung yang membentuk seperti pintu gerbang. Di sisi selatan, beberapa keramba apung milik warga desa tersusun rapi. Sebuah model landscape yang sempurna bagi mereka yang menggilai dunia photography.

Saya hanya duduk, sesekali menyeruput kopi yang Saya bawa dari Banda Aceh. Hangatnya kopi dan hangatnya matahari pulau balai ini seolah serupa. Klik… klik.. satu dua foto Saya ambil. Maklum saja, sunrise adalah musuh bebuyutan sepanjang Saya menyukai dunia perjalanan. Apalagi kalau bukan karena Saya sulit sekali bangun pagi. Bangun pagi itu berat jenderal!

Tuhan menciptakan sesuatu memang tiada sia-sia. Mentari yang bangun dari pelataran, lalu merambat naik meninggalkan garis horizon menuju sepenggalan kepala. Bersamaan dengan itu pula, kehidupan di pulau balai menggeliat. Beberapa warung mulai buka satu-satu. Beberapa anak sekolah, mulai riuh sembari berkejar-kerjaran menuju ke sekolah yang terletak di sisi barat pulau.

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
pulau kecil tapi padat ini, begitu eksotis

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
suasana di warung kopi di pulau Balai, aceh Singkil
Saya memutuskan untuk menikmati sensasi ngopi di pulau balai. Kebetulan tak jauh dari penginapan, ada sebuah warung kopi. Terlihat klasik. Bila Saya harus membandingkan dengan gaya warung kopi yang berada di Aceh daratan.

Di sini, Saya kembali merasakan sebuah kehangatan yang luar biasa. Senyum beberapa pemuda dan tetua kampung menyeringai. Gigi geligi mereka yang putih terlihat kontras dengan wajah mereka yang berkulit eksotik khas kepulauan. Seorang bapak mempersilahkan kami duduk bersamanya, semeja. Pak Abdul Aziz namanya. Pria yang sudah berumur 55 tahun ini, mulai bercerita banyak hal kepada Saya dan Makmur. 

Sesekali ia tertawa. Sesekali ia mengatakan, kalau ia sangat senang bila ada pemuda tanggung seperti kami ini yang mau duduk berbaur dengan masyarakat desa pulau balai.
Seruput demi seruput kopi, gelas mulai kosong. Perut pun mulai terisi. Beliau ijin pamit lebih dulu. Karena harus ke ladang yang berada di sisi timur pulau. Di sana, ia ada menanam cengkeh, kelapa, dan beberapa tanaman holtikultura lainnya. Sapaannya yang hangat, senyumnya yang renyah, rangkulan tangannya yang ramah. Membuat saya percaya, kalau kehangatan ini adalah sifat asli masyarakat yang bermukim di kecamatan Pulau Banyak ini.

“Saya berharap, dari kalian, yang muda-muda ini, bisa memberikan cerita yang sesungguhnya tentang keadaan Pulau Balai dan pulau-pulau lainnya di pulau banyak. Kita di sini aman, nyaman, tenang. kami di sini, juga membuka tangan lebar-lebar kepada setiap wisatawan yang datang ke sini. Perikanannya bagus, pulau-pulaunya yang cantik. Kami juga sudah memulai konservasi terumbu karang. Dan, alangkah baiknya, bila ada investor dari luar yang mau membantu kami di sini. “

Sebuah pesan yang mendalam dan seolah beliau begitu percaya kepada saya dan makmur. Begitulah, apa yang saya dengar selama ini, ternyata salah. Mereka begitu hangat. Sehangat cahaya pagi dari sisi timur Pulau Balai. 
  
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
masih sunrise


Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
coba ambil pake hape keluaran cina
Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
boat robin layaknya sepeda motor bagi mereka

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh

Wisata  Aceh pulau banyakl #TheLightOfAceh
tetep bawa anggota :D

&&&

Perjalanan ini disponsori oleh Dinas Pariwisata Aceh, dalam rangka Branding The Light Of Aceh dan Wisata Halal Aceh

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh

$
0
0
wisata halal aceh
sunset di pantai daerah bakongan, Aceh Selatan
“Hei!, tidak sholat?” sergah seorang bapak tua kepada saya, sembari ia terus tergopoh-gopoh masuk ke dalam pelataran masjid Agung Istiqamah, kota Tapaktuan, Aceh Selatan.
Bilqis masih terus merajuk dengan sesekali menangis. Bocah kriwil ini, kalau sudah merajuk dia memang sedikit sulit untuk dirayu. Sejuta rayuan pulau kelapa tak laku padanya. Ziyad, lain hal. Bila dia sudah menyenangi sesuatu, maka akan sulit untuk dilarang. Sepanjang perjalanan dari Banda Aceh menuju Aceh selatan, untuk selanjutnya ke Aceh Singkil, ziyad dan bilqis sedang tidak sehat.

Sesekali mereka berdua batuk. Sesekali demam tinggi. Perjalanan sudah memasuki setengah jalan. Tidak mungkin mundur kembali ke Banda Aceh yang berjarak delapan jam jalan darat. Saya mencoba menguatkan hati. Begitupun dengan istri, ini perjalanan kami terjauh bila akhirnya kami berhasil menginjakkan kaki ke Pulau Banyak.

Foto kiriman hikayatbanda.com (@yudiranda) pada

Kami tidak hanya berempat, melainkan ada 4 orang lagi rekan se-team Famtrip Susuri Cahaya Aceh di Pantai Barat. Beberapa rekan sempat mengkhawatirkan keadaan kedua bocah saya, tapi, resiko sebuah perjalanan keluarga dengan jarak tempuh hampir 21 jam via darat adalah sesuatu yang harus ditanggung oleh saya dan istri.

Perkarangan masjid Agung istiqamah kota tapaktuan memang tidak sebesar dan semegah masjid Agung kabupaten/kota lainnya di provinsi Aceh. Muadzin telah mengumandangkan iqamat dengan bertalu-talu. Saya masih duduk di pelataran masjid. Mendiamkan bilqis yang masih saja menangis sembari diselingi batuk. Ziyad telah lari mengejar ibunya ke ruangan wudhu khusus wanita.

Selembar kain sarung berwarna hitam dengan motif khas Aceh gayo saya bentangkan untuk menyelemuti tubuh anak gadis berambut kriwil ini. Dan,

Tragedy terjadi…

“Hei!, tidak sholat?” sergah seorang bapak tua kepada saya, sembari ia terus tergopoh-gopoh masuk ke dalam pelataran masjid Agung Istiqamah, kota Tapaktuan, Aceh Selatan. Mukanya serius. Air mukanya yang teduh menyiratkan bahwa ia sepertinya serius mengatakan hal tersebut kepada saya. Iya, kepada saya yang duduk sembari sibuk mendiamkan bilqis.

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh
suasana di dalam masjid Agung Tapaktuan (foto by : wisataaceh.net/zlvn.net)
Seribu bahasa saya terdiam. Dengan berusaha tersenyum, saya katakan kalau saya sedang menjaga anak. Sedangkan ibunya, tengah ambil wudhu. Si bapak yang berpakaian kemeja biru tersebut tersenyum. Dengan suara yang begitu ramah, ia meminta saya untuk bisa tetap shalat walaupun keadaan sedikit sulit.

Saya bingung, seolah tak percaya. Terakhir kali saya ditegur seperti ini di kota Banda Aceh, itu, sekitar 20 tahun lalu. Sekarang? Kota Banda Aceh mulai menjelma menjadi salah satu kota metropolitan. Ah, teguran bapak tadi membuat saya rindu kisah syahdu di masa lalu.


*****  
“Dari mana nak? Sepertinya kalian bukan anak-anak tapaktuan ya?” masih di tapaktuan Aceh selatan. (lagi-lagi) seorang bapak tua, cukup tua malah. Bila dilihat dari gigi geliginya yang sudah rontok satu persatu. Kami terdiam. Terperanjat seolah tertangkap basah sedang mencuri keindahan pantai yang di kecamatan Sawang.

Ntah, dari mana, tetiba bapak yang belakangan saya tahu bernama Abdul Muthaleb, lahir di kota Medan tapi memutuskan menghabiskan masa tuanya di Aceh, muncul tepat disamping saung tempat saya dan rekan lainnya berteduh dari panasnya mentari siang. Di tepi jalan nasional Banda Aceh – Aceh Selatan, di desa lhok pawoh, sawang, aceh selatan.

Fakhri, mencoba menjelaskan siapa dan apa yang sedang kami lakukan. Beliau hanya mengangguk-angguk. Lalu berujar “Ayo ikuti saya, di kampong saya ada air terjun yang cukup bagus tapi belum di angkat media”

Eh? Kok?

Dengan sepeda BMX yang terlihat tua, seperti tubuh rentanya, ia mengayuh dengan penuh semangat. Kontur jalanan yang naik turun bukit tak menjadi masalah baginya. Kami? Hanya mengikutinya dengan perlahan. Tentu saja dengan mobil.  

Pesona Aceh Selatan; Hati-Hati Dimarahi! #CahayaAceh

Sepuluh menit kemudian, sebuah wahana alam yang keren tersaji dihadapan kami semua. Ziyad, dan bilqis bersorak gembira. Deburan air yang menabrak bebatuan cadas membuat sakit mereka hilang. Yang terpenting, lagi-lagi saya tersenyum dengan “teguran” seorang pria tua dari Aceh selatan ini. Tanpanya, mungkin air terjun “Tuwie Lhok” ini tidak pernah kami jumpai selama perjalanan menyusuri Aceh Selatan.

Cerita demi cerita mengalir menyejukkan seperti aliran air terjun yang membawa hawa sejuk ditengah siang yang terik di Sawang. Perlahan, saya merasa salut akan semua cerita yang terukir dari dirinya. Sosoknya begitu ramah.

wisata halal aceh
air Terjun Tuwie Lhok, di desa Lhok pawoh, Aceh Selatan
wisata halal aceh
air terjun Air Dingin di Aceh Selatan
 Inilah sebenarnya pesona dari Kabupaten Aceh Selatan itu, keramahan penduduknya yang tiada tara. Mereka tak memandang pendatang sebagai sesuatu yang menganggu. Seharian saya mengelilingi Kabupaten yang terkenal dengan legenda Tuan Tapa melawan naga ini, saya mendapatkan sebuah pelajaran menarik. 

Tapaktuan ternyata begitu sejuk di hati. Raut muka yang ramah berbalut senyum manis dari bibir yang mengembang. Bersanding dengan pesona alam yang luar biasa. Maka sungguh, sangat sayang bila setiap kali perjalanan menyusuri pantai barat Aceh, kamu tidak menyinggahi kabupaten Aceh selatan, tempat awal mula legenda Tapaktuan berasal.

wisata halal aceh
Pantai Air Dingin Aceh Selatan
&&&

Perjalanan ini disponsori oleh Dinas Pariwisata Aceh, dalam rangka Branding The Light Of Aceh dan Wisata Halal Aceh

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi

$
0
0
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
Yuks main pokemon? foto by : makmur dimila
  Sesaat saya sempat meragu untuk melanjutkan perjalanan famtrip SUSURI CAHAYA ACEH DARI PANTAI BARAT. Sakit yang di derita oleh kedua anak saya tak kunjung pulih. Alih-alih berkurang, demamnya semakin tinggi. Beberapa kali saya menawarkan agar piknik kali ini hanya berakhir di Aceh selatan saja. Cukup sampai di sini.


Ada rasa tak nyaman ketika harus membawa mereka untuk meneruskan perjalanan yang terbilang cukup jauh. Banda Aceh-Aceh singkil, berjarak kurang lebih 17 jam perjalanan darat. Sebuah perjalanan terjauh yang akan ditempuh oleh Ziyad, dan bilqis. Ditambah 4 jam penyeberangan laut dari pelabuhan laut singkil ke Pulau Balai.

Sedari awal, saya sudah berjanji kepada Team, bila akhirnya anak-anak menjadi kendala dalam perjalanan, maka saya akan mundur dan pulang kembali ke Banda Aceh. Berat memang, tapi inilah yang disebut konsekuensi bukan?

“Ayah, adek mau ke pulau banyak..” lirih Bilqis ketika saya ajak ia untuk menetap di Aceh selatan saja. Toh, kota Tapaktuan ini juga menyimpan begitu banyak pesona alam yang tak kalah indahnya. Ziyad, juga melirihkan hal yang sama. Saya dan istri hanya bisa mengelus dada. Dan menguatkan diri, kita tetap jalan!

Jumat, 29 juli 2016, menjadi sejarah baru dalam perjalanan keluarga saya. Di Km Mutiara Bahari, kami duduk berempat. Memandangi bentangan laut yang tak bertepi. Siang yang cerah. Angin yang bertiup perlahan. Sayup-sayup memasuki selah-selah lambung kapal kayu yang baru saja dilarungkan di laut Sembilan bulan yang lalu. 

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
suasana dibelakang penginapan
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
jembatan kebanggaan masyarakat pulau Banyak
Sabtu pagi, beberapa elang laut terbang rendah, lalu menukik dan hap..! seekor ikan berhasil diangkat naik. Ziyad dan bilqis yang menonton pertujukan alam itu bersorak girang tanpa henti. Hingga akhirnya, saya baru sadar, kalau demam mereka sudah mereda. Batuk menghilang sendirinya. Wajah dan tubuh mereka kembali segar. Hey! Mereka sembuh!

Tepat pukul 8 pagi, bang Sunarwin, bersama dengan boat robinnya mendarat tepat di belakang penginapan yang kami huni untuk beberapa hari ke depan. Posisi kamarnya yang menghadap ke lautlah, yang membuat kami memutuskan untuk tidur di Homestay Muarmata. 

Boat robin bermesin ganda ini, akan menjadi puncak dari liburan kali ini. Menikmati island Hoping! Bukan di Maldives, tapi di Aceh! Bukan di karibia tapi di Indonesia! Degup jantung berdentang kuat. Langkah kaki saya percepat. Anak-anak saya gendong. Satu persatu saya turunkan kedalam boat bang sunarwin. Penjelajahan di mulai!

Tailana, Abang Datang!

Dari penginapan kami menuju ke arah utara, menyusuri teluk nibung, lalu memasuki bawah Jembatan Syeich Abdur Rauf As-Singkili yang menghubungkan Pulau Balai ke Teluk Nibung. Jembatan sepanjang 160 meter dengan lebar 3 meter yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Aceh beberapa hari sebelumnya. Bak berlayar diatas sungai, laut begitu teduh. Tak ada ombak yang beriak menghantam lambung boat. 

Hampir dua jam kami menyusuri lautan yang tenang. sesekali ditemani oleh ikan yang meloncat diatas permukaan laut. Sesekali, terlihat camar laut menukik tajam. Sesekali, ziyad menceburkan tangannya ke dalam laut. Ziyaaad…! Ibunya berteriak kaget.

“Itu Tailana” ungkap bang sunarwin sembari terus memainkan kemudi boat kayunya. Sesekali, ia menancap gas sehingga membuat mesin meraung-raung ditengah lautan. Sesekali, ia memelankan laju boat. Takut-takut boat kecil yang berisikan 9 orang ini akan menghantam terumbu karang yang tersebar di hampir seluruh pulau yang kami lewati.

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
Ini Tailana 

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
mandi yuks?
Air laut yang hijau toska, rimbun nyiur yang membentang hampir seantero pulau. kilauan air laut yang disinari mentari. di beberapa sudut pulau, pasir-pasir laut sedikit kasar memberikan sensasi yang berbeda. pasir-pasir ini menimbulkan efek kilatan cahaya bak berlian yang memantulkan sinar sang surya. Saya terhipnotis seketika. Pantas saja banyak yang menyebutnya bak surga di ujung Sumatra. Begitu indah. 

byuur…

“ziyaaad…” lagi-lagi ziyad berhasil memecahkan suasana yang syahdu dengan tingkah reaktifnya.
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
ziyad yang langsung nyebur. foto by : Safariku.com

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
Bocah laki-laki yang baru berumur 4 tahun ini, dengan beraninya meloncat dari boat ke dalam laut. Untung saja, boat sudah berada di tepi pantai. Sehingga air laut tak terlalu dalam lagi. Kami semua terkesiap dibuat oleh tingkahnya. Silap sedikit saja, hap! Ziyad berhasil membuat sesuatu yang mengejutkan. Waspada dan siaga harus ekstra kali ini. 

Pak sunarwin hanya tersenyum melihat tingkah polah ziyad dan bilqis yang sibuk berenang di tepian pantai. Airnya sejuk, walaupun cuaca cukup terik. Air laut yang menyambut dengan manja membuat dua bocah ini begitu bahagia. Tiba-tiba Bilqis histeris!

“Ayaaah…” tak menunggu lama, yang tadinya saya dan istri hanya leyeh-leyeh santai di bawah pohon kelapa yang tumbuh rindang di tengah pulau, langsung berlari menyongsong di gadis kriwil yang mukanya terlihat begitu shock.

“ikan…ayah.. ikan” hayyah… begitulah, saking bersih dan jernihnya laut, ikan-ikan berenang secara bergerombolan terlihat jelas walaupun di pinggir pantai. Dan, bilqis menikmatinya. 
Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi

Pulau Tailana, Sensasi Liburan Keluarga Di Pulau Pribadi
bunda Ziyad sedang cari keong, Foto by : makmur dimila
Di pulau Tailana, menurut penuturan bang Sunarwin, pawang boat robin sekaligus guide dadakan famtrip pulau banyak, adalah pulau yang aman untuk mereka yang ingin berlibur bersama keluarga dan anak-anak. Lautnya dangkal, pasir putih, dan bersih dari sampah-sampah yang membahayakan anak-anak. Bila ada dana lebih, sesekali saya disarankan untuk merasakan sensasi tidur di cottage Nirvana Diving yang ada di pulau ini. 

Beberapa turis terlihat bersantai di sisi lain pulau. Sedangkan team famtrip kami? Mereka sibuk mengejar pokemon-Go yang entah berjenis apa. Pulau nan sunyi dan indah ini, seketika menjadi pulau pribadi bagi dua orang bocah yang seolah lupa diri. Lupa kalau kemarin, mereka masih demam.

Video Pulau Banyak dari om Barry Kusuma

Video Pulau Banyak dari Om Bolang




Mereka sudah ke pulau banyak, kamu, Kapan?


Cerita lain tentang perjalanan "Susuri cahaya aceh dari pantai barat" yang di sponsori oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh adalah sebagai berikut :

Pantai Pasie Saka, Aceh Jaya; Jangan Mati di Sini

$
0
0
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
 “Sekali ada yang meninggal di sini, kami satu minggu tidak ke laut. Atau sampai mayatnya ketemu. Baru kami akan ke laut lagi.”
*****
Siang menjelang sore, awal dari perjalanan panjang saya dan keluarga untuk menyusuri sisi barat Aceh hampir saja tersangkut di kabupaten Aceh Jaya. Kala itu seorang pemuda desa Jeumpheuek berbicara dengan nada sedikit tegas ketika saya meminta ijin untuk memasuki salah satu daerah wisata di kabupaten Aceh Jaya. Pantai Pasie Saka.
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Total ada 4 bukit yang harus di naiki...
Sedari awal perjalanan dari Banda Aceh ke Pantai Pasie Saka, saya sudah curiga. Fakhri dan makmur, berganti-gantian memainkan handphone mereka. Hanya untuk memastikan kalau rombongan kami (saya dan keluarga beserta 4 teman blogger Aceh lainnya) bisa masuk ke pantai yang mulai naik daun di awal tahun lalu. Entah berapa orang sudah yang mereka hubungi. Saban mereka memutuskan pembicaraan, raut wajah mereka berdua sama. Kecewa. Itu artinya, benar bahwa pantai pasie saka tutup!

Jujur, sempat terlintas rasa kecewa yang sangat besar ketika saya mendengar update-an dari rekan seperjalanan kali ini. Tapi, jalanan yang sudah ditempuh, mobil yang sudah di sewa, serta anak-anak yang kadung ikut, tak mungkin kami surut walau selangkah. Kita nekat!

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Dari jalanan Banda Aceh-Aceh selatan, tepat pada kilometer 116, mobil yang kami pacu dari Banda Aceh ini, berbelok ke sebelah kanan. Memasuki sebuah desa dengan susunan rumah bantuan pasca tsunami lalu. Sesekali, masih terlihat sisa bangunan hancur yang muncul dari balik semak belukar. Selang beberapa menit, sampailah kami di ujung jalan. Tertulis sayup-sayup, desa Jeumpheuk. Beberapa pemuda berdiri di ujung jalan. Ada yang sedang bersantai di bawah pohon. Ada yang sedang duduk menghisap rokok di bawah rumah panggung.

“Hanjeut jak dek!” ( tidak boleh jalan dek) ketika makmur dan fakhri mencoba menjelaskan maksud dan tujuan kami datang ke desa mereka. Desa ini, merupakan desa terakhir sebelum akhirnya kami bisa mencapai sebuah pantai “tersembunyi” dengan tekstur pasir putih seperti gula. Menurut kabar yang beredar, nama Pasie Saka ( Pantai Gula) memang di ambil dari tekstur pasirnya yang sangat menyerupai gula pasir.

Mereka, pemuda yang ada dihadapan saya, bersikukuh untuk tetap melarang kami melanjutkan perjalanan menuju ke pantai “gula pasir”. 

“Dek, neutulong meuphom siat. Menyoe na yang meuninggai lam laot, sigoe minggu kamoe hana meulaot. Kiban dapue kamoe?” Dek, tolonglah mengerti kami sedikit saja. Andaikata ada yang meninggal di laut (di seputaran desa) satu minggu kami tidak melaut. Bagaimana dapur kami akan berasap?

Saya, istri, dan teman lainnya terdiam dan berdiri mematung. Saya melemparkan pandangan ke Fakhri. Berharap ia bisa mencairkan suasana yang mulai menyamai udara Aceh Jaya yang memang panas. Syukurnya, Fakhri, pria tambun ini paham apa yang harus dilakukannya sesegera mungkin. Dan, tak perlu waktu lama. Suasana mencair dan solusi diberikan.

Tidak boleh ikut anak-anak dan istri. Hanya pria saja, ijin dulu ke pak Keuchiek (kepala desa) dan harus bersama guide dari desa. Deal!

Pantai Pasie Saka
Ironi, mungkin ini adalah kata yang cocok untuk mengambarkan keadaan desa Jeumpheuk. Di satu sisi, mereka mengharapkan pemasukan dari sector pariwisata. Di sisi lain, mereka juga tak ingin bila tidak ke laut. Saya akhirnya mengerti. Tempat yang indah ini “terpaksa” ditutup. Bukan salah mereka sebagai pemililk lahan. Tapi salah pengunjung yang tak pernah mau mengerti local wisdom desa tersebut.

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Tapak demi tapak saya susuri semak belukar dan jalan setapak yang menanjak. Sesekali saya masih bisa mendengar suara Ziyad yang mencoba memanggil saya. Dia ingin ikut, tapi kesepakatan adalah kesepakatan. Merusaknya, sama dengan merusak hati masyarakat setempat. Berat memang, tapi semua ada harga yang harus di bayar.

Sepanjang jalan menuju Pantai Pasie Saka, bang Hamdan, Guide kami, menjelaskan bahwa ini sedang musim angin barat. Ombak laut sedang besar-besarnya. Kami di himbau untuk tidak mendekati pinggir laut sedikitpun. Kalau tidak mau berakhir dengan korban yang meninggal karena mencoba Selfie di salah satu sudut batu karang di tepi pantai Pasie Saka.

Kami semua mengangguk. Dan, tak lama, debur ombak terdengar mendentum layaknya meriam yang menyerang kapal. Beberapa ekor monyet berlarian ketika kami menyambangi pesisir pantai.
“Ini ya bang?” Tanya saya kepada bang Hamdan.

“bukan, masih dibalik bukit itu” sambil menunjuk ke sebelah kanan dari tempat kami berdiri. Alamak, masih harus naik bukit lagi? Dengan senyum manis, bang hamdan menjawab, bahwa masih ada dua bukit lagi yang harus ditapaki.

Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya

Belum sempurna nafas yang tersengal (inilah yang membuat saya malah trekking hiks) sudah harus menapak lagi. Waktu terus berjalan, mentari sudah mulai sore, deburan ombak masih berdegup sempurna.

Saya hanya terdiam. Makmur, Fakhri, Khairul, dan Zulvan duduk berjajar ditepian bukit. Memandangi arah yang sama. Melepas penat dan menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa. Sekeping syurga yang diturunkan di desa Jempheuk, kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Betapa ini begitu indah, hingga wajarlah banyak orang yang ingin mendatanginya. Berlarian dipasirnya yang lembut dan bak gula pasir. (minus manisnya doang).
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Hari itu, saya mengerti banyak hal. Bang Hamdan, Pasie Saka, desa Jempheuk dan wisatawan yang direnggut maut, semuanya menjadi sebuah frame besar. Saya jadi teringat akan percakapan saya dengan seorang penggiat Kawasan Ekosistem Leuser, beliau mengatakan;
“manusia hari ini aneh, masa alam yang diminta beradaptasi kepada manusia. Bukannya seharusnya manusia yang beradaptasi dengan alam”
Bukan Pantai Pasie Saka yang salah karena ombak besarnya, tapi salah manusia yang lebih mengedepankan egonya. 


&&&
Wisata Halal Aceh, Pantai Pasie Saka Aceh Jaya
Additional Information  (By Makmur Dimila) :
  1. Selanjutnya jika ingin ke Pasi Saka, pengunjung wajib lapor ke Keuchik Jeumpheuk, untuk diarahkan dengan siapa dan bagaimana cara mencapai lokasi objek wisata itu.
  2. Bawalah bekal sendiri ke Pasi Saka, dengan membelinya di supermarket atau kedai-kedai yang dijumpai di Jalan Nasional Banda Aceh – Aceh Selatan.
  3. Saat seramai sebelum kejadian naas itu, satu kelompok turis dikenakan biaya Rp150 ribu/trip (maks 10 orang). Sekarang, beri saja sesuai dengan pelayanan sang pemandu, jika tak ingin dikatakan seikhlasnya.
  4. Sebaiknya datang di Musim Angin Timur, ketika angin bertiup dari barat, sehingga laut tidak bergelombang.
  5. Datang di musim angin apapun, wisatawan dilarang mandi di Pasi Saka, karena arusnya dalam.
  6. Pantai ini cocok untuk camping ground, trekking, dan x-trail/tourbike.

Cerita lain tentang perjalanan "Susuri cahaya aceh dari pantai barat" yang di sponsori oleh Dinas Pariwisata Provinsi Aceh adalah sebagai berikut :

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

$
0
0
Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Bali memang selalu mendapat tempat di hati. Semua spot di Bali memiliki daya tarik tersendiri. Pantai Kuta adalah salah satu bagian dari keindahan pulau ini dan menjadi Primadona bagi setiap pengunjung yang datang. Apalagi lokasinya yang berada sangat dekat dengan Bandara Ngurah Rai. Tak heran jika obyek wisata yang satu ini selalu ramai dan jadi pilihan favorit bagi wisatawan local maupun mancanegara. 

Tak jauh dari Pantai Kuta, ada Pantai Segara yang masih dalam wilayah pesisir Pantai Kuta. Pantai Segara juga menawarkan pengalaman lain yang cukup berbeda dari kebanyakan pantai di Bali. Pantainya cukup tenang dengan ombak yang tak begitu besar, beberapa perahu juga Nampak berjejer di bibir pantai berpasir putih ini. Pemandangan tersebut semakin menambah kekhasan Pantai Segara dengan beragam aktivitas nelayan lokal yang selalu sibuk di wilayah pantai ini.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Di Pantai Segara tak pernah kehabisan pesonanya, kamu bisa meliha pemandangan berupa aktivitas pesawat dan juga panorama menarik saat senja tiba. Perahu yang berjejer di bibir pantai dengan warna-warna cerahnya, tentu bisa jadi bidikan menarik lensa kamerakamu. Tetapi bidikan paling cantik itu saat mengambil view dengan latar sunset, saat warna biru langit berubah menjadi merah keemasan yang mengagumkan.

Keindahan sunset juga bisa kamu nikmati sembari menyantap makanan di café dekat Bandara Ngurah Rai. Kamu bisa menunggu jadwal keberangkatan pesawat di sekitar pantai ini. Bahkan banyak jugaloh yang sengaja datang ke pantai ini lebih awal sebelum melakukan penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

Ada hal penting yang perlu kamu tahu, bahwa Pantai Segara mempunyai nama lain yakni Pantai Jerman. Jadi, jangan bingung ya jikaa da yang menyebut pantai ini dengan sebutan Pantai Jerman. Bahkan nama tersebut lebih popular sejak pertama kali obyek wisata ini dikenalkan ke masyarakat. Pantai ini juga pernah dijadikan sebagai pelabuhan dan juga kompleks perumahan yang dihuni oleh orang-orang Jerman saat masa penjajahan Belanda. Namun seiring perkembangan zaman, secara berangsur-angsur, pelabuhan tersebut tak beroperasi lagi.

Pokoknya Pantai Segara bisa jadi pilihan menarik selain Pantai Kuta, suasana pantainya juga lebih alamiah. Kamu juga bisa bermain pasir dan berenang di pantai ini, ditambah lagi suasana pantainya yang sepi, ombaknya yang tenang dan nuansa budaya local masih sangat terasa di pantai ini. Lalu lintas perahu nelayan local yang selalu sibuk di Pantai Segara akan membuatmu semakin intens bertemu dengan nelayan secara langsung. Bahkan kamu bisa membeli hasil tangkapan laut mereka yang masih segar.

Pantai Kuta dan Segara memang berjarak cukup dekat, yakni sekitar 1.5 km. Kamu bisa menggunakan sepeda untuk menuju Pantai Segara dan akan menghabiskan waktu sekitar 25 menit jika ditempuh dari Pantai Kuta. Dan di antara kedua wilayah pantai ini, terdapat banyak hotel berbintang yang mempunyai akses sangat mudah menuju ke laut. Hotel yang paling dekat dengan pantai ini adalah Solaris Hotel Kuta.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Hotel bintang tiga ini mulai beroperasi sejak akhir tahun 2012. Sebelumnya, Solaris Hotel Kuta bernama Solaris Kuta. Lokasinya sangat strategis dan berada di Jalan Wana Segara Tuban Bali. Bahkan Solaris Hotel Kuta ini hanya berjarak sekitar 1.2 km dari Bandara Ngurah Rai. Jadi akan sangat memudahkan kamu saat melawat ke Bali.

Pantai Segara dan Pantai Kuta berjarak sangat dekat dengan Solaris Hotel, yakni sekitar300 meter. Hotel ini cukup menarik dengan tampilan suith bathroom yang cantik dan juga pool bar di ruang terbuka yang cukup luas. Suasana di sekitar kolam renang sangat sejuk, di sekitarnya juga tersedia kursi-kursi yang nyaman untuk bersantai dan menikmati suasana sekitar.Apalagi harganya terbilang murah, pokoknya sangat ramah buat kantong kamu.

Untuk mendapatkan kemudahan dalam pengecekan hotel dan juga pemesanannya, kamu bisa menghubungi situs booking online Traveloka untuk mendapatkan harga termurah dan terbaik.
Hotel ini memberikan fasilitas yang cukup baik, Pengelola menyediakan fasilitas parker secara gratis. Kamu juga bisa meminta jasa jemputan atau penyewaan mobil kepihak hotel. Soal kamarnya juga tak diragukan lagi, meskipun hotel berbintang 3, hotel ini tertata sangat rapih, dengan interior desain khas Bali dan menggunakan warna-warna tanah yang tidak terlalu mencolok. Warna putih, coklat dan krem mendominasi interior di setiap ruangan hotel ini.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona
Jika wisatawan belum punya mata uang rupiah, bisa menghubungi pihak hotel untuk melakukan penukaran uang. D’Pine Restoran yang ada di hotel ini juga menyediakan sarapan menu nusantara dan internasional. Nilai plus lainnya, tak hanya restoran yang menyediakan menu lezat, hampir semua ruangan di hotel ini menyediakan spot dan tempat yang nyaman,juga homey saat dikunjungi.

Hotel ini juga memiliki akses yang sangat mudah dan cepat untuk menuju pusat perbelanjaan seperti Lippo Mall, Centro, juga Discovery Shopping Mall. Pokoknya asyik dan pas banget buat persinggahan saat berwisata ke Kuta Bali. Selain dapat kenyamanan menginap, kamu bisa setiap saat mengunjungi Pantai terdekat, Jadi makin lengkap dan berkesan deh Liburan di Kuta Bali.

Pantai Segara dan Solaris Hotel Kuta yang Penuh Pesona

Bagaimana? Ingin mencoba menjelajah ke pantai di Kuta Bali yang belum pernah kamu kunjungi? Atau mungkin ini akan jadi pengalaman menarik kamu saat liburan di Pulau Bali. Tunggu apalagi, jadwalkan segera liburan kamu ke Pantai Segaraya! ;)




Viewing all 268 articles
Browse latest View live