Quantcast
Channel: FROM ACEH WITH LOVE
Viewing all 268 articles
Browse latest View live

Ketika Istri Ngidam Ramen Jepang, Bantuan pun datang.

$
0
0
Sumber
Menunjukkan cinta ke istri itu memang bisa dari mana saja, dalam bentuk apa saja. Akan tetapi, menjadi seorang suami yang baik hati dan penurut serta pengertian untuk istri itu tidak mudah. Apalagi jika sang istri sedang ngidam sesuatu hal yang “aneh”. Ada rasa dongkol dalam hati. Ada rasa cinta yang tumbuh begitu saja karena melihat ia yang kesusahan dalam mengandung buah hati saya dan dia. Akan tetapi bila ngidamnya kumat?
Saya pernah harus memancing ikan kerapu malam-malam karena istri saya mengidam ikan kerapu hasil pancingan suaminya. Harus di pancing loh ya tidak boleh beli. Semalaman saya duduk di kuala sungai, berharap ikan kerapu datang menghampiri. Syukurlah, Tuhan mendengar doaku. Tepat tengah malam ikan kerapu ukuran telapak tangan menghampiri kail pancinganku. Tugas selesai!

Itu baru cerita hamil anak pertama. Hamil anak kedua lain lagi. Ngidamnya makanan Jepang! Mungkin ini terdengar biasa bagi kawan-kawan yang berdomilisi di kota-kota besar. Ada banyak restoran jepang berserakan sepanjang jalan-jalan protocol. Jakarta apalagi, hampir di setiap mall ada kan? Tapi ini di Banda Aceh bung! Kota kecil di ujung pulau Sumatra. Jangankan resto Jepang terkenal, bioskop saja tak ada!

Hari itu istri saya ngidamnya Mie Ramen. Mukanya yang polos sembari tangannya mengelus-ngelus perutnya yang perlahan membengkak itu membuat saya sedikit tak tega. Mie ramen? Mau cari  dimana? Baiklah, saya yang sudah mengukuhkan sebagai seorang suami yang berusaha baik hati dan setia ini, memulai pencarian. Awalnya, saya mencoba menelpon beberapa kerabat. Menanyakan dimana kira-kira ada mie ramen di Banda Aceh dan sekitarnya. Sepuluh orang yang saya telepon, tak satupun yang tahu. Sampai akhirnya, adik sepupu saya mengabari via sms.

“bang, ada masakan jepang di kawasan Darussalam, coba aja. Siapa tahu disana ada mie ramen untuk si putri”

Membaca pesan singkat dari adik sepupu saya seperti membaca kalau saya menang undian lotere yang berhadiah milyaran. Senangnya tak ketulungan. Saya sebenarnya mencoba maklum akan kondisi istri yang sedang hamil tua. Akan tetapi, di satu sisi, ketika ia mengeluarkan kata-kata “Jepang”, saya merasa sedikit minder. Bagaimana tidak, dia sudah tiga kali bolak balik jepang-Banda Aceh. saya? Kalimantan saja Cuma di Pontianak. Selebihnya di Jakarta. Itupun karena kuliah.
Tampak Depan warung Ramen Hana (sumber)

Sore itu juga saya mencari tahu dimana posisi tepatnya resto Jepang yang katanya masih dikawasan Banda Aceh. saya mencoba searching via google. Alhamdulillah, ketemu. Namanya café Hana. Letaknya tepat di samping lapangan Tugu Universitas Syiah Kuala Darussalam. Aha! Tak jauh juga. Hanya 20 menit berkendara naik motor dari rumah.

Tak lama, saya, istri dan anak sulung sudah tiba di café tersebut. Kesan yang pertama terlihat adalah, ini lebih mirip rumah dosen senior dari era 70an dari pada sebuah resto ala jepang seperti di televisi. Hanya sebuah gerobak yang di depannya bertuliskan Takoyaki dan Okonomiyaki. Tak ada tulisan mie Ramen!

Saya sudah menyiapkan diri untuk kecewa, tapi tetap memberanikan diri untuk masuk. Bismillah saja. Suasana didalam café yang sederhana ini ternyata begitu nyaman. Saung beratapkan daun rumbia dengan ornament-ornament kayu di padu dengan rimbunnya pepohonan dalam perkarangan rumah membuat suasana begitu nyaman. Berbanding terbalik dengan kesan di luar tadi.

“mie ramennya ada” Tanya saya pada pramusaji.

“oh ada bang, mau berapa porsi?" Dia tersenyum. Sepertinya dia tahu kalau hati saya sedang gundah gulana karena kebingungan mencari Mie ramen di Banda Aceh.
“3 porsi lengkap ya kak” jawab saya mantap! Aman.

####

Waktu berlalu tanpa terasa, hampir setiap dua bulan sekali saya dan keluarga menyambangi café hana tersebut. Mie ramen menjadi menu andalan. Bahkan tempatnya kini sudah berubah menjadi lebih keren lagi. Pegawainya sudah ramai, tempatnya sudah mulai menyerupai jepang. Bila di siang hari, tempat ini akan teduh dan sejuk bukan main. Seolah menemukan oase di siang bolong.
Nah adem kan disini? (sumber)

“bang, kalau nanti tahun depan kita ke Jakarta dan adek hamil lagi terus pengennya mie Ramen lagi gimana?” ini istri bukannya makan dulu baru ngomong, yang di piring belum habis sudah tanya mie ramen lagi.

“gampang! Di Jakarta ada banyak!” Jawab saya sekenanya.

“kalau lapar tengah malam terus pengennya makan mie Ramen, apa ada yang buka sampai malam bang?” Duuuh, apa istri sedang hamil lagi ya? Anak kedua belum juga 2 tahun. Masa iya sudah kebobolan lagi?

“jaman sudah canggih sayangku. Sekarang sudah ada internet. Mie ramen bundapun bisa kita pesan via internet. Udah ada restoran online kok.  Jadi kalau lapar ya pesan aja. Udah makan aja dulu yang di depan mata, baru ngomong lagi” kasian, makanan seenak ini harus putus karena harus menjelaskan sesuatu kepada istri yang sepertinya sedang hamil lagi. Masa iya dia merencanakan hamil pas di Jakarta? Hmm…

“Terus bang?”hedeuh.. sabar Yud.. sabar..saya menarik nafas panjang. Lalu mencoba jelaskan kepadanya perihal toko online tersebut.

“sekarang ada foodpanda bunda.”

“bunda nggak mau makanan cina, maunya makanan jepang ayah!”

Foodpanda pesan antar makanan di Indonesia tinggal klik 
Foodpanda itu toko makanan online yang bisa pesan antar. Jadi bunda nggak usah bingung. Dulu kalau pas ayah masih kuliah di Jakarta, boleh bunda bingung nyari pesan antar makanan. Tapi sekarang, jaman udah canggih. Semua sudah bisa di pesan via internet”

“di foodpanda itu kita bisa milih, mau makanan apa? Jepang, cina, barat ataupun makanan local kayak bakso, nasi goreng, bahkan sampai makanan cepat saji pun ada kok Yank. Udah siap makannya? Kita buka websitenya sekarang”

Pilih Menu makanan yang ada inginkan di Foodpanda
“Udah!” mukanya masih sedikit tak percaya. Padahal, ke Jakarta nya masih belum pasti. Syukur-syukur kalau orderan project dari Pemda banyak, kalau sepi? Ya berlibur ke sabang lagi saja hehehe

Sudah beberapa bulan ini, setiap kali bepergian, saya sering menjinjing laptop kemanapun. Terkadang orderan dan permintaan pengiriman data bisa datang kapan saja. Saya membuka laptop, dan untungnya di café hana ini menyediakan colokan listrik, jadi saya tak khawatir low batere. Laptop saya nyalakan, dan penjelasanpun di mulai.

Buka website foodpanda, lalu pilih daerah tempat tinggal kita nanti selama di Jakarta. Misalnya nanti kita tinggal di daerah Menteng Dalam.  Terus, tinggal klik “cari makanan”. Akan keluar semua daftar nama restaurant yang ada di sekitaran Menteng Dalam. Terus, Adek pilih aja restoran mana yang menyajikan masakan Jepang.

Energi Ramen... bisa ehem ehem deh hehehe
Misalnya Restoran TakigawaSetiabudi, ada menu Energi Ramen. Klik. Lalu akan keluar tagihan yang harus dibayarkan. Bisa bayar online payment ataupun COD.  Kalau sudah oke, ya adek klik aja “pesan”, tentunya setelah mengisi informasi diri dan alamat tujuan yang akan diantarkan. Selesai. Adek tinggal tunggu saja di kamar hotel. Leyeh-leyeh tapi makanan kesukaan akhirnya sampai langsung di depan pintu kamar. Mudah kan?



tinggal bayar Deh

“Bang, masa iya nanti di Jakarta kita juga jinjing laptop kemana-mana? Katanya mau jalan-jalan tempat sodara dan kawan-kawan Multiply dulu? “

“Oh, tenang aja, dia juga ada aplikasi mobilenya kok. Ini udah abang download. Jadi nanti pas di Jakarta bunda bisa pesan kapan aja dan dimana aja. Puas??"

Silahkan pilih OS handphone pintar anda

Nih saya sudah download aplikasi mobile Foodpanda di tablet abal-abal

Maunya di Aceh juga ada ya bang pesan antar kayak gitu? Jadi kalau nanti adek ngidam lagi kan abang nggak perlu repot-repot lagi harus ke Darussalam kan?

Oh, iya betul kali tuh Dek. Jadi nanti, kalau ada foodpanda di Banda Aceh, abang juga boleh minta anak lagi kan? 2 lagi aja ya ya ya?


“Udah, pulang! Adek udah kenyang!” istri berjalan menjauh dari meja. Mukanya yang tadinya berseri tiba-tiba merengut. Alamat tidur diluar lagi malam ini. Hufft…

Kopi Gayo Arabica Versus Viagra

$
0
0
ini dia favorite saya, Espresso Arabika (by Kedaipolem.com)

Sepulang kunjungan kerja sebagai “ayah panggilan” dari tanah Gayo, ada sebuah kebiasaan baru yang terbentuk. Secara tidak sengaja, sharing ilmu dari pabrik kopi—kalau saya tak boleh menyebutnya sebagai Koperasi—mengenai khasiat kopi Arabika yang sebenarnya memberikan saya sebuah pencerahan baru. Ternyata, kopi berjenis arabika ini tidak akan menaikkan asam lambung yang sudah menjadi kronis dalam beberapa tahun belakangan ini.

Awalnya saya sama sekali tak percaya, bagaimana mungkin kopi yang Selama ini saya kenal sebagai pencetus paling hebat untuk asam lambung menjadi aman seketika? Ternyata letaknya perbedaanya adalah dari jenis kopi itu sendiri. Kopi berjenis arabika ini lebih rendah kafein, dan anti oksidan. Ia akan tidak akan menimbulkan efek mual, kembung, atau anginan pada penderita lambung asam seperti saya ini. Satu lagi, syaratnya sebaiknya tidak pakai gula atau pemanis tambahan ketika meminum kopi. Katanya…

Sedangkan Kopi berjenis Robusta, kafein pada jenis kopi ini ternyata lebih banyak dua kali lipat dari jenis arabika. Belum lagi ditambah dengan rasa pahit yang teramat sangat dibandingkan arabika. Tak jarang, kafein yang over inilah yang menjadikan dia menjadi sahabat kala mengejar deadline ditengah malam buta. Jadi bila anda berlebihan dalam meminum kopi jenis ini, maka bisa di pastikan anda akan begadang sepanjang malam. Kapan anda akan tertidur? Ketika efek dari kafeinnya hilang. Mungkin, bisa jadi sampai pagi!

Biji Kopi Jenis Robusta (by kedaipolem.com)
Jadi, semenjak pulang tugas dari Kota Seribu Bukit tersebut, akhirnya saya kembali memberanikan diri untuk menikmati secangkir kopi yang lebih sehat. Malu rasanya, ketika menyandang gelar sebagai orang aceh tulen tapi tak bisa ngopi. Padahal Aceh, atau Banda Aceh adalah kota yang juga bergelar negeri seribu warung kopi. Masa orang Aceh tapi tidak ngopi? Apa kata dunia?!

Segelas kopi arabika yang harum caramel dan sedikit asam, kini telah menjadi sahabat baru. Sahabat dalam setiap untaian kata terjuntai diblog sederhana ini, ataupun sahabat pelengkap dalam setiap diskusi “ala Aceh” dengan beberapa sahabat dan rekan kerja. Tapi, setiap sahabat, dia akan membawa sebuah cerita baru yang akan mempengaruhi sedikit alur kehidupan kita.

Kopi arabika gayo yang menjadi sahabat baru saya ini ternyata berhasil memberikan sebuah efek yang sangat mengejutkan. Percaya tidak percaya, keadaan saya menjadi sedikit lebih relaks. Dan, keadaan relaks tersebut, menurut Bang Sayid (pemilik Havenoer Coffe)  dan Bang Nuzuar (PemilikKedai Kopi Polem) dapat mempengaruhi intensitas hubungan suami istri di ranjang. He?? Alamak!

Kopi Sanger Khas Aceh ( by: Kedaipolem.com)
Jadi begini, menurut tuturan mereka yang berasal dari berbagai sumber yang tak bisa mereka sebutkan. Kopi pada prinsipnya, memilik kandungan zat yang dapat membuat peminumnya merasa relaks. Zat Endorphin namanya. Ternyata zat ini bukan hanya membuat rileks tapi bisa juga menimbulkan peningkatan libido secara signifikan bila di minum secara teratur. Tapi bukan berarti kopi itu menjadi zat perangsang ya? Itu salah besar! Dia hanya bekerja untuk bikin kamu relaks dan bisa ehem ehem sama doi. #inibukanedisimalamjumat

Akan tetapi, perlu di ingat, kebanyakan mengkonsumsi kopi akan membuat kamu sangat-sangat relaks. Saking relaksnya, maka libido meninggi tapi semangat kurang. Bahasa kerennya, NTTG alias NAFSU TINGGI TENAGA KURANG! Ya sama aja bohong kan? Nah kalau sudah begini, bagaimana dong? Apa ini saatnya kita mengkonsumsi si Viagra bintang dari negeri paman Sam?

Pembahasan kami bertiga masih berlanjut. Bang Sayid menyarankan ada baiknya selagi masih muda dan masih berhasrat untuk beristri dua, sering-seringlah minum kopi. Sehari, maksimal 4 gelas.

Nafsu Tinggi Tenaga Kurang (by piccano.com)
Tapi kalau gaya minumnya seperti yang kamu minum, Yud, ada baiknya kamu tidak usah sampai dekat-dekat dengan Viagra. Syukur kamu selamat sampai berakhirnya session. Kalau kamu sampai koit itu akan jadi lain ceritanya” Saya melihat ada proses pembullyan disini. Mereka berdua terkekeh seperti memenangkan nomor Buntut yang berangka 15 (nomor untuk Tikus). Sial! Saya ini masih muda, dan masih belum beristri dua. Viagra tak pernah dicoba apalagi sampai mengantri manis di sepanjang jalan Otista menuju Cililitan! Tidak, bukan saya yang suka mengantri disitu walaupun terkadang mirip!

Sekali duduk, saya bisa menghabiskan dua atau tiga gelas kopi arabika espresso. Pahit, tanpa gula, dinikmati masih hangat dengan lumeran lembut gula merah. Berpadu harum caramel dan coklat yang menguap dari aroma kopi, menjadikan saya benar-benar relaks. Syukurnya, saya tak sampai kelewatan relaks. Terlebih lagi, hal tersebut akan berbahaya bila dinikmati pada bulan-bulan penghujan seperti sekarang. Musibah! Mungkin itu tepatnya bila terlalu relaks di bulan Ber Ber ini.

Saya yakin, ketika akhirnya kalian tahu dan paham kenapa kopi berhasil membuat anda mengerti akan maunya kekasih di ranjang, kalian akan beralih dari Viagra ke kopi Arabika Murni. Memang, Viagra mampu menolong pria dewasa yang mengalami disfungsi ereksi kembali bisa “on” walaupun tenaganya mungkin kurang. Hal ini sering menyebabkan kematian karena tekanan darah di jantung berlebihan karena efek dari pil ajaib tersebut.

Lalu kopi? Kopi pun sama saja. Terlalu banyak minum kopi, selain bikin letoy, dia juga bisa membuat kita darah tinggi atau memicu sakit jantung. Akan tetapi, apapun ceritanya kopi memang lebih aman bila diminum tidak melebihi dosis yang luar biasa. Lagi pula, mau pakai Viagra ataupun kopi itukan urusan kalian? Saya hanya bercerita, bahwa ternyata kopi bisa membuat libido itu naik berbarengan bersama tenaga. Memang tidak signifikan tenaga yang ditimbulkan, akan tetapi ada baiknya ada konsultasikan ke dokter boyke sebelum akhirnya NAFSU TINGGI TENAGA KURANG menjadi momok yang mengerikan.


Selamat hari Senin Sahabat. Sudah ngopi Arabika hari ini? 


Ke Takengon? Sebaiknya Anda Memakai Jam Tangan

$
0
0

View kota Takengon pukul 8 pagi
Aroma kopi khas dataran dingin berhasil menetralisir bau lembab di kamar yang saya inapi selama dua malam ini.  Suhu udara yang terus tak menentu memaksa saya harus bergulung di dalam selimut. Matikan Ac-nya? Bagaimana caranya ingin mematikan Ac bila tak ada pendingin ruangan di dalam kamar ini? Malam semakin larut, tapi tak jelas sudah jam berapa. Beginilah Kota Takengon ini, tak pernah jelas waktu menunjukkan pukul berapa. Siang tak panas, malam dan shubuh sulit dibedakan. Karena suhu dibawah 17 derajat celcius.

Sekian lama sudah tak kesini, mungkin sekitar 5 tahun. Kota kini sedikit berubah, tidak sedingin dulu lagi. Tapi, tunggu, bukankah kali ini saya lagi-lagi berada dipuncak musim penghujan untuk sebuah kota yang sudah cukup dingin dan terkenal akan kopi arabikanya yang kaya aroma dan rasa? Walah, lagi-lagi saya salah waktu untuk berkunjung ke kota dingin ini. Kenapa? Karena bila musim penghujan tiba, maka kota yang berada di lembah pengunungan Bukit Barisan dan Redelong ini berubah menjadi slow motion. Yups, Anda akan menikmati Slow Motion Vacation.


Suasana Takengon pukul 10 pagi
Handphone berdering di pagi yang masih begitu dingin. Jangan, jangan tanya kepada saya, saat ini sudah jam berapa dan kenapa masih saja dingin. Karena begitulah kota Takengon di musim hujan. Dari layar Handphone tak pintar saya, datang sebuah tawaran. “Ngopi Yuks yud, jam 10 pagi ini ya” ah ternyata si toke Havennoer yang meng-sms. Ok! Ini waktunya mencoba mandi untuk terakhir kalinya di hotel yang tanpa pendingin ruangan ini. Karena sore nanti, saya akan kembali ke Banda Aceh.

Kabut masih menyelemuti lembah-lembah bukit. Langit sedikit mendung. Tak ada langit biru seperti dipinggir bibir pantai. Semuanya sedikit kelabu. Anak-anak berlarian di seputaran masjid Raya Takengon. Sedangkan ibunya, sedang asyik menikmati dinginnya lantai masjid. Anak beranak itu terus saja bermain bersama. Saya? Saya masih menggerutui diri sendiri yang lupa membawa jam tangan, jam tangan yang baru saya beli di sebuah online shopbeberapa waktu lalu.

Suasana Takengon masih berkabut padahal sudah pukul 12 Siang
Bang Sayid, sudah mengomel diseberang handphone. Saya sedikit terkesan tak tepat waktu. Padahal, jam tangan saya ketinggalan. Menentukan waktu dengan suhu matahari seperti yang biasa saya lakukan di pesisir? Nihil! Ini takengon Kawan! Ingin menentukan waktu melalui bayangan diri yang disinari oleh sinar mentari? Bablas! Matahari muncul tak jelas di balik kabut.

“Maaf bang, Saya lupa kalau kita janjinya jam 10 pagi, sebentar, saya kesana sekarang” membalas pesan singkat sembari berkemas-kemas perkakas bocah-bocah. Ini saatnya kembali ke hotel. Sepanjang jalan menuju Bayu Hill Hotel, saya masih tak henti-hentinya menepuk jidat sendiri. Bagaimana mungkin jam tangan itu bisa tertinggal dikamar ya? Ah mungkin karena bentuknya yang sedikit kecil kali ya. Jadinya, saya susah merasakannya.
Pasar Takengon pukul 15 siang

Sedari dulu, saya sangat menyenangi jam tangan. Bukan, bukan demi gaya, tapi lebih kepada “Tahu Diri-nya”. Di beberapa kota di Aceh, menjadi ontime itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Kenapa? Karena orang Aceh sedikit terkenal jago Ngaret. Dan, saya tak ingin di cap seperti itu. Jadilah sewaktu saya berhasil “pecah telor” dari ngeblog, mencoba mengalokasikan sedikit dana untuk membeli sebuah jam tangan baru.

Jam tangan yang saya beli bukan yang mahal, sebangsa Alexander Christie, atau rolex. Hanya Casio. Sebuah jam tangan yang baterainya bergaransi 10 tahun, tahan air, dan juga tahan banting. Done! Tidak bergaya, malah cendurung seperti jam anak-anak. Tapi, ini adalah salah satu jam impian masa kecil saya. Satunya lagi, saya berharap suatu hari bisa membeli jam tangan merek Expedition. Bentuknya lumayan besar, jadi dengan demikian saya bisa menjadi lebih “merasakan” feeling jam dilengan saya. Tidak seperti sekarang ini.

biasanya make yang bisa berubah jadi bima x sih hehehe
Harganya? Hmm.. sedikit maknyus bila ingin dibandingkan dengan harga jam tangan merek casio saya. Tapi setelah saya melihat koleksi jam tangan di zalora, saya bisa merasa sedikit lega karena harganya tidak mahal-mahal amat. Paling tidak, saya bisa menabung lagi dari hasil “ngeblog” lalu membelinya dengan uang tersebut.  Semoga…

Langkah kaki terus saya percepat, karena janji ngopisudah bergeser 15 menit dari jadwal. Sebentar lagi? Mungkin tawaran ngopi gratis di tanah tinggi gayo ini akan hilang dan menjadi basi. Hanya karena saya ketinggalan jam tangan baru. Jadi kawan, ada baiknya kalian memakai jam tangan bila ingin berwisata menikmati indahnya Pantai Lut Tawar di Aceh Tengah. Kalau tidak? Tawaran kopi gratis kalian akan terlewatkan begitu saja hanya karena anda tidak menyadari betapa waktu, telah berlalu dari pagi menjadi sore tanpa terasa panasnya sinar mentari di siang hari. 

Siapa Bilang Ke Aceh Harus Pakai Jilbab? Nggak Perlu!

$
0
0
Sunset di Kepulauan Banyak (foto punya Om Cumi Lebay)

“Hati-hati kalau ke Aceh, ada Syariat Islam loh..ntar di tangkap ama polisi syariat, bisa dicambuk dimuka umum loh!”
Saya tahu, sebagian besar kalian akan berpendapat demikian ketika ingin berangkat menuju Aceh untuk pertama kalinya. Stereotip Aceh sebagai kawasan Syariat Islam telah membuat sebuah mimpi buruk menjadi kenyataan. Islam yang keras, tak ada perjudian, tidak ada wanita tunasusila, tidak ada bioskop, tidak bisa dugem, atau hal-hal yang lainnya yang berkaitan dengan semua keinginan duniawi yang biasa tersaji ditempat wisata lainnya di Indonesia. Dan, justru  karena hal itulah yang membuat Aceh itu unik, kawan!

Bayangkan! Bila kalian ke Aceh lalu kalian dikejar-kejar polisi syariat hanya karena kalian duduk “ngangkang” di motor. Atau, kalian dikejar polisi syariat karena duduk diwarung kopi sampai malam hari terutama kalian yang bergenre wanita atau yang berjiwa kewanitaan #eh? 

Ditangkap, dikawin paksa di penghulu dengan mahar emas yang bermayam-mayam. Harus tutup aurat dan pakai jilbab, bahkan ketika mandi laut! Dan yang terburuk? Tentu saja kalian bisa dihukum cambuk dan tak boleh balik lagi ke kampung halaman! Bayangkan! Betapa Aceh itu mengerikan dengan semua peraturan yang ada.

Jujur, sebenarnya sejumlah pertanyaan yang paling buruk sering saya dapatkan dari sebagian besar teman atau tamu yang sedang berkunjung ke Aceh. mulai dari rasisnya orang Aceh, sampai kejamnya orang Aceh karena mereka gila perang. Well.. paling tidak mereka tidak salah. Karena sebagian besar media mainstream hari ini memang menceritakan demikian.

Yakin nggak mau kesini??? (kepulauan Banyak foto oleh Barry kusuma)
Lalu, benarkah demikian? Separah itukah Aceh itu? Tidak bisa keluar malam, tidak boleh berdua-duaan, apa-apa harus berurusan dengan polisi syariat, cambuk dan sebagainya? Bagaimana kalau saya katakan bahwa ke Aceh, kalian tidak perlu pakai jilbab? Percaya tidak?

****
Salah satu program UNWTO ( World Tourism Organization) adalah mengkampayekan mengenai Respect Local Culture, dan Aceh, mempunyai kearifan local yang tetap harus dijunjung tinggi. Sama seperti Bali yang begitu menjaga adat-istiadatnya. Apakah di bali anda bisa berkeliaran dan menyalakan listrik ketika hari Nyepi? Tentu saja tidak bukan? Begitupun Aceh.

Aceh dikenal sebagai salah satu daerah dengan jumlah penduduk beragama muslim terbesar di Indonesia. Jadi, wajar saja bila akhirnya syariat islam merupakan salah satu Local Culture yang harus dijunjung. Berjilbab salah satunya. Aceh memang mewajibkan jilbab bagi wanita yang sudah dewasa (baligh) dan beragama ISLAM. Yups, hanya yang beragama islam saja. Yang non islam bagaimana? Ya silahkan anda berpakaian sebagaimana biasanya. Yang penting? Anda sopan kami segan. Bukannya anda panas kami terangsang ya? #hayyah.

Perihal duduk ngangkang? Dan harus pakai rok? Hmm.. ini hanya peraturan daerah tingkat dua, jadi bukan Aceh secara keseluruhan. Kabupaten dan kota di Aceh, telah mengadopsi system otonomi. Jadi, setiap daerah kabupaten/kota berhak mengatur daerahnya masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan UUD 45 negara republik Indonesia. (iya, kami masih bagian dari Indonesia, jadi ke Aceh tidak usah pake paspor kok hehe)

Aceh, tidaklah seseram yang kalian bayangkan. Pelaksanaan Syariat islam di Aceh sangat humanis, kecuali bagi mereka yang suka judi dan minum miras (khusus muslim) dan tidak seperti yang kalian dengar dari kabar burung yang tak jelas burung siapa itu. Di Aceh, kalian bisa berkeliaran sampai larut malam. Bagi wanita, asalkan ada yang menemani dan bukan untuk hal yang aneh-aneh, pun masih aman. Bioskop dan Diskotik memang nggak ada, tapi bukan berarti Aceh kekurangan tempat nongkrong yang asyik. Konser music, pameran, dan fashion show sering diadakan di Aceh. tentunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
kak Gemala Hanafiah diving di perairan Pulau Weh (foto dari www.gemalahanafiah.wordpress.com)
Polisi Syariah razia? Tenang, mereka itu cuma melakukan razia pada saat-saat tertentu. Dan bila kita tidak salah, kenapa mesti takut? Sama saja dengan pak Polisi, bila anda tidak melanggar mengapa mereka harus menangkap kita, bukan?

Jangan ragu untuk menikmati semua keindahan pantai-pantai di Aceh, apalagi bila kalian ingin surfing, diving, ataupun snorkeling. Karena penerapan jilbab tidak se-“kacau” yang anda kira. Seorang surfer wanita yang terkenal di Indonesia, Gemala Hanafiah, pernah surfing di pantai lhoknga tanpa pakai jilbab. Aman? Ya tentu sajalah aman! Atau lihatlah para bule yang bisa bersnorkeling ria di pantai Iboih, pulau Weh, dengan pakaian renangnya yang seksi tanpa jilbab. Aman? Yups, tentu saja. Kalau tidak aman, mana mau mereka balik lagi ke kampong saya ini, kan?

Kak Mala mau surfing di pantai Lhoknga Aceh Besar ( foto asli dari sini)

Najwa Shihab ketika meliput Aceh (foto by : fetzer.org)
Kami orang Aceh rasis dan kasar? Andaikata kalian mau membaca tulisan blog sederhana ini dengan sabar, saya pasti akan menjelaskannya panjang kali lebar mengenai hal ini. Tapi, itu sepertinya terkesan terlalu dipaksakan. Intinya, (saya copy paste saja tulisan bang Sayid Fadhil yang ini)

Kasar? Orang Aceh itu memang keras. Kadang candaannya juga keras. Tapi bukan berarti kasar tanpa tata krama. Bahkan di Aceh, tidak pernah terdengar kejadian ada pencopet dibakar hidup-hidup, atau dipukuli sampai cedera parah atau mati.

Kenyataannya orang Aceh sangat ramah kepada pengunjung. Bahkan dalam adat Aceh ada istilah pemulia jame, memuliakan tamu. Bila kita bertamu, dan menginap, jamuan makan untuk kita pastilah lebih dari pada kebiasaan makan sehari-hari. Bahkan dengan berat hati, terpaksa saya akui, kadang kala malah lebih memuliakan tamu dibanding keluarga sendiri hehehe

Nah, sampai disini dulu cerita saya mengenai Aceh, sebuah kampong di ujung barat Negara yang indah ini. Apakah kalian masih takut ke Aceh? atau masih bingung ke Aceh karena tak punya jilbab? Tenang, nanti kalau kalian (para wanita dan yang berjiwa wanita) ke Aceh dan tak punya kerudung atau jilbab, akan saya pinjami punya istri saya untuk kalian. Akan tetapi, bila tak mau, pun tak mengapa. Sepanjang anda berpakaian sopan, maka kami pun akan segan. Tapi bila anda berpakaian “panas” maka kami pun akan tergoda #makinkacau

Yakin tidak mau kesini??? 
Kesimpulannya? Saya kembalikan semuanya kepada anda semua. Saya tunggu kedatangan kalian semua di Aceh ya…



YR
Bna, 8/10/15

Lamteuba, Yang Katanya Pemukiman Ladang Ganja Terluas di Indonesia

$
0
0
Lupakan sejenak krisis, mari nikmati indahnya Aceh Besar! (foto taken by Bang Arie yamani)
Lamteuba, sebuah distrik di kawasan Aceh Besar yang perlahan seperti terlupakan. Pembangunan infrastruktur pun terkesan lambat. Letaknya yang berada tepat ditengah lembah kaki gunung Seulawah menjadikan daerah Lamteuba salah satu daerah paling “basis” ketika masa konflik Aceh 10 tahun lalu.

Berbicara Lamteuba, sering diidentikkan dengan penemuan ladang ganja terbesar di Indonesia. Bagaimana tidak, kawasan lamteuba yang sedikit terpencil ini, ternyata pernah ditemukan ladang ganja seluar 155 hektar pada tahun 2011 lalu. Lantas pada tahun 2012 ladang ganja di pemukiman ini kembali ditemukan. Kali ini, hanya seluas 9 Ha! bayangkanlah betapa indahnya bisa setiap hari kalian bisa melayang dengan ganja sebanyak itu! #bisikanIblis

Persawahan ini dimana? nantikan cerita selanjutnya (foto taken by Bang Arie yamani)
Penggambaran Distrik Lamteuba akhirnya sempurna, ketika kita melakukan pencarian via Google, maka akan didapat semua perihal tentang penangkapan ganja ataupun lahan ganja. Bisa dibilang, lamteuba itu identik sebagai daerah penghasil Ganja. Maka tak heran, bila sering timbul anekdot dalam remaja Aceh, kah lagee aneuk lamteuba! (kau seperti anak lamteuba saja!)”. Begitulah penggambaran Lamteuba sepintas yang saya ketahui.

Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya, saya, istri, dan anak berkesempatan menjelajah pemukiman yang terisolir ditengah lembah seulawah ini. Sempat ragu ketika hendak melangkahkan kaki kesana. Kabar miring selalu menerpa kawasan ini, menjadikan bulu roma saya sedikit bergidik.

Awas di Lamteuba banyak intel berkeliaran!
Awas di Lamteuba orang-orangnya masih suka main parang!
Awas di Lamteuba nanti dibius sama ganja!
Awas.. awas.. awas.. dan awas!

*****  

Jarak tempuh yang lumayan jauh, berliku dan berbatu. Mengarungi lembah dan hutan belantara.#ninjaHattori. Membuat beberapa bagian body motor butut saya terlepas satu persatu. Saya tak menyangka, kalau jalannya akan separah ini. Beberapa jembatan juga ada yang hampir ambruk. Tapi, tekad sudah bulat. Malu jadi anak Aceh besar, tapi ke Lamteuba tak pernah berkunjung.

Tiga jam kemudian, kami serombongan telah tiba dipasar Lamteuba. Dan kalian tahu? Semua anggapan diatas tadi semuanya salah! Lamteuba tidaklah seseram yang dibayangkan. Perbukitan yang rimbun, bentangan sawah nan hijau, gadis yang murah senyum sembari tersipu malu melihat ada orang tampan mengunjungi desanya. #dibacokAmaIstri

Percayalah, ini jalan nggak bisa lurus 
andaikata tidak ada asap,,,

Pasar rakyat, menjadi sentral kegiatan masyarakat Lamteuba. Seorang warga Negara Amerika yang ikut bersama rombongan kami, menjadi pusat perhatian mereka. Bukan, bukan karena si bule ini tidak pakai jilbab, melainkan karena sang Bule cantik ini mau bersosialisasi bersama masyarakat setempat. Sayangnya, saya yang sudah kelaparan tak sempat mengambil kamera untuk mengabadikan moment tersebut.

Selesai makan siang, perjalanan kembali dilanjutkan. Kembali menyisir sebelah timur Lamteuba. Arah perjalanan menuju Mukim Krueng Raya. Jalanan yang yang tadinya masih beraspal berubah menjadi jalanan berbatu dan berlubang. Tapi, itu semua tak menjadi halangan kami untuk menuntaskan hasrat akan keindahan Lamteuba.

Mukim Lamteuba ternyata bukan hanya ada ladang ganja terluas di Indonesia, akan tetapi, Lamteuba benar-benar menawarkan keeksotisan yang luar biasa. Mulai dari Masjid Kuno yang terletak tepat di pusat Pemukiman Lamteuba, Sungai desa yang mengalir sendu, sejuk dan bersih, sampai hamparan sawah lengkap dengan padi yang mulai menguning.

Masjid Mukim Lamteuba, tepat dibelakang bangunan masjid ini ada masjid kuno yang masih berdiri gagah
(foto by : Panoramio.com)
Lalu, dimanakah semua warning yang tadi dihembuskan oleh beberapa pihak mengenai Lamteuba? Jujur, saya tidak menemukan semua itu. Masyarakatnya sangat ramah kepada para pendatang. Tidak ada yang sedikit salah langsung marah-marah dan main parang. Tidak ada itu!#gayaJkw. Tidak ada juga saya temukan intel yang berkeliaran mengikuti para pendatang. Seolah-olah muka tampan ini mirip dengan muka pengedar nomor wahid.

Harus diakui, melepas image ganja dari Aceh itu sangatlah sulit, tapi seiring waktu, masyarakat Aceh juga akhirnya mengerti bahwa ganja adalah barang terlarang di negeri ini. Jadilah, sewaktu saya menyusuri jalanan pemukiman lamteuba sampai kepemukiman Krueng Raya yang berjarak kurang lebih 50 KM, tidak satupun terlihat gelagat yang aneh pada penduduk desa. Ladang ganjapun tidak terlihat. (mungkin dipinggir kaki gunung kali ya ditanam ganjanya hehe).

children with their mom

an Another mom?? no! ini Ema si bule cantik dari Amrik 
Dibius dengan makanan yang bercampur ganja?! Saya justru makan sampai dua piring. Gulai Plik U (gulai berbahan campuran kelapa busuk) yang menjadi gulai andalan kawasan Aceh Besar ini menjadi menu favorite saya dan si Bule dari Amerika. Doi, malah menyeruput kuahnya sampai dua piring! Pingsan? Tidak! Justru lezatnya luar biasa! Tidak ada unsur ganja didalamnya. Bagaimana mungkin saya bisa berkata demikian? Karena bila ada unsur ganja didalamnya, maka sesaat setelah menyantap gulai tersebut sampai 2 piring, bisa dipastikan saya akan ngantuk berat. Tapi kala itu, semuanya baik-baik saja.


Sayangnya, hari itu aceh juga diselemuti kabut asap. ini adalah pemandangan dari atas perbukitan Lamteuba

andaikata ini dekat dan mudah, tentu esok minggu saya balik kesini lagi



lagi dan lagi ada kabut asap di aceh

enjoy your life bro!
Kami Shalat dhuhur tepat disisi kanannya
Akhirnya, saya setuju dengan ungkapan kuno  dalam bahasa Aceh ;

Tajak beutroh, takalon beudeueh.
Bek rugoe meuh, saket hate

Artinya,

Datanglah sampai ketujuan, lihatlah dengan jelas/nyata
Jangan sampai rugi emas, nanti sakit hati.

Pantai Ujong Batee Puteh, Pantai terbaik untuk kalian para Jomblo!!

$
0
0
Betapa serunya menjadi jomblo atau single, karena pantai ini untuk mereka! (Pantai Ujong Batee Puteh)
 Jikajomblo adalah sebuah musibah, dan single adalah sebuah prinsip hidup! Maka kedua perihal tersebut hanya membuat saya pusing dan asam lambung meningkat dalam waktu yang luar biasa cepat. Tapi, bagaimana bila pada akhirnya, Tuhan, memberikan sebuah tempat terbaik untuk kalian, Para Jomblo, menghibur diri dengan keadaan yang ada.

Yups, kita harus setuju, kalau Tuhan itu Maha Adil, bila Ia banyak menciptakan tempat terbaik untuk honeymoon, maka disini, di Aceh besar, Tuhan memberikan sebuah tempat special bagi kalian Jombloers (gw nulis aja susah, apalagi ngucapinnya).

Bila kalian membayangkan suara riuh rendah ombak yang memecah kesunyian dengan bergerak di antara karang-karang, ataupun dentuman yang memompa jantung kala ombak menghantam tebing gunung yang berbatasan dengan laut. Maka buanglah semua impian itu. Karena di sini, jangankan pasir putih, senjapun tak terlihat. Bayangkanlah, betapa tempat para jomblo ini begitu “mengerikan”!

Tuh! para jomblo camping di Pantai Ujong Batee Puteh
Disini, Tuhan memberikan sentuhan lain untuk makhluk yang bernama Jomblo itu. Pantai Ujong Batee Puteh (ujung Batu Putih), atau ada juga yang menyebutnya pantai Buket Puteh (Pantai bukit putih).  Inilah pantai unik nan alami. Tidak ada warung atau pondok untuk mereka yang membawa pacarnya (Ingat, di Aceh kalau pacarannya kelewatan resiko tanggung pak Kepala Desa ya? Hihihi)berasyik masyuk berdua. Tidak ada senja yang menjingga berbaur biru langit dan hijau tosca samudra hindia. Dan, di pantai ini, pasirnya hitam! Bukan putih seperti dalam kisah klasik percintaan.

Secara geografis, pantai ini terletak disebelah timur. Maka bisa dipastikan kalau di pantai ini kita tidak akan melihat sunset, karena matahari tenggelam tepat membelakangi punggung anda. Tapi, ketika musim angin barat (sekitar bulan juli sampai desember) anda akan menikmati keindahan yang tiada tara di pantai Ujong Batee Puteh.
ini dia Jalan akses masuk ke Pantai Ujong Batee Puteh
Banyak yang bilang, kalau ini awalnya adalah pantai rahasia. Ya, saya setuju. Kasihan, bila dipantai seindah ini hanya dijadikan tempat berdua-duaan. Sedangkan mereka para jombloers hanya bisa menggigit jari. Tapi tidak, bila kalian masih jomblo dan ingin menikmati duduk bersantai diatas bukit, sembari melepas pemandangan ke lautan lepas sembari merenungi nasib? Di sini tempatnya!

Tak perlu bingung, bila tulisan ini sedikit menjelimet dan bergelayut tak jelas. Karena sebenarnya, saya sendiri hampir lupa diri ketika melihat sendiri betapa kemegahan yang luar biasa tersaji didepan mata membuat kita lupa diri! Lupa kalau pergi itu masih sama istri dan anak!#suamitaktahudiri
Pantai Ujong Batee Puteh
Pasirnya halus, tapi berwarna hitam. Tidak romantic? Tunggu! Bagaimana bila perpaduannya dengan tebing yang berdiri tegak dan berwarna putih lembut? Luar biasa! Itulah dia. Tebing-tebing ini terkesan seperti anda duduk ditepian laut yang ada di Negara Yunani sana. Tapi, ini di Indonesia, di Aceh!

Dindingnya masih berkatagori tanah berpasir, jadi tidak disarankan berdiri terlalu dekat. Takutnya itu dinding longsor. Kecuali kalian memang sudah lelah merenungi kesendirian yang tiada tara. Tapi, tunggu dulu! Sebelum bermain dipinggir tebing, ada baiknya kita berolahraga dulu dengan menaiki bukit. Cukup mudah, tidak terlalu terjal. Hanya saja,berhati-hatilah dengan tumpukan rumput berduri dan pecahan kerang/kulit molusca yang berusia ratusan tahun.

Di puncak bukit, sebuah  pemandangan luar biasa kembali terpampang. Panoramanya menjadi unik ketika langit biru, berbaur dengan gersangnya padang rumput yang menyelimuti punggung bukit. Hanya satu dua, batang pohon yang berdiri tegak. Oh iya, satu lagi, tepat di paling ujung bukit, ada sebuah makam kuno. Konon, katanya itu makam Teungku di Ujong. Tapi tafsir riwayat belum ditemukan. Ada tiga makam tempat di ujung bukit. Jadi, berhati-hatilah! Hargailah orang yang sudah mati walaupun anda masih jomblo #lah??
ini makam Kuno kawan! tolong jangan di rusak! begitupun yang terlihat dibawah pohon rindang disebelahnya itu juga makam

Batu nisan yang terdapat di atas bukit, seperti batu nisan “kampong” pada umumnya. Hanya bongkah batu Sungai yang diletakkan dengan berdiri dan bersejajar antara satu dengan lainnya. jadi, saya mengharapkan agar jangan dicabut ya?! Dari pada sibuk membahas kuburan dan batu nisannya, bagaimana kalau kalian duduk tepat disampingnya. Tentunya setelah berdoa kepada si empunya kuburan.

Lemparkan pandangan anda kearah Selatan. Dan, Taraaa!! Menakjubkan! Nikmatilah, lalu buanglah sakit hati kalian, wahai Jombloers! Diorama yang sulit dituliskan terlebih lagi dengan bahasa yang tak puitis ini. Nikmati saja, diam, dan pandangilah. Apalagi yang kurang dalam hidup anda? Kini semua keindahan itu ada di depan mata. Bercintalah dengannya. Peluklah ia dengan dekapan malam syahdumu. Dan, biarkan pikiran liar kalian menghayalkan andai malam itu adalah purnama pertama, lalu kalian semua berada tepat di puncak bukit ini!
Masih pengen nyari cewek lain? kalau yang ini masih putih bersih? (Pantai Ujong Batee Puteh)
Ah, hampir kelewatan. Pantai ini terletak di dataran berbukit Lamreh. Masih satu kawasan dengan Ujong Kelindu (tempat Nadine Chandrawinata berlarian manja), Bukit Lamreh-yang menyimpan seribu makam Kuno. Disini juga masih satu kawasan dengan peninggalan benteng para “janda” perang Aceh. Yups, Pasukan Inong Balee ( pasukan wanita janda) yang dipimpin oleh Laksamana Keumalahayati.

Ada yang menarik disini, bila di pantai Ujong Batee Puteh ini, pasirnya hitam bak bijih besi. Maka, pantai Blang Ulam yang terletak tepat disamping bukit sebelah utara, ia berpasir putih bersih! Jadi, intinya, saya mau bilang. Kalau tuhan itu adil. Pantai Ujong Batee puteh untuk jomblo karena pasirnya hitam, pas dengan suasana hati. Dan, pantai blang Ulam, cocok untuk kalian yang sedang merayakan kemerdekaan kehalalan cinta suci.

Beningnya.. Pantai Ujong Batee Puteh
Sepertinya, harus saya sudahi sampai di sini dulu. Sebelum para jomblo mengamuk dan saya menjadi sasaran tembak! Sampai ketemu di Aceh ya kawan! Nanti, saya akan temani kalian bermain jomblo-jombloan di “secret beach” ini!

Pantai Ujong Batee Puteh
Bagian atas bukit Pantai Ujong Batee Puteh

Di ujung sana, namanya pantai Blang Ulam yang berpasir putih untuk honeymoon
How to get there ; 

ya.. ini punya bang Arie Yamani 

Wanita “Gila” Yang Berteriak Di Masjid Raya Baiturrahman Itu Bernama Cut Nyak Dhien!

$
0
0

jalan-jalan ke Rumah Ratu Aceh, Cut Nyak Dhien
Dia terlahir dalam keluarga yang kaya raya. Rumahnya, memiliki 65 tiang penyangga. Dalam budaya Aceh, semakin banyak tiang penyangga rumah, maka semakin kaya pulalah pemilik dari rumah tersebut. Gadis kecil yang berdarah campuran antara minang dan Aceh ini, kesehariannya hanyalah mengaji, mempelajari alquran, lalu belajar menulis. Hampir tidak ada yang istimewa darinya. Sama seperti gadis keturunan bangsawan Aceh lainnya kala itu.

Ayahnya, walaupun seorang bangsawan terkemuka di kawasan Aceh besar, akan tetapi, beliau juga seorang dai yang cukup disegani. Tidak ada kata negosiasi jika telah menyangkut dengan agama. Gadis kecil itu hidup dengan penuh kemapanan. Lebih dari cukup. Tanahnya luas, agamanya bagus, berparas anggun. Santun, dan bertutur kata bijak lagi manis. Siapa yang tak tertarik dengannya? Ia menjadi primadona di mata para pria di 6 mukim!

Umurnya masih 12 tahun, saat ia dipinang oleh seorang pemuda gagah, bagus pula agamanya. Teuku Ibrahim Lamnga. Indahnya sebuah pernikahan berjalan layaknya biduk yang mengalun di atas punggung danau lut tawar yang menentramkan jiwa.

maklumat perang yang di deklarasikan oleh Kerajaan Belanda untuk Aceh
Sebelas tahun telah berlalu. Pernikahan yang indah itu tiba-tiba berdetak hebat! Berguncang sejadi-jadinya. Pasukan Belanda menyerang Aceh melalui pelabuhan Ulee Lheue. Suaminya yang saban malam tidur manis disisinya, kini sibuk menyusun strategi perang bersama Sultan, Panglima Polem, dan para Ulubalang lainnya. Perang gila ini terus berkecamuk hanya karena keserakahan Belanda! Sejak hari itu, 26 maret 1873, tak ada satu gadispun di Aceh yang bisa tidur tenang. Tidak ada satu emak pun di Aceh yang tak khawatir. Senandung perang dinyanyikan. Hikayat perang dilantunkan! Aceh Perang Besar hari itu!

Dasar Perampok! Tak didapatnya tanah, masjid pun di bakarnya. Langit Banda Aceh memerah seketika. Api besar membumbung tepat ditengah kota! Seorang wanita muda, cantik dan ayu. Tiba-tiba berteriak memekik ditengah suasana yang membingungkan. Berdiri dia, dari tempat duduknya. Mukanya memerah. Seolah panasnya api dari kayu masjid yang terbakar ikut merasuk dalam hatinya yang sesaat tadi masih dimabuk cinta. Seperti orang yang hilang arah dan tujuan. Ia, wanita nan elok rupa itu berteriak sejadi-jadinya. Hingga seluruh pelosok negeri bertakbir! Allahu Akbar!!

"Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59)

masjid yang anda lihat hari ini, bukanlah masjid asli dari Baiturahman itu sendiri (source :google.com)
Suaminya, tertegun kagum kepadanya. Cinta sang suami semakin membuncah pada titik yang tertinggi. “Aku, mencintaimu Cut Nyak”. Orang-orang Aceh memanggul senjata bersama sang kekasih hati. Teriakan takbir terus berkumandang seiring satu persatu personel kerajaan Belanda berjatuhan di Bumi Rencong.

Karena teriakannya ditengah Masjid yang terbakar, rakyat Aceh akhirnya meneriakan perang Jihad melawan kafir Belanda. Karena teriakannya, Belanda semakin susah hatinya. Mereka sadar, kalau strategi mereka tidak mempan dibandingkan dengan kekuatan hati seorang wanita cantik berdarah Aceh Besar itu. Iya, Belanda menciut nyalinya!

Perang demi perang berlangsung, kematian demi kematian menyambangi bumi serambi mekkah. Satu persatu para suami berguguran bersimbah darah. Kesultanan goyang dan akhirnya tumbang. Para Teungku Imum terus memekik takbir, para wanita terus melantunkan lagu nuansa perang kepada sang bayi. Berharap esok, bayi itu menjadi penjuang ditanah para syuhada ini.

“Hai buyung, hai anakku tersayang. Laki-laki engkau, ayahmu dan datukmu laki-laki pula, perlihatkanlah kejantananmu, orang kafir hendak menjajah kita, hendak mengganti agama kita dengan agamanya, agama kafir,pertahankan hak kita orang Aceh, pertahankan agama kita agama islam.”

“Wahai anakku, turutlah jejak ayahmu, Teuku Ibrahim Lamnga, sekarang dia tidak ada di rumah, tetapi janganlah engkau menyangka bahwa ayahmu sedang mengumpulkan kawan buat menyambut kedatangan kafir tetapi akan mengusirnya ke luar tanah Aceh.” (H.M Zainuddin, 1966 : 62-63). Sebuah senandung nan syahdu mengalun syahdu dari mulut cut nyak dhien.
****
 “Mengungsilah! Semoga Tuhan melindungimu! Tujuh puluh pengawal bersenjata aku tinggalkan untuk mengawanimu. Sekalian mereka itu adalah kawan-kawan terpilih yang setia. Sekiranya kita tidak bertemu, kawan yang tujuh puluh orang itulah yang akan bersamamu berjuang di jalan Allah.”
Sebuah pesan yang disampaikan oleh sang suami tercinta, ketika keadaan semakin terdesak. Maut tak dapat di elak, 5 tahun sejak awal pertama muntahan meriam Belanda menginjaki pasir hitam pantai Cermin Ulee Lheue, sang Suami menghadap kepada sang Penciptanya. Meninggal dengan menyandang gelar Syahid.

Hatinya yang telah panas, semakin panas. Kali ini, bukan hanya api yang bergemuruh didalam dadanya. Akan tetapi, singa buas dalam dirinya pun bangkit! Digenggamnya rencong erat-erat. Ditariknya pedang panjang. Ia siap turun ke medan perang!

salah satu senjata yang di gunakan Cut Nyak Dhien ketika melawan Belanda
Dia bersumpah, bila hendak menikah lagi, dia harus menikah dengan orang yang mampu memerangi  Belanda dari Tanah Rencong. Dan, seorang Pemuda yang berumur masih 20an serta beristri dua berhasrat meminangnya. Ya, kalian semua tahu dia siapa, Dia adalah Teuku Umar Johan Pahlawan. Pemuda bangsawan yang Bengal lagi panjang akalnya. Pemuda yang berilmu tapi nakal dalam berkawan. Dia, dia adalah seorang pemuda yang berhasil membuat Belanda rugi besar!

****

semakin banyak tiang penyangga semakin kaya orang pemilik rumah tersebut
Kisah selanjutnya, kalian semua pasti sudah tahu. Akan tetapi, sekarang, kalian, bertanya kepadaku,

Apakah Cut Nyak Dhien berjilbab? Apakah benar itu foto cut Nyak Dhien?

Kenapa harus Kartini bukan Cut Nyak Dhien saja yang menjadi pelopor pahlawan perjuangan wanita Indonesia?

Pertanyaan demi pertanyaan hanya menyisakan sebuah debat panjang yang tak berujung. Berjilbabkah Cut Nyak Dien? Saya tak berani berandai-andai terlalu jauh. Tapi seorang dai-ah, seorang yang mencintai mati syahid, seorang wanita yang berani berteriak lantang didepan kaum adam kala masjid kebanggaan orang Aceh hangus dibakar oleh orang kafir, seorang wanita yang bersuamikan seorang alim agama, bukankah terlalu aneh bila beliau tidak mengerti perihal menutup aurat yang diwajibkan oleh agama yang dia agung-agungkan?


Lalu foto itu? Anggaplah itu semua buah dari penjajahan belanda. Jangankan jilbab seorang wanita, masjid saja mereka bakar! Jilbab itu hanya perihal sepele dalam memalukan seorang muslimah bila dibandingkan dengan masjid agung yang dibakar sampai tak bersisa.

Mengapa bukan Cut Nyak Dhien? Mengapa harus Kartini. Saya lagi-lagi tak ingin terjebak dalam debat kusir yang tak bertuan lagi tak berujung. Disini, keduanya beda konteks. Satu menggunakan cara damai ala “Jawa”. Satu lagi menggunakan cara beringas ala “Aceh”. Satu curhat mengenai keadaan wanita yang terkangkangi oleh adat dan penjajahan Belanda di Jawa. Yang satu lagi berteriak-teriak membangun semangat rakyat untuk berjuang sampai titik darah penghabisan demi mengusir kafir Penjajah.


Lalu, bagaimana caranya kedua hal tersebut disatukan? Sungguh, saya sendiri tak ingin beralibi. Karena esok hari, artinya saya harus mengejar makam Panglima Perang Aceh, Teuku Cik Ibrahim Lamnga!
rumah ini, dibangun menyerupai rumah asli Cut Nyak Dhien yang dibakar oleh Belanda


#memperingati Hari Cut Nyak Dhien 6 November

Pantai Teluk Jantang Aceh Besar, Jangan Tertipu Dengan Fotonya Yang Keren!

$
0
0

Foto abang Zulfan yang sempat bikin heboh teluk jantan. rupa2nya perlu timing dan kemampuan yang tepat untuk bisa mendapatkan moment seperti ini. Halah hai abang zulfan hihihi, (source)
Salah seribu kelebihan pantai sebelah barat Aceh adalah pasirnya yang putih, berkombinasi dengan megahnya bukit serta pengunungan yang hijau. Terkadang pantai itu tersembunyi dibalik bukit. Butuh tenaga dan waktu khusus untuk bisa mencapainya. Atau, ada juga yang terpampang bak permadani biru laut berbaur dengan putihnya pasir. Seketika rasa galau akan sirna saat melihat indahnya alam menyusun dirinya.

Terhitung sejak Tsunami menghantam, banyak pantai-pantai di pesisir barat Aceh berubah bentuk. Ada yang tadinya “biasa” saja menjadi luar biasa! Ada yang tadinya tidak dikenal oleh masyarakat luas, kini menjadi primadona. Ya, bisa dikatakan tsunami bukan hanya membawa bencana. Tapi juga membawa berkah. Buktinya, banyak pria jomlo yang akhirnya bertemu jodohnya karena terkesan menjadi hero kala menyelamatkan gadis cantik yang terbawa arus air. #eh

Perjanjian damai antara Gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka atau GAM dengan Pemerintahaan Republik Indonesia. Juga ikut andil dalam menyumbang maraknya penemuan “harta karun” yang tersembunyi di Aceh. tadinya, beberapa tempat sangat tidak aman untuk didatangi, karena bisa jadi tempat tersebut adalah markas dari para kombatan Gam ataupun wilayah perang. Tapi kini? Para lajang banyak yang mengadu nasib membuang galau di beberapa pantai keren di pesisir Aceh.

Pantai ini memang masih jarang ada wisatawan yang datang, makanya didatangi oleh para penguasa setempat di pantai Teluk Jantang Aceh Besar
Pantai Teluk Jantang salah satunya. Percaya tidak percaya, si gadis dari barat ini, dulunya buruk rupa. Pasir putihnya bercampur lumpur tambak dan ranting kayu. Tapi ketika tsunami menghadang, berubahlah wajahnya. Tak ada lagi jerawat yang bersemi diwajahnya. Tak ada lagi murung dan galau karena tak laku dihadapan para pria. Pantai indah ini menjadi pendatang baru dalam kancah pantai keren di Aceh!(makin kesini kok makin aneh ya? Mungkin saya lapar)
*****
Letaknya cukup tersembunyi-bila tidak ingin dikatakan susah dicari-karena berada dalam himpitan dua bukit #ehem. Tenang, bukannya saya ingin mengajak anda mesum. Karena akhir-akhir ini, kata-kata “mesum” menjadi permasalahan dalam pariwisata Aceh. tempat ini, tidak seperti yang anda bayangkan. Jika dilihat dari foto, tempatnya cukup tersembunyi, tenang, jauh dari kebisingan kota, bisa tempat indehoy sama pacar. Cukup! Anda telah tertipu oleh foto di atas.

Banyak yang bilang, kalau tempat ini cocok untuk mesum. Pertanyaannya adalah, bila tempat itu sama seperti Pantai Lampuuk yang terhampar luas dan ramai masyarakatnya, apa mungkin bisa mesum? Kalau orang Aceh bilang, “meusom manteung payah, peu lom mesum?!” (Sembunyi saja susah, apalagi mesum?).

tenangnya pesisir pantai Teluk Jantang Aceh Besar

Pantai ini, memang eksotik. Dia terbentuk menjadi cantik karena tsunami, paling tidak, begitulah tutur kata tetua kampong yang saya temui ketika disana. Garis pantainya melengkung, tanpa perlu ditambah dengan lengkungan cakrawala yang menghampar biru. Pasirnya, tak kalah putih dengan pasir putih di pantai lampuuk, ditambah lagi rindang pepohonan dan nyiur yang melambai-lambai manja. Ah, memang tak salah kalau tempat ini jadi tempat bulan madu kedua #semakin lapar, tambah ngawur.

Perjalanan yang panjang dari Banda Aceh, lelah dan penat yang menyatu di tubuh anda akan lunas terbayarkan oleh seluruh pemandangan eksotis ini, jadi? Masih galau? Baiklah, saya paham deritanya menjadi jomlo lalu menggalau karena skripsi yang belum kelar.#hehe

Bagaimana kalau saya ajak untuk tracking manis. Untuk menikmati sisi lain dari Teluk Jantang?

Dari pintu masuk pantai/teluk, setelah anda beristirahat tentunya dipinggir pantainya, arahkan kaki anda ke sisi selatan. Berjalanlah sampai ketepi bukit. Bayar 5000 rupiah, dan, trackinglah dengan manis tanpa perlu susah payah. Dulu, untuk mencapai kesisi sebelah bukit bisa dilalui dengan kenderaan bermotor, tapi setelah tsunami, tempat ini tiba-tiba putus begitu saja.

Sesampainya diatas bukit, bila kalian beruntung, sebuah pemandangan teluk yang beraffliasi dengan teduhnya nyiur akan tersaji dengan spektakuler. Saya sendiri sampai bingung, inikah hasil maha karya sebuah bencana dahsyat yang meluluh-lantakkan Aceh sampai tak bersisa? Lagi dan lagi, Tuhan itu maha Adil. Teluk kecil nan nyaman ini cocok untuk kalian, para penyendiri yang ingin meratapi keadaan diri. Ya seperti saya ini, beranak dua, beristri satu, tapi hanya menjadi ayah panggilan.

Tepian teluk kecil dari teluk jantang ini, berpasir sedikit kasar, berbatu cadas pada hamparan pantainya, tapi, itu semua menyisakan sebuah keindahan tersendiri. Seolah, pantai ini benar-benar tersembunyi. Walaupun pada akhirnya, semua telah bisa menikmatinya. Termasuk kalian, yang jomlo!

kalau kalian sudah ketemu sisi bukit ini, maka naiklah dari sisi bukit tersebut.
nah, ini dia jalur tracking manis manja grup di pantai Teluk Jantang Aceh Besar

pantai Teluk Jantang Aceh Besar


pantai Teluk Jantang Aceh Besar

  • Saran saya, bila ke sisi lain dari Teluk Jantang ini, datanglah pada musim angin timur. Sekitar bulan Februari sampai Juli. Angin yang bertiup sepoi-sepoi, semakin meneduhkan ombak yang bergulung. Datanglah dikala pagi hari. Ketika matahari baru naik sepenggalan. Dan, saksikanlah sebuah kehebatan yang luar biasa dari keberkahan musibah tsunami lalu! Kalau anda mendatanginya kala musim angin barat! Maka bersiaplah anda tertipu oleh photo keren dari teluk ini! Satu lagi, Resiko menjadi malas pulang, silahkan tanggung sendiri!!

  • How to get there: Dari Banda Aceh arahkan kenderaan anda ke jalan Banda Aceh-Meulaboh. tepatnya di Desa Jantang,  Meunasah Krueng Pasie Kala, Kecamatan Lhoong Aceh Besar. Bila masih sulit menemukan letak tepatnya, carilah Pertambangan Lhoong Mining, yang kini telah ditutup, ada di pinggir jalan, tanya saja dengan masyarakat sekitar, lorongnya masuk ke tepi pantainya dimana. Pasti ketemu kok!

kayaknya memang saya kena tipu ama ini pantai Teluk Jantang Aceh Besar hahaha.. 

Sampai ketemu di  Pantai Keren Teluk Jantang ya guys!

Yr




Online Revolution, Untuk Kamu Yang Ingin Melengkapi Peralatan “Perang”

$
0
0
somewhere at pulo aceh.. sebuah surga yang dilupakan

Tidak terasa akhir tahun akan segera tiba. Libur panjang pun menjelma bersamaan dengan akhir tahun. Rasa-rasanya, tidak sah kalau ketika libur panjang tiba, kita tidak merencanakan travelling. Ya, minimal piknik atau wisata bersama dengan keluarga di sekitar kota tempat tinggal.

Bicara akhir tahun, berarti bicara tentang padatnya jadwal deadline kerjaan yang harus segera diselesaikan. Terlebih lagi bila di Banda Aceh, yang selalu identik dengan proyek akhir “peuhabeh peng” (Menghabiskan Uang). Banyaknya acara dan festival yang diadakan oleh pemerintah daerah Aceh dan kota Banda Aceh, membuat sebagian dari kita akan sibuk luar biasa. Sabtu kemarin saja, saya harus menjalani kegiatan seharian berturut-turut. Mulai dari seminar songket Aceh sampai acara Seni Gayo (yang ini saya udah atit hihi).

Ini belum bicara padatnya jadwal kegiatan di minggu depan nanti. Festival seni Pulau Aceh, 15 november – 17 november, dilanjut lagi dengan 20-21 november ke Aceh Singkil nikahan sepupu, dan akhir bulannya? Mbak Elli Lubis master dari Umrah Backpaker mau jalan-jalan ke Banda Aceh. Fyuuh.. walaupun nganggur kalau punya jadwal sepadat ini bikin mumet juga. Belum lagi harus beli perlengkapan “perang” untuk travelling. Pusing pala babu..o..o..ooo..

Ting…
Sebuah pesan email masuk…
Nikmati Singles Day Dengan Diskon Terbesar di ZALORA Indonesia
Sudah memiliki daftar barang yang sudah lama Anda inginkan? Atau kamu sedang sibuk merencanakan liburan namun tidak sempat berbelanja keperluan pakaian? Flash Sale 11.11 yang kami tawarkan sangat cocok untuk kamu! Belanja online di ZALORA 

Halah.. sebuah email biasa dari online shop. Tapi kok? Rasa-rasanya pas sekali dengan gundahan dalam hati beberapa hari terakhir ini ya? Kok dia ngomongin LIburan dan belanja? (dua hal yang sulit dipisahkan hihihi)

Ya sudah, saya iseng mengklik email tersebut. Dan, ternyata, mereka akan melakukan diskon besar-besaran guys! Waaah, ini mah, pucuk di ulam dompetpun berbicara. Apalagi untuk acara festival pulo Aceh yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di pulo yang sedikit terlupakan itu, saya butuh Jaket baru. Maklum, jaket dari mantan udah mulai menua. #Halah.. dibahas

Intinya tuh, kalau ingin belanja murah demi membeli pakaian perlengkapan untuk travelling yang murah, mungkin tidak ada salahnya memanfaatkan moment Online Revolution Zalora. Bayangin aja, satu jaket jenis leather yang harganya bisa 1 jutaan akan di diskon sampai hanya ratusan ribu. Duuh, kapan lagi?
ini jaket yang saya taksir, lumayan, besok dia akan diskon gede hehehe

Sabar, event keren ini baru akan dimulai dalam beberapa jam lagi. Masih ada beberapa jam lagi, untuk melirik jaket kesayangan atau jam tangan kesayangan kalian dengan harga yang luar biasa murah. Udah dulu lah ya, saya mau ngerayu istri dulu untuk mau dibeliin (semua gaji suami itu adalah milik istri, suami kere) jaket dan jam tangan Expedition. Siapa tahu istri luluh hatinya hihihi

http://www.zalora.co.id/online-revolution/
Clik disini

Oh iya, hampir lupa. Kalau kalian ingin ke Aceh dalam waktu dekat, ada baiknya datang sebelum tanggal 10 Desember ya! Soalnya, tanggal 13 Desember 2015 nanti akan ada peringatan Hari Nusantara di Banda Aceh. Bapak presiden direncanakan akan membuka acara keren tersebut. Jadi, bisa dibayangkan betapa ramainya para wisatawan nanti. Ya.. hanya sekedar bagi info aja kok..


(Advertise) Jual Rumah Harvest City Cibubur Yang Mewah

$
0
0

Cibubur merupakan salah satu wilayah di jakarta yang tentu saja sangat strategis. Memiliki rumah di cibubur akan menjadi kemudahan tersendiri apalagi jika anda mendapatkan rumah yang pas jadi pilihan di cibuburseperti rumah dijual di bandung. Nah sekarang, yu kita cari tau, rumah yang pas jadi pilihan itu seperti apa? 

Rumah yang pas jadi pilihan adalah rumah yang tentu saja di bangun dari bahan berkualitas pilihan. Yakni rumah yang memang di design dan di rencanakan pembangunannya secara matang sehingga dari bahan bangunannyapun hanya bahan bangunan pilihanlah yang di gunakan. 

Web jual rumah dan properti online yang satu ini juga memberikan tips lain bagi anda yang sedang mencari rumah yang pas jadi pilihan. Selain merupakan rumah yang memang di bangun dari bahan berkualitas pilihan, rumah  yang pas jadi pilihan adalah rumah yang memang di buat pula dengan arsitektur yang mewah dan menawan. Ini tentunya sangat penting karna walau bagaimanapun yang pertama kali orang lihat adalah bagian luar rumah yang terlihat dari arsitekturnya. Lebih dari itu, perencanaan arsitektur yang matang juga tentu saja akan menghasilkan tataan dekorasi rumah yang juga pas untuk jadi pilihan. 

Dengan demikian, memilih rumah dengan arsitektur yang cantik tentu saja akan mempercantik bagian luar dan bagian dalam rumah anda. Nah, bagi anda yang sedang mencari rumah dengan kriteria yang di sebutkan, lagi lagi web jual rumah online yang satu ini tidak hanya menyebutkan tips menemukan rumah yang pas jadi pilihan saja tetapi kami juga menawarkan langsung rumah yang memang pas dengan yang anda cari tersebut. Makanya, tunggu apalagi coba? Pastikan anda memilih web jual rumah online yang akan memberikan rumah dengan arsitektur yang mewah dan menawan yang akan membuat tamu di rumah anda tak hentinya melemparkan pujian kepada anda. Web jual rumah online yang satu ini memang paling tahu betul bagaimana membuat konsumennya mendapatkan kepuasan.


*Ui

(ads) Jual Rumah Harga 50 Juta Murah Meriah

$
0
0
by urbanindo.com

Rumah memang salah satu hal yang harus ada dan harus di miliki. Memiliki rumah yang mewah, memiliki arsitektur yang cantik dan pas jadi pilihan tentu saja merupakan impian banyak orang nah, bagi anda yang ingin memiliki rumah yang memang selalu di impikan tersebutseperti rumah dijual di bandung, pas sekali anda berkunjung ke web jual rumah online yang tentunya pas jadi pilihan ini. Kami disini menawarkan rumah yang memiliki arsitektur yang bagus dan tentunya cantik yang emang merupakan kriteria rumah yang anda cari. 


Namun lebih dari itu, kami menaawarkan rumah yang satu ini dengan harga yang sangat terjangkau. Dengan demikian, anda bisa memiliki rumah yang anda impikan tanpa harus membuat kantong anda menjadi kosong karenanya. Web jual rumah online yang satu ini memang merupakan web jual rumah online yang selalu jadi pilihan. Ini terbukti dari banyaknya pelanggan yang memilih web jual rumah online yang pastinya pas untuk anda jadikan pilihan ini. Web jual rumah online yang satu ini merupakan web jual rumah online yang memang paling banyak di cari. Ini terlihat dari pelanggan kami yang tersebar di berbagai kota di indonesia padahal web jual rumah online kami berpusat di bandung. 

Dengan demikian, bagi anda yang ragu memilih media online khussusnya web jual rumah online karna takut banyaknya penipuan, web jual rumah online yang satu ini tentu saja sangat pas untuk anda jadikan pilihan agar anda bisa mendapatkan rumah yang anda cari selama ini tanpa harus membuat anda takut akan di tipu. Kami juga menawarkan harga yang sangat terjangkau untuk setiap rumah yang kami tawarkan pula kepada anda. Dengan demikian, memilih web jual rumah online yang satu ini tentu saja akan menjadi pilihan yang paling tepat untuk anda dan kelaurga anda. Karna anda bisa mendapatkan rumah yang bagus tetapi tidak membuat kantong anda menjadi kosong karenanya. Makanya, segera hubungi web jual rumah online ini sekarang juga dan dapatkan rumah impian anda ini.


Pulau Nasi, Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya?

$
0
0


“Kepada teman-teman yang mengikuti kegiatan Media Field Trip Explore Destinasi Wisata Pulo Aceh, dapat berkumpul besok pagi (13/11/2015) di pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh Pukul 07.00 WIB kita akan menggunakan kapal ASDP PAPUYU untuk berangkat ke Pulo Aceh”


Kamis, 12 November 2015, sebuah pesan singkat dari Bang Rinaldi, Panitia yang mengurusi keberangkatan kami, saya dan Makmur Dimila ke Kepulauan Pulo Aceh. Bisa dikatakan, kami berdua beruntung. Beruntung karena terpilih sebagai salah dua undangan dalam sebuah acara yang bisa dikatakan sedikit langka di provinsi paling barat Negara Indonesia. Beruntung, karena sebagian besar undangan untuk event MEDIA FIELD TRIP EXPLORE DESTINASI WISATA PULO ACEH adalah para wartawan senior. Baik dari cetak, online, dan pertelevisian nasional. Sedangkan kami? Hanya dua orang blogger yang biasa saja dan berasal dari tanah Aceh.

Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue dengan tujuan Pulo Aceh, udah nggak pake boat kayu lagi bro!
Hari yang dinanti tiba, saya, masih bingung. Ini mimpi ataukah nyata. Untuk saya, ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke Kepulauan Pulo Aceh. seumur hidup, saya hanya bisa memandanginya dari pinggir pelabuhan Ulee Lheue. Berbeda dengan makmur sang pemilik blog Safariku, dia sudah beberapa kali ke kepulauan ini.

 Pulo Aceh, sebenarnya adalah salah satu nama kecamatan dari kabupaten Aceh Besar. Di kecamatan ini, terdapat beberapa pulau. Pulau Breuh (beras) dan Pulau Nasi adalah yang terbesar dibandingkan pulau bunta, pulau bate (pulau batu) dan beberepa pulau kecil lainnya. Itulah sebabnya, saya menyebutnya sebagai kepulauan. Sedangkan masyarakat setempat, lebih sering menyebutnya dengan Pulo Aceh.


Ya, saya Akhirnya memutuskan pergi untuk menyambangi Pesona Pulau Nasi
Dan ini identitas saya selama di Kecamatan Pulo Aceh

Sejak dari dalam kapal KMP, saya berkali-kali bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur karena ini adalah pertama kalinya saya diundang sebagai seorang blogger, bersyukur, karena akhirnya saya bisa menyambangi Pulo Aceh yang dahulu dikenal sebagai salah satu lumbung ganja. Saya masih menerka-nerka, seperti apakah Pulo Aceh itu, mirip Pulau Sabang kah? Atau lebih Mirip dengan Pulau Simeuleu? Perasaan yang berlompat-lompat membuat jiwa muda kembali bergairah. Sebuah Field Trip, yang akhirnya menyadarkan saya akan hebatnya wisata kampong halaman saya sendiri! #BanggaJadiAnakAceh

Seminggu sebelumnya, saya sempat ragu, mengingat kabar yang berhembus kalau ke Pulo Aceh itu harus naik Boat Kayu Nelayan. Bila cuaca sedang ribut, maka kapal yang ditumpangi akan berloncat-loncat. Belum lagi, katanya di sana, penerangan terbatas, diperparah dengan tidak adanya jangkauan sinyal Handphone. Alamak! Makmur, berulangkali memanasi saya, agar mau ikut bersamanya ke pulo Aceh untuk memenuhi undangan dari BPKS, Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (Tugas dan fungsinya di sini)

“hana tat jan Mur, can gadoh diteungoh bak Bakong lon” Ogah ah Mur, bakalan hilang di tengah ladang ganja nanti. Saya ngeles sejadi-jadinya. Karena memang image kecamatan Pulo Aceh ini mengerikan.

“neujak ile hai bang, nanti baru komentar” pergi dulu sampai ke sana, baru setelah itu memberikan komentar seperti apa sebenarnya pulo Aceh itu! Ah, saya harus menelan ludah sendiri. Benar yang dikatakan olehnya, kalau sebaiknya, datang dulu sampai ke tujuan, lihat, rasakan, baru ceritakan!
Ok, Baik, Saya ikut!

What The??! Kok kapalnya kapal KMP yang bagus dan layik? Bukannya kapal kayu yang selama ini diceritakan? Apa ini hanya karena acara explore destinasi pulo Aceh saja makanya ada kapal keren seperti ini?

Ternyata, kapal ini telah berlayar sejak awal tahun 2015 ini. Senin, rabu, jumat, dan sabtu. Adalah jadwal keberangkatannya. Hanya dalam waktu 1,5 jam saja. Kami telah tiba di pelabuhan Lamteng Pulau Nasi. Dan, saya melihat beberapa para penumpang menggunakan Handphone untuk menelpon sanak saudaranya agar bisa menjemputnya segera. Lah? Yang katanya nggak ada sinyal Hape siapa? Terus, itu lampu jalan malah hidup di siang hari? Waduh, saya malah semakin keki. Diam menahan malu dalam hati. Tidak sepatah katapun saya sampaikan kepada makmur.

Dermaga dengan laut yang tenang, diapit oleh bukit yang hijau royo-royo sepanjang mata memandang. Jernih airnya, bersih lautnya, dan yang bikin hati ngenes itu pas ngeliat gradasi warna lautnya. Keren cuy! Hijau, hijau toska, lalu biru laut. Terus, dibeberapa titik, terumbu karang terlihat dengan jelas. Ikan-ikan menari diselah-selahnya. Ini Aceh? atau bukan? Mengapa bisa seindah ini?

menurut para penyelam, di pinggir pulau kecil ini, terumbu karangnya keren! Pesona Pulau Nasi
Semuanya diluar ekspektasi saya. Pulau ini, berhasil memukau pandangan saya pada kesan pertama. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya, terserah anda! Yups. Jargon iklan jaman saya masih SMU ini sangat pas menggambarkan perasaan saya saat itu.

tak terasa, perjalanan 1,5 jam sudah hampir selesai, di ujung sana, adalah pelabuhan Lamteng, Pulo Nasi

Tuh, udah lautnya jernih, bersih, suasanya tenang pula! naik BB 3 Kilo tiga hari hahaha Pesona Pulau Nasi
Tidak ada keributan khas pelabuhan di pulau ini. Semuanya serba sederhana. Dermaga yang sederhana, orang-orang yang sederhana, dengan laut yang luar biasa! Ini baru laut di Pelabuhannya, bagaimana dengan lautnya yang lain? Bagaimana dengan alam bawah lautnya? Bagaimana dengan budayanya? Ah, saya menjadi tidak sabar untuk menjejakkan kaki dan menghabiskan waktu di Pulau Nasi.
saya, sangat menyukai kontur alam yang berbukit, bersisian dengan laut, dan ada masjidnya. keren! Pesona Pulau Nasi


Yakin nggak mau kemari?? Pesona Pulau Nasi

ini pulau beneran santai habis.. dengan laut yang keren abis! Pesona Pulau Nasi



Kalau saja saya tak berpikir panjang, pasti sudah cebur ke laut! Pesona Pulau Nasi
Akhirnya, bang Rinaldi naik ke atas untuk menyuruh saya turun. keasyikan main mandangin laut bang hehe.
Oh iya, ini masih di indonesia!! 


saya udah nggak tahan pengen selfie, tapi, biarlah difotoin dulu. jaim dikitlah



To Be Continued



Pantai Pasi Mata Ie Pulau Nasi, Di Pantai Ini, Bulu Akan Tegang!

$
0
0
Hari menjelang senja, tapi tak sedikitpun tanda-tanda memerahnya langit terlihat dari pelabuhan Lamteng, pulau Nasi. Padahal, langit senjalah yang akhirnya membawa saya dan beberapa teman dari kuli tinta datang ke salah satu pulau terluar di Indonesia ini.

Add caption
Siang yang cerah berganti dengan awan kelabu yang bergulung. Gradasi warna air laut yang tadinya hijau toska dan biru cerah berubah muram. Saya, Mamu (warnanusantara.com) dan Ahmad dzaki yang sudah suntuk di pelabuhan Lamteng karena kurang hiburan, akhirnya semakin suntuk. Rasanya, tak lengkap bila ke pulau tapi tak bisa melihat sunset yang merona di ujung barat negeri ini.

Walaupun panorama alam seputaran pelabuhan tetap mampu melenakan mata akan tetapi, perasaan yang tak lengkap itu tetap ada. Kami, hanya mengobrol sembari menghayalkan andai kata sore itu ada senja yang dapat menghilangkan lelah dan penat sepanjang perjalanan dari Banda Aceh ke Pulau Nasi.

Baca juga Pulau Nasi, Kesan Pertama Begitu Menggoda
Mamu sedikit gelisah, bak punuk yang merindukan bulan. Saya pun bernasib sama. Hanya Zaki yang terlihat tenang tak berkutik sambil terus melayangkan pandangannya mengitari sekeliling pelabuhan yang hijau dan teduh ini.  Di sisi utara pelabuhan, beberapa batang bakau tumbuh jarang-jarang. Akar-akarnya yang menghujam tanah tampak garang. Pasir yang putih berbaur dengan sedikit noda kuning dari tanah liat dari sisi bukit. Hanya beberapa ekor anjing kampong berwarna hitam berlarian mengitari beberapa pokok bakau. Seperti main sambar elang, dua adik beradik anjing ini saling berkejaran. Sepertinya, mereka mengejar ikan kodok yang berusaha mencapai sisi laut yang berair cukup dalam.

No photo = Hoax kan? :D
Tuhan tahu, kalau hambanya yang kaplat ini sedang termenung tak terperikan. Menunggu senja yang tak kunjung datang. Memang, seputaran Aceh masih dalam musim penghujan. Bahkan pesisir barat Aceh ada yang terkena banjir bandang.

Hingga akhirnya, Mamu yang sedikit kalem dan berambut lurus terurai panjang ini sedikit memekik ketika melihat cahaya mentari yang sedikit jingga dan mulai menerangi sisi lain dari bukit.

“bang Yud, itu ada matahari, kemana kita bisa lihat sunset?”

Tanpa perlu banyak pikir lagi, motor butut hasil dari pinjaman seorang sahabat karib jaman SMU dulu saya engkol berkali-kali. Saya mulai berpacu dengan waktu dan angin laut yang menghembuskan awan mendung. Ini motor masih susah nyala, berkali-kali diengkol, berkali-kali juga dia gagal paham untuk bisa menyalakan mesinnya. Bismillah...

“Kang, kita ke sisi lain bukit itu yok!”

Akhirnya motor butut ini menyala juga. Kamera saya sakukan. Motor saya pacu untuk menaiki tanjakan yang tinggi dan curam.  Kami mengejar matahari senja sore itu.

Saya, baru kali ini ke Pulau Nasi yang terletak di kecamatan Pulo Aceh yang masih satu bagian dari kabupaten Aceh Besar. Dekat, tapi terasa jauh. Hanya insting cinta sunsetlah yang menggerakkan lengan dan kaki saya untuk mengarahkan motor ini kearah dimana matahari terbenam berada dan terlihat jelas. Turun yang tajam memaksa saya dan yang lainnya untuk berhati-hati. Sembari menjaga mata untuk tetap awas. Awas, kalau di samping atau di depan mata ada lorong untuk bisa menemukan posisi yang tepat  untuk menikmati sunset.

Mentari mulai turun perlahan. Dan tiba-tiba, saya ingat sahabat yang mengajak saya ke pulau ini. Tapi dia di mana? Makmur di mana? Bagaimana mungkin dia bisa melewatkan moment seperti ini?

Motor terus berjalan menyusuri semak belukar. Sudah 2 menit berlalu semenjak saya menemukan sebuah lorong penuh belukar di sisi kanan jalanan aspal yang menurun. Mata saya tergoda untuk mencari jalan ke sebuah pantai yang saya sendiri tak pernah tahu namanya.

“bang Yud, ini Keren! Mamu mulai mengikat rambutnya yang terjulur dengan sebuah selempang atau apalah namanya saya tak mengerti. Dari belakang, tubuhnya yang kurus dan tinggi langsing itu terlihat seperti seorang gadis sunda yang berjalan diantara dua pria Aceh ke sebuah pantai di waktu menjelang magrib. “semoga tidak ditangkap oleh penduduk kampong karena mengira kalau saya dan Zaki ingin main tandem di pinggir pantai dengan gadis sunda yang sebenarnya laki tulen!” saya berguman dan berdoa dalam hati. Ya, siapa tahu kan? Siapapun bisa silap mata #eh

Mamu yang berbaju hitam, dan Ahmad Zaki yang berbaju Biru

“Mur, kami di pantai di belakang pelabuhan Lamteng, arah ke pasie Janeng lagi lihat sunset” sent. Pulau ini memang keren. Sudah alamnya yang indah tiada tara. Kita pun akan dipaksa untuk meninggalkan kecanggihan gadget. Kembali dengan kehebatan SMS. Maklum, tidak ada jaringan 3G apalagi 4G di sini. Syukur bila tiba-tiba saya bisa menelpon makmur untuk menanyakan di mana posisinya. Jadi, hanya SMS andalannya.

Saya, mencoba melepaskan sandal jepit lalu menginjakkan kaki telanjang ke atas pasir yang putihnya bak tepung terigu. Bersihnya seperti muka gadis ayu dari pelosok tanah Kalimantan.

Di saat yang sama, bulu kuduk saya merinding. Saya hanya bisa terdiam tak bergeming. Inikah saatnya? Apakah ini yang selama ini yang membuat para petualang enggan kembali kerumah mereka? Saya merinding sejadi-jadinya.
Pasir yang lembut bak permadani dari Persia yang berwarna putih sempurna ini membuat kaki ini lincah tak terkira. Mamu bengong melihat tingkah pola ayah beranak dua ini tak ubahnya anak kecil. Zaki hanya tersenyum malu. Dia sadar, kalau ternyata teman perjalanannya dari Banda Aceh ini mirip bapak-bapak kurang piknik dan jauh dari sentuhan istri.

Yuks rasakan sensasi lembutnya pasir putih di Pantai Pasi Mata Ie Pulau Nasi
Iya, saya menggila. Kesurupan tak hingga. Saya berlarian kesana-kemari. Saya berlompatan sejadi-jadinya.  Bukan hanya pasir yang cantik tapi senja yang sempurna menjadikan sore yang tadinya kelabu menjadi sebuah sore yang begitu romantic. Saking romantisnya, saya hanya menikmatinya saja. Tak tahu harus bagaimana lagi mengambil momen sunsetnya. Hanya duduk di atas bangkul kayu besar. Lalu, melepaskan pandangan mata ke arah barat. Ini adalah pertama kalinya saya merinding kala menikmati laut dengan panorama yang luar biasa. Dan, hebatnya lagi, ini masih di Aceh. Kampung halaman saya!

Sore itu luar biasa. Sunset itu memukau setiap mata dan lensa kamera yang mengabadikannya. Keadaan yang tenang karena tak ada masyarakat, terselimuti semat belukar yang tebal dibagian belakangnya. Ditambah kabut lembut yang turun perlahan dari sisi bukit dengan hutannya yang masih asri.

 Ini seperti The Lost Paradise bang Yud! Begitulah Mamu berkomentar ringan lalu kembali dengan mengonta-ganti lensa kameranya untuk terus mengambil moment.
mataharinya udah bobo, yang ada hanya semburatnya

awannya bukan efek kamera, tapi memang begitulah adanya.
Makmur, yang datang belakangan juga tak mau kalah. Sesekali dia merepet bak ibu mertua yang bosan melihat menantunya hanya tidur seharian di rumah. Merutuki keadaan kenapa sedari awal kami tak mengajaknya. Sejurus kemudian dia diam. Lalu hanyut dalam aktifitas yang sama. Memotret senja.

Kuning, jingga, biru, dan pulau-pulau kecil dengan laut yang bergemuruh syahdu, kurang apa coba? ya Kamu!
sensasi senja yang luar biasa!
Diam saja, dan nikmatilah 
Teruntuk anak-anakku di rumah, tahun depan, kalian akan ayah bawa ke sini. Ayah ingin melihat kalian menari dan bermain air laut di pantai yang indah ini. Pantai Pasi Mata ie, begitulah namanya. Ya, saya akhirnya tahu, kalau itulah namanya dari ungkapan makmur dan Zaki.

Ahmad Zaki sedang mengabadikan moment sunset
Melompat kegirangan karena Tuhan memberikan senja yang luar biasa! foto by Makmur Dimila

Malam itu, saya tidur nyenyak. Sembari menanti pengembaraan selanjutnya, ke pulau seberang. Pulau Breuh.

peta Wisata Pulau Nasi dari bang Hijrah Heiji si Papa Piyoh



To be Continue

Pulo Aceh, Dilupakan Penjajah, Di “Buang” Oleh Negeri Sendiri!

$
0
0

Kesenian Rapai Daboh khas dari Pulo Aceh yang kini kian tenggelam
Pulo Aceh, anak Aceh mana yang tak tahu letaknya? Sungguh ia menjadi anak Aceh yang keterlaluan bila sampai tak tahu dimana Pulo Aceh itu!.  Secara georgrafis, Pulo Aceh adalah kumpulan pulau paling barat Indonesia. Sebuah negeri yang kaya akan pemandangan alam yang menakjubkan.

“Jinoe ka hayeu Dun, ka jeut ke kecamatan, dilee? Brat that” kata pak Ismuha salah satu pemuka kampong Meulingge, Pulau Breuh. Sebuah gugusan pulau paling besar dalam Kecamatan pulo Aceh. Sekarang, mereka mensyukuri keadaan Pulo Aceh yang telah menjadi sebuah kecamatan. Sedangkan dahulu, mereka hanyalah kumpulan desa-desa yang disebut Mukim Pulo Aceh. Dahulu, Pulo Aceh hanyalah bahagian dari Kecamatan Peukan Bada. Bayangkan, hanya bahagian! Padahal, letaknya tak lebih dari 2 jam perjalanan laut dari ibukota Provinsi Aceh yang terkenal dengan Kota Madani-nya.


Saya mencoba mengerti keadaan para penduduk kampong yang saya temui selama bermain di pulau terbarat Indonesia ini. Bukan, bukan Pulau Weh dengan Tugu Nol Kilometernya yang menjadi pulau terbarat Indonesia. Secara geografis, Pulau weh itu adalah pulau paling utara. Bukan paling barat.

Perlahan, pelabuhan ini mulai digunakan 
Setiap penduduk, sesekali menceritakan keseharian mereka selama hidupnya di pulau ini. Ada yang bertani, ada yang melaut, dan ada yang berkebun. Tak sedikit juga yang menjadi pegawai negeri atau pedagang. Sepintas, tak ada yang berbeda. Sampai akhirnya saya baru sadar, bahwa disini, pendidikannya masih cukup jauh tertinggal dibandingkan dengan Aceh daratan.
***
Penjajah Belanda, pertama kali mencoba membangun Pulau Breuh dan Pulau Nasi sebagai salah satu basis pertahanan, sekaligus sebagai pelabuhan bebas milik mereka. Saat itu, beberapa pekerja belanda di utus untuk mensiasati pulau elok tersebut menjadi pelabuhan bebas.

Dari ujung ke ujung, dari sudut ke sudut, mereka akhirnya menyerah. Pulau ini memang paling barat Indonesia, walaupun secara geografis sangat menguntungkan akan tetapi, pada masa itu, pulau ini tak cocok untuk dijadikan pelabuhan bebas. Akhirnya, Belanda memilih Pulau Weh sebagai salah satu pulau penunjang ekonomi pemerintahan penjajah Belanda kala itu.

Alasannya cukup sederhana, Pulau Breuh, tidak memiliki stock air bersih yang cukup untuk kebutuhan kapal-kapal niaga masa itu. Belanda, hanya membangun sebuah mercusuar yang berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi kapal-kapal yang hendak merapat ke Aceh.
Miris memang, pulau yang seharusnya maju dan kaya tapi akhirnya menjadi pulau miskin dan tak berkembang. Pulo Aceh hanya berfungsi sebagai penunjuk arah. Tak lebih.

ini adalah salah satu bangunan peninggalan belanda yang kini terbengkalai mengerikan
Lain Belanda, lain pula negeri ini. Setelah merdeka, Pulo Aceh tetaplah Pulo Aceh. tidak ada yang berubah. Karena dianggap tak berpotensi, maka terbengkalailah pulau yang memiliki keindahan alam yang luar biasa ini. Dia, masih tetap menjadi pulau singgahan sementara.

Sebelum tsunami, dan ketika konflik masih mendera provinsi Aceh, pulau ini sempat menjadi pulau Ganja. Issue yang beredar demikian. Penduduk kampong, pengedar ganja, banyak yang membuka lahan di sini. Alasannya sederhana, tanahnya subur dan tak ada yang mau ke pulau ini. Kalian boleh tak percaya, dan menganggap hal ini hanyalah dongeng pengantar tidur belaka. Tapi ini semua saya dengar dari salah seorang tetua kampong di pulau Nasi.

Semasa perjanjian damai antara GAM dan RI, pulau ini kembali seperti pulau pada umumnya. Sepi, tenang, tidak ada aktifitas yang menyibukkan penduduknya. Tidak ada lagi lahan ganja puluhan hektar di sini. Mereka, kembali menjadi petani dan pelaut seperti sedia kala.

Rumah Sakit tak ada di sini, hanya pukesmas yang sering tak ada dokternya. Pun senasib dengan pak camatnya. Sesekali, hanya beberapa orang guru yang memiliki niat hati untuk tetap mengajar di pulau terluar Indonesia ini. Pemerintah masih terkesan sedikit malas untuk memolesnya. Anak-anak di pulau ini, hanya mendapatkan pendidikan secukupnya. Tidak lebih.

Pulo Aceh, bukan hanya tertinggal dari segi pendidikan, akan tetapi juga tertinggal dari segi sinyal telepon. Listrik pun baru beberapa tahun belakangan ini masuk. Itupun karena jasa tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh tahun 2004 lalu. Mereka, akhirnya kebagian listrik. Indahnya.


Di malam terakhir petualangan saya di pulau ini, saya mencoba mengitari pulau secara perlahan. Tapi sepertinya tidak memungkinkan. Jalanan yang begitu terjal dan licin menjadi penghalang. Belum lagi tak ada penerangan malam layaknya lampu yang kerlap kerlip di seberang pulau. Lampu yang indah bermain dengan temaran air laut itu, berasal dari ibukota Provinsi, Banda Aceh.  Iya, dari pantai Deumit Pulau Nasi, bila malam hari, kalian akan bisa lihat pemandangan malam kota Banda Aceh. Dan bayangkan, puluhan tahun nun di seberang itu selalu bermegahan dengan lampu yang rupawan, sedangkan di sini, di pulau Nasi dan Pulau Breuh, mereka hanya menyalakan Panyoet (lampu minyak).
selamat Datang di Pulau Nasi

Pulo Aceh, masih merupakan provinsi Aceh, masih merupakan bagian dari Negara Indonesia. Saya mencoba memahami, bahwa bukan hanya Pulo Aceh satu-satunya pulau terluar yang tertinggal dalam segala hal, akan tetapi, masih banyak pulau terluar Indonesia yang lainnya mengalami nasib tak jauh berbeda.


Aceh Selatan, Selayang Pandang Negeri Legenda Putri Naga

$
0
0

Patung Naga yang menjadi maskot Kota Tapak Tuan Aceh Selatan
Mobil Kijang Kapsul keluaran tahun 2004 ini terus melaju tanpa henti. Seperti kesetanan. 120 km/jam dibabat sang supir tanpa ampun. Mesin meraung-meraung memecah jalanan aspal yang berkontur berbukit-bukit.

“Hati-hati Kek” celoteh seorang bocah balita yang ikut menjadi penumpang hari itu. Bocah kecil ini bertubuh sedikit gemuk dengan rambut lurus tipisnya ini duduk manis di samping sang sopir. Kakeknya, tersenyum sembari terus memacu mobil kesayangannya. Sesekali, dikecupnya sang kakek olehnya sebagai tanda sayang. Kali ini kecepatan mobil sedikit berkurang.

Sebenarnya, pria yang menjadi supir itu sudah tidak muda lagi. Umurnya menjelang 60 tahun. Sebentar lagi ia pensiun dari statusnya pegawai negeri daerah Aceh. Tubuhnya yang sedikit pendek itu masih kekar. Matanya masih awas dalam melahap setiap belokan dan tanjakan yang disajikan oleh jalan Banda Aceh – Aceh Selatan. Dan, pria tua yang asyik mengebut itu adalah ayahku!

Ini, adalah kali pertama bagiku dan istri, menjelajah sisi barat dan selatan Aceh. masing-masing kami, paling jauh hanya sampai Blangpidie. Sebuah daerah yang dulunya masih dalam kawasan pemerintahan Aceh Selatan. Namun, sejak tahun 2002, ia menjadi sebuah kabupaten baru. Kabupaten Aceh Barat Daya dengan Blangpidie sebagai ibukotanya.

jalanan berkelok dan naik turun inilah yang tetap dibabat dengan 120 KM/Jam
20 November 2015, adalah hari yang menandakan kalau akhirnya, sisi barat Aceh hampir habis kami jelajahi. Tujuan awalnya, hanya memenuhi undangan pernikahan adik sepupu saya. Ia, mendapatkan jodohnya di tanah Singkil. Tepatnya di kecamatan Rimo. Sudah adat Aceh, bila seorang pengantin pria itu harus dihantarkan sampai ketempat tujuan oleh pihak keluarganya. Dan, kami, adalah bagiannya. Perjalanan 15 jam via darat-pun kami jajali.

Jam tanganku, menunjukkan pukul 5 sore. Tak terasa perjalanan memasuki hampir setengah perjalanan. Bocah balita mulai rewel. 8 jam perjalanan darat dengan medan berbukit, bergunung, dan berkelok membuat pantatku mati rasa. Kebas. Misuh-misuh rasanya duduk sebagai penumpang dengan supir adalah ayah sendiri. Bukan, bukannya saya tak bisa mengemudi kenderaan roda empat ini, tapi ayahku yang tak mau ganti!

Blangpidie telah lewat, kini saatnya kami memasuki kecamatan Labuhan Haji. Di beri nama labuhan haji, dulunya, daerah ini menjadi titik mula para calon jamaah haji asal Aceh mulai berlabuh mengarungi samudera hindia menuju ke tanah suci nun jauh di Arab Saudi sana.

“Yah, udah Aceh Selatan, istirahatlah sebentar..” pantatku yang mulai mati rasa, dan pinggangku yang rasanya sudah tak bertulang lagi, memaksaku meminta pak supir untuk relaks sejenak. Lagi pula, langit cerah sore itu setelah malam sebelumnya daratan Aceh di guyur hujan lebat.

Tak lama berselang mobil kijang hitam ini melaju perlahan. Lalu, lambat laun iya berhenti tempat disisi kanan jalan. Kaca mobil kuturunkan. Aku berharap, ada udara segar yang masuk dari jendela mobil ini. Udara sore yang beraroma laut, bercampur dengan angin segar yang turun dari lereng-lereng bukit yang berjejer di sisi kiri jalan. Iya, kondisi Aceh selatan ini diuntungkan dengan tekstur alam yang menarik. Di sebelah barat, ada samudra hindia yang menghijau berbaur biru tua terbentang luas. Di sisi timur, bukit barisan yang rindang dengan pepohonan, meliuk meliuk seperti ular raksasa yang tertidur lalu menjadi batu.

“Selamat datang di Aceh Selatan” pekikku dalam hati. Ada rasa yang mengharu biru berbuncah tak terbendung dalam hati. Kota ini, baru kali ini Aku sambangi. Tapi sedari kecil, legenda Tuan Tapa dengan Ular Naga Raksasa selalu menemani tidur malamku. Tak jarang, sesekali Aku bermimpi bertemu dengan putri yang cantik jelita, anak dari sang raja dari negeri India yang hanyut ke tengah laut.

Add caption

****
Syahdan, tempat dimana kami berhenti ini tinggallah seorang yang taat agama dan bertubuh raksasa. Bukan hanya alim tapi juga sakti mandraguna. Masyarakat setempat menyebutnya Tuan Tapa. Sehari-hari beliau hanya bertapa di salah satu gua yang terdapat dideretan perbukitan Aceh selatan. Sampai pada akhirnya, datanglah sepasang Naga yang terusir dari negeri tirai bamboo. Secara tak sengaja, sepasang ekor naga ini menemukan bayi perempuan ditengah laut tak jauh dari tempat Tuan Tapa bertapa.

Singkat cerita, bertahun kemudian, ketika sang putri kecil menjadi seorang putri belia yang cantik rupa. Berambut ikal hitam legam menjuntai menutupi punggungnya. Bermuka oval dengan paras khas gadis Hindustan. Sang raja, yang mendengar bahwa putri Bungsu-nya masih selamat di pulau Sumatra, ia pun bertandang. Sesampainya di Aceh selatan, betapa terkejutnya ia kalau ternyata Putrinya bukan lagi bernama putri bungsu, melainkan Putri Naga. Masyarakat setempat menamai putri dari india tersebut dengan nama Putri Naga karena ia, dibesarkan oleh sepasang Naga.

Ketika sang baginda raja meminta kembali putrinya, disinilah klimaks legenda ini di mulai. Sang Naga tak sudi memberikannya, lalu raja meminta bantuan dari tuan tapa. Pertempuran antara dua makhluk raksasa ini pun tak terhindarkan. Dari pertempuran itu, terciptalah berbagai nama-nama desa atau kampong sesuai dengan kejadian. Kampong batu hitam, ketika naga terluka parah dan bercucuran darah, ia hendak lari ke sisi gunung sebelah utara kota Tapak Tuan, Tapi Tuan Tapa terus mengejarnya dan berhasil membunuhnya. Setiap darah yang menetes dari sang naga ternyata mengenai beberagai batuan di tempat tersebut lalu batu tersebut berubah menjadi warna hitam. Sehitam darah naga yang membeku. Jadilah desa Batu Itam.

****
Air Terjun ini bernama air terjun air dingin. rancu memang, tapi itulah naamnya 
“Itu namanya Air Terjun Air Dingin Bang” ibuku yang berdarah asli Aceh selatan ini menceritakan banyak hal tentang tanah kelahirannya. Bahkan ternyata, ada sebuah bekas tapak raksasa di atas batu karang besar, yang terletak di pinggir laut dibalik bukit yang melintang pada sisi barat kota Tapak Tuan, makanya diberi nama Kota Tapak Tuan.

Aku mencoba memahami, berbagai kearifan local di kabupaten selatan Aceh ini. Masyarakatnya yang sebagian turunan dari Sumatera Barat, sampai percampuran berbagai suku menciptakan sebuah keharmonisan tersendiri. Seperti air terjun yang ditunjuk oleh ibu-ku tadi, ada keunikan di sini. Mungkin, ada legendanya juga. Entahlah, tapi yang jelas, air terjun ini berpasir laut. Iya! Pasir laut yang putih ada di dasar aliran air sungai yang mengalir dari ujung Air Terjun itu jatuh. Unik. Karena biasanya, tanah liat atau tanah lumpur yang berada pada dasar sungai atau dasar air terjun. Tapi ini pasir laut.

Makasih ya Dek untuk gayanya. nggak rugi abang nunggu kamu loncat ke hati abang :D
Dari sisi tebing air terjun, beberapa bocah yang ku taksir umurnya masih bersekolah dasar, dengan lincah memanjati sisi tebing yang curam. Lalu, Byuurrr… bocah yang perempuan lompat lebih dahulu ke dasar air terjun. Bocah yang laki-laki dan bercelana kuning itu juga tak mau kalah. Ia loncat sejadi-jadinya. Kembali menciptakan percikan air yang luar biasa. Aku hanya duduk diatas sebuah batu sungai besar yang terletak tak jauh dari mereka. Sambil sesekali Aku mencoba mengabadikan sebuah moment yang kini langka terlihat di Banda Aceh.

Mentari sore mulai jatuh perlahan. Ayahku, sang sopir tua, mulai misuh-misuh sendiri. Rupanya, ia sudah tak sabar untuk melanjutkan kali perjalanan. Masih ada delapan jam lagi yang harus dilalui untuk sampai ketempat tujuan.
Sore di seputaran Sawang, Aceh  Selatan

Bilang sama saya, kalau ada senja seperti ini siapa yang tak sudi duduk lama?
Angin sore yang asoi, dengan langit biru sempurna. Membuat kaki dan pantatku yang nyaman di atas batu sungai enggan bergerak. Tapi jalan tetap harus ditempuh. Walaupun matahari senja mulai merona, tapi kami tetap harus jalan lagi.

Mobil kijang tua itu kembali dipacu dengan sejadi-jadinya. 120 km/jam kembali ditunjukkan oleh speedometer. Kupandangi lamat-lamat ke ujung barat. Menikmati senja dalam pacuan kecepatan tinggi. Sampai ketemu di lain waktu...




Sebentar Lagi! Banjir Diskon Dari Zalora di Hari Belanja Online Nasional

$
0
0

Desember sudah datang, dan sudah beberapa hari berlalu. Artinya, tak lama lagi akan tiba libur akhir tahun.  Jalan-jalan, dan piknik bersama teman ataupun keluarga biasanya menjadi pilihan beken di akhir tahun. Di Grup whatsapp Aceh Backpaker yang saya ikuti, teman-teman mulai merencanakan perjalanan akhir tahun mereka. Malah, ada yang sudah jalan.

Tiket Banda Aceh– kuala lumpur yang murah meriah, menjadi salah satu factor pendukung untuk memuluskan kami anak Aceh ke negeri seberang. Dan Malaysia, Thailand, kamboja, serta Vietnam menjadi salah satu tujuan dari teman-teman. Saya hanya tertegun. Melihat mereka yang telah merencanakan libur akhir tahunnya. Sedangkan saya dan istri sepertinya akan melewatkan pergantian tahun hanya di rumah saja.


Tapi, bukan berarti saya tak bisa menyenangkan istri kan? Masih banyak cara menyenangkan istri. Salah satunya adalah belanja online di hari Belanjda Online Nasional yang bisa dipastikan akan banyak diskon. Nah.. orang Aceh bilang, sigoe tak dua pat lut (sekali pukul dua tempat kena). Perempuan itu biasanya akan senang bila diberikan hadiah. Apalagi yang berbaur fashion. Tambah lagi kalau fashion itu bermerek. Hmm…

Mahal? Tenang, moment harbolnas adalah saat yang tepat untuk kamu yang ingin menyenangkan istri. Walaupun tak bisa berpergian jauh, tapi belikan ia hadiah terbaikmu. Jangan takut mahal, ini semua nantinya akan pesta diskon. Salah-salah, malah saya yang kalap bukannya beli punya istri malah beli punya sendiri. Ehem.. tahun depan ke pulau nasi lagi kan? Tas backpack belum ada kan? Hihihi

Menurut informasi yang saya dapatkan, Harbolnas ini diikuti oleh beberapa toko online terbesar di Indonesia.Zalora Indonesia salah satu. Penyalur fashion branding ternama ini tidak ketinggalan untuk ikut meriahkan hari belanja online terbesar di Indonesia. So pastinya, diskonnya juga nggak akan kalah dari yang lain. Yiihaaa…


Lalu, sebenarnya, untung nggak sih belanja online? Bisa dibilang, momentum ini lebih menguntungkan bagi konsumen. Dibandingkan dengan penawaran di mall atau toko offline. Bagaimana tidak, beberapa fashion atau barang tertentu bisa diskon sampai 50%. Zalora diskon sampai 50%? Jarang-jarang kan?

Terus, salah satu kelebihan manfaatin moment Harbolnas di zalora juga untuk memberikan penawaran yang praktis, mudah dan cepat. Saya nggak perlu repot lagi ngejar diskon di mall Banda Aceh yang cuma ada dua. Yang bisa dipastikan akan rame beud orang-orangnya.  Jadi, lebih efisien. Mau nyari baju, jaket, tas ransel, atau pun perlengkapan fashion lainnya nggak perlu repot.

Tinggal buka laptop, duduk di warkop, nyambung Wi-Fi, lalu buka zalora. Nggak pake antri nggak pake desak-desakan. Dan yang paling penting, nggak pake macet. Hehe. Ini semua menjadi sebuah tawaran yang begitu menggiurkan di Diskon Akhir Tahun 1212.

Saya hanya tertegun ketika melihat begitu banyak barang yang akan  diskon di zalora Indonesia. Padahal, baru minggu lalu saya memilih salah satu jaket juga sepatu untuk istri, masa iya sih besok, tanggal 10 ini saya harus belanja lagi? Hiks. Tapi, demi istri! Kalau perlu saya harus nguli biar hati istri senang. Hehe


Selamat berbelanja Online Kawan!

Krueng Raya, berpetualang Kota Para Janda Aceh

$
0
0

Benteng Indra Patra sebuah benteng peninggalan era kejayaan Krueng Raya lampau 

Mobil Toyota milik bang Faisal melaju dengan mulus di atas jalanan beraspal mulus. “Mas Gio, hari ini kita akan bawa mas gio ketempat favoritenya mbak Olive”. Bisa dikatakan, tahun ini, adalah tahun keberuntungan saya. Bagaimana tidak, tahun ini adalah tahun awal saya memulai kembali menulis blog. Tapi, walaupun berumur jagung, blog sederhana ini kembali membawa keceriaan dalam setiap perjalanannya. Dua orang blogger keren dari ibukota yang menyambangi kota kelahiran saya, Banda Aceh, memilih saya sebagai teman perjalanannya.

Bang Taufan Gio (pemilik www.disgiovery.com) dan kak Olyvia Bendon (pemilik www.obendon.com) serta tak ketinggalan bang Faisal. Sang owner dari www.acehadventure.com.  Entah mengapa, hari itu ia bersedia menjadi supir untuk menemani kemanapun kami berjalan. Tak sedikitpun ada nada keberatan keluar darinya. Ia senang, menemani saya dan keluarga kecil saya serta bang Gio dan mbak Olive. Ah sudahlah, yang terpenting saat ini adalah saya mensyukuri keadaan.

Krueng Raya, sebuah distrik atau mukim yang terletak nun jauh dari sebuah cerita kesuksesan anak negeri Aceh. Dulu ia pernah berjaya kala Portugis berusaha mati-matian ingin menguasai selat Melaka. Mukim ini juga pernah jaya dalam kancah sejarah kalaLamuri, sebuah kerajaan tua yang hilang kembali ditemukan. Di Mukim terujung Aceh besar sebelah timur ini juga pernah berjaya dengan pelabuhan penyeberangan Banda Aceh – Sabang. Jauh, sebelum ulee lheue kembali mengambil peran lamanya. Lalu, apa jadinya Krueng Raya hari ini? Percayalah, tak lebih dari sebuah distrik mati nan sepi.
****
Yups, ini Pantai Ujong Batee Puteh yang sedang naik daun itu. kalau bang Gio bilang, ini seperti di Irlandia hehe
Petualangan menjelajah mukim sepi ini selalu membuat saya terpana. Mukim ini, selalu menawarkan hal-hal yang luar biasa. Mulai dari tebing pantai yang putih lalu menjorok ke lautan sampai kisah syahdu para janda. Iya, Para Janda Aceh! Jauh sebelum pasukan inong balee dari milisi Gerakan Aceh Merdeka membooming di media para era 1990an. Kami, orang Aceh, telah mengenal kisah sendu dari perjuangan Para Janda Aceh.

Syahdan, di tengah kesedihan yang mendalam karena kehilangan suami tercintanya, Laksamana Keumalahati memohon kepada Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1589-1604 M) agar ijinkan membangun benteng pertahanan khusus nun jauh di sudut tebing gunung yang berhadapan langsung dengan selat Melaka. Sebuah selat mahal yang layak diperebutkan demi kelangsungan hidup rakyat Aceh.
reruntuhan benteng Inong Balee pimpinan Laksamana Keumalahayati
Raja dan para ulama berikrar setuju. Sang laksamana wanita pertama di dunia ini, memulai misinya. Menjadikan Krueng Raya sebagai Kota Para Janda yang para suaminya menjadi korban perang melawan Penjajah Portugis. Lalu, sejarah sudah mencatat bagaimana kemasyhuran sepak terjangnya. Ia, berhasil mengumpulkan 2000 yang kesemuanya adalah wanita janda perang. Tembok kokoh berdiri.  Di pesisir pantai krueng raya berjejer kapal perang yang gagah pada masanya berderet rapi. Bersiap untuk menggerayangi setiap jengkal kapal penjajah yang nakal memasuki perairan Aceh.

Pernah terjadi pertempuran besar di mana pasukan Portugis dipimpin Cornelis de Houtman menggempur pertahanan pasukan Kerajaan Aceh di Benteng Inoeng Balee. Namun serangan itu berhasil dipatahkan, dan bahkan Cornelis de Houtman harus kehilangan nyawanya ditangan sang laksamana.

Masa itu, Krueng Raya kembali mengambil peran penting dalam tata pesona sejarah Aceh. Lantas, hari ini?

Di tengah sepinya jalanan aspal hitam yang menghubungkan Banda Aceh-Krueng Raya, rasa takjub akan kehebatan sang laksamana masih tersimpan baik dalam relung-relung hati wanita Aceh hari ini. Pun tak kalah dengan mbak Olive yang kini lebih memilih Aceh sebagai kampungnya hanya karena cerita Keumalahayati.

Bilqis sedang bermain bersama sapi. di reruntuhan Kota Para Janda Aceh
Hari menjelang siang, awan mendung sedikit nakal bergantungan manja di ujung barat bukit Soeharto. Tujuan awal hari ini adalah menaiki bukit Ujung Teungku Batee Puteh. Takut kesiangan, dan takut hujan, kami mulai menikmati setiap hempaan angin yang mulai bertiup kencang. Ombak laut yang tenang berubah menjadi garang. Tapi, tetap saja pesona keindahannya tak tertutupi. Pasir hitam legam itu seolah menjadi kontras kala berpadu dengan tebing putih yang gagah. Dan, ini telah disaksikan oleh para Janda Aceh kala itu. Kami disini hari ini.

Perjalanan berlanjut. Siang semakin panas walaupun mentari sebagian tertutup awan mendung yang masih bergelayut di ujung bukit. Jalanan mulus kembali berubah berbatu-batu. Konturnya masih berbukit. Bang Faisal dengan sigap mengambil haluan ke kiri. Kami dibawanya ke benteng Para Janda Aceh yang luar biasa itu! Saya tertegun. Cerita demi cerita hari ini menjadi nyata. Saya, walaupun anak Aceh tapi baru hari ini menginjakkan kaki ke benteng yang dulunya begitu ditakuti oleh Portugis.

Hamparan pepohonan yang hijau berdiri mengikat batu belikat yang membentuk dinding tua. Tapi, itulah dia, sisa dari benteng hebat sang Laksamana Keumalahayati-arti dari namanya adalah cahaya hatiku-yang pernah menjadi cahaya bagi seluruh kaum wanita Aceh sampai hari ini. Cut nyak dhien, pun terkesima dibuat olehnya. Langkah Cut Nyak Dhien menjadi seorang pemimpin perang tak luput dari inspirasi sang Laksamana.

Dinding itu masih cukup kokoh, walaupun benteng tak berbentuk lagi. Di sisi lain dari benteng tersebut, ada sebuah makam tua dengan nisan yang mirip dengan nisan lamuri. Istri saya mencoba membaca tulisan arab yang terpatri di nisan tersebut. 1206 M“Selebihnya adek nggak tahu bang” jawabnya kala saya meminta menerjemahkan yang lainnya.
salah satu makam kuno yang saya temukan di Kota Para Janda Perang Aceh

Dentuman ombak, yang mengalun merdu, beriak teratur para teluk Mukim Krueng Raya. Gradasi warna kembali sempurna. Mentari sedikit bersinar membuat siang semakin terik. Tapi, itu semua dengan berat hati harus kami tinggalkan. Kak olive dan Bang Gio masih semangat untuk berburu sunset senja nanti. Bang faisal pun menyambuti tawaran seraya memanas-manasi “Keren itu, cantik mentari senja nanti”


Mobil putih yang sudah tak karuan warnanya ini karena berkalang lumpur kembali ke jalanan aspal. Memacu sedikit kencang lalu berbelok kiri. Tepat di depan pelabuhan Keumalahayati. Ternyata, Kak Olive menuntaskan seluruh rangkaian cerita dari Kota Para Janda Perang Aceh hari ini. Iya, kami memutuskan untuk mengunjungi makam sang pencetus emansipasi wanita pertama kalinya dalam dunia kemiliteran dunia. Dialah, Laksamana Keumalahati


YR

makam Sang Laksamana Keumalahayati pemimpin laskar Inong Balee
peninggalan benteng Indra Patra mukim Krueng Raya Aceh Besar
Ziyad di benteng Inong Balee 

ada Bang Gio, dan bang Faisal sedang sibuk mengambil gambar di atas Bukit Pantai Ujong Batee Puteh

Yups, Akhirnya kami sekeluarga berhasil tracking ke atas Bukit yang indah di ujung Krueng Raya
Panorama Laut dari benteng Inong Balee



7 Tempat Wisata Keren Di Krueng Raya Aceh Besar

$
0
0
Tanjung kelindu, di teluk Lamreh Kreung Raya Aceh Besar. by Arie Yamani
Bicara tentang wisata Aceh, seperti tak ada habisnya. Terlebih lagi, akhir-akhir ini Aceh sebagai destinasi wisata di Indonesia sudah mulai dilirik oleh para pelancong dari seluruh Indonesia dan dunia. Tapi, wisata Aceh bukan hanya berbicara Sabang, Lampuukdan Lhoknga saja. Akan tetapi, ada banyak tempat keren yang wajib kamu datangi bila kamu berkunjung ke Aceh.


Kabupaten Aceh Besar, salah satu penyumbang tempat keren untuk pariwisata Aceh. Saking banyaknya tempat keren di kabupaten ini, akhirnya ada beberapa tempat wisata yang terlupakan. Mukim Krueng raya misalnya. Jaraknya dari kota Banda Aceh hanya 40 KM dengan jarak tempuh tidak lebih dari satu jam perjalanan darat. Terus, apa yang menarik dari tempat wisata di krueng raya yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Para Janda Perang Aceh ini? Ini dia, 7 tempat keren di Krueng Raya Aceh Besar ;

1.                  Pemandian Air Panas
kolam pemandian air panas Krueng Raya (by www.loveaceh.com)
Kita mulai dari tempat relaks yang benar-benar bisa bikin kamu santai, sesantai-santainya. Perjalanan yang cukup jauh dari Banda Aceh – krueng raya bisa dipastikan akan membuat badan pegal dan kesemutan. Nah, di sinilah tempat yang cocok bagi kamu yang ingin melakukan relaksasi ala pemandian air Panas alami langsung dari gunung!

Pemandian air panas krueng raya atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pemandian Ie Suum ini terletak di desa yang bernama sama. Yaitu desa Ie Suum.  Di sini, kamu bukan hanya bisa mandi air panas yang masih alami-tentu saja dengan suhu yang telah disesuaikan-akan tetapi kamu juga bisa melakukan pijat terapi relaksasi yang mengunakan uap dari panas itu sendiri. Hmm.. penasaran?

2.                   Makam Laksamana Keumalahayati

Di sini, Sang Laksamana terbaring tenang
Bicara soal kepahlawanan, Aceh punya banyak para pahlawan. Mulai dari para sultan Aceh, sampai pahlawan nasional. Mulai dari pria sampai wanita. Mulai dari pahlawan tingkat Aceh sampai internasional. Laksamana Keumalahayati adalah salah satu pahlawan Aceh yang terkenal se-antero dunia.

Dia, adalah perempuan pertama dari Aceh pada era semi modern yang menjadi Laksamana! Bukan hanya sekedar laksamana, tapi ia juga memimpin pasukan khusus, sekaligus sebagai perpanjangan tangan Sultan Aceh Kala itu.  Nah, bukit yang terletak persis berhadapan dengan Pelabuhan Bongkar Muat Krueng Raya Aceh besar, terbaringlah dengan tenang seorang pahlawan wanita Aceh yang sungguh luar biasa.  Tidak usah bingung, ada sebuah plang penanda untuk masuk ke arah makamnya. Makamnya sendiri jauh dari kesan angker kok. Jadi, kamu akan nyaman kalau berziarah ke tempat peristirahatan terakhir Laksamana wanita pertama di dunia ini!

3.                  Benteng Inong Balee
Benteng Inong Balee, berarti Benteng Para Janda dalam bahasa Indonesia. Benteng inlah salah satu saksi ketangguhan para Janda korban perang Aceh berkumpul dan berlatih cara berperang. Dan kalian tahu siapa pemimpinnya? Dialah Sang Laksamana Keumalahati si wanita pertama yang menjadi panglima laut di dunia.
reruntuhan Benteng masih terlihat cukup jelas walaupun perlahan mulai hancur

Menurut sejarah, ada 2000 wanita yang terkumpul dan bergabung membela kerajaan Aceh dari rongrongan keserakahan bangsa portugis yang ingin menguasai selat malaka kala itu. Dan mereka, para janda ini, bukan hanya berhasil mempertahankan selat terpenting dalam sejarah itu, melainkan mereka berhasil membunuh Cornelis De Houtman sang pemimpin pasukan Portugis.

Bangunan benteng memang tidak utuh lagi. Tapi batu belikat dan beberapa lobang pengintaian masih terlihat jelas. Letaknya tepat menghadap ke teluk krueng raya. Jadi, di sini, kalian juga bisa menikmati sebuah pemandangan teluk yang tenang berserakan terumbu karang yang mencoklat diantara toskanya air laut.

4.                   Tanjung Kelindu (Ujung Dunia)

Yups,ini adalah Tanjung Kelindu atau ujung Dunia foto by Bang Arie Yamani
Tadinya, tebing ini terlihat biasa saja. Hanya satu dan dua orang yang suka mengunjunginya. Itu pun hanya untuk memancing ikan. Selebihnya, hanya pengembala ternak yang tahu tempat ini.  Tapi, tempat yang lebih dikenal sebagai Ujung Dunia oleh penduduk setempat ini berubah drastic sejak tanggal 17 November 2014.Yups, Nadine Chandrawinata, cewek cantik blasteran jerman ini datang ke Aceh dan bermain di tanjung kelindu. Ujung Dunia masuk Tivi hari itu. My Trip My Adventure yang sempat mengambil site adventurenya di ujung Krueng Raya ini ternyata menjadi viral bagi kawula muda yang sepertinya kurang hiburan.

Tanjung kelindu atau ujung dunia atau ujung Kelindu kini menjadi salah satu destinasi paling menarik dari krueng Raya. Tebing-tebingnya yang menjorok ke laut yang berpendar dengan warna hijau toska dan biru muda menjadi sebegitu photogenic bagi kalian yang menggilai Instagram. Sedikit mirip flores tapi sedikit lebih hijau. Dan, saya pikir semua itu sudah tergambarkan betapa indahnya Tanjung Kelindu ini bukan?

5.                   Pantai Pasir Putih Lhok Me
Kalau bicara soal laut pasir putih di pesisir timur Aceh memang sedikit sulit bila dibandingkan dengan sebelah barat Aceh. Akan tetapi, bukan berarti kalau di sini tidak punya pantai berpasir putih, ada terumbu karang dan lengkap dengan ikan berwarna-warni. Pantai Pasir Putih Lhok Me yang terletak berdampingan dengan Tanjung Kelindu ini punya semuanya.

Pantai pasir Putih Lhok Me Krueng Raya Aceh Besar (by disbudpar aceh)


Yang unik dari pantai ini adalah pohon pohon mangrove besar layaknya pohon mangga tumbuh menjulang di sepanjang garis pantai. Ketika air surut, akan terliat akar-akarnya yang seperti duri menjulang ke atas dari dasar pasir putih di pantainya. Kesan mistis, misterius, dan unik berbaur menjadi satu.

6.                   Bukit Seribu Makam Kuno Kerajaan Lamuri
Tahukah anda, kota Para Janda Perang Aceh ini, pernah jaya di tahun 1200an masehi? Dan tahukah kalian, kalau bila nantinya terbukti, maka sejarah penyebaran islam di Indonesia bisa jadi akan berubah. Bukan dari Samudra Pasai melainkan dari Lamuri, Krueng Raya. Seribu tanda Tanya akan terus menghantui kalian ketika bermain ke Bukit Seribu Makam Kuno bekas reruntuhan kerajaan lamuri yang hilang begitu saja.

beberapa nisan sangat kuno di bukit Lamreh Krueng Raya Aceh Besar (by Mapesa)
Di beberapa batu nisan yang terletak di atas bukit, ada yang bertuliskan tahun 1200an. Dan, bikin kamu semakin penasaran nantinya adalah, nama si pemilik nisan sudah menggunakan nama islam. Hmm.. kenapa tidak kamu teliti sendiri?

7.                   Pantai Pasir Hitam Ujung Bate Puteh
The Last but not The Least, mungkin ungkapan inilah cocok untuk mengungkapkannya. Semenjak mulai di jelajahi pertengahan tahun 2015, Pantai Pasir Hitam Ujung Batee Puteh mulai naik daun. Bahkan menurut bang Taufan Gio (disgiovery.com) tempat ini mirip sebuah tempat di Irlandia. Wow!
beginilah view uniknya Pantai Pasir Hitam Ujung Bate Puteh

sisi kiri bukit, kalian akan menikmati sebuah pemandangan pantai blang Ulam yang menunggu mu untuk di jelajahi
Tebing Putih terjal tinggi menjulang. Beberapa pohon tumbuh di sisi tebing kapur yang putih beradu hijau menjadikannya sebagai hal yang indah dan unik. Pesona pantai yang terletak di kilometer 47 dari Banda Aceh menuju krueng raya ini akan semakin keren ketika kamu naik ke puncak bukitnya.

Hamparan laut yang biru muda dan hijau toska, sesekali akan terlihat elang putih terbang tinggi mengangkasa lalu menukik tajam ke punggung laut. Ditambah dinding terjal yang berdiri kokoh berwarna putih. Menjadikan pemandangan di sini seperti layaknya di negeri subtropics. Kesan kampungan, kesan kota mati, ataupun kesan kota para janda sejenak menghilang ketika anda berhasil naik ke atas bukitnya.

Baca Juga: Ujong Batee Puteh Tempat Para Jomlo Buat Galau


Habis? Belum! Masih banyak tempat lainnya yang belum saya bahas. Dan saya tunggu cerita anda ketika mengeksplore Mukim kuno Krueng Raya esok hari.

Saya dan keluarga, Acehadventure, mbak Olyvia Bendon, dan Mas Taufan Gio saat menjelajahi tempat wisata di mukim Krueng Raya


note; just contact me by email if you interested with this area

Evatya Luna, Museum Tsunami; Merenung Dalam Damai (11 tahun Tsunami)

$
0
0
jembatan harapan Museum Tsunami Aceh

2004, Tsunami Aceh. Sebelas tahun tragedi itu berubah menjadi sejarah. Kemarin saya tertakdir memasuki museumnya. 

Serambi Mekkah, daerah istimewa plus menjunjung tinggi norma agama. Saya bahkan menyesuaikan pakaian saat ke sini, menyimpan jeans kebangsaan dan menggantinya dengan gamis yang saya anggap lebih syar'i. Memang tidak ada larangan dalam hal ini. Justru saya yang menikmati.

Kembali pada museum tsunami. Bangunan berbentuk entah yang agak sulit untuk dideskripsi. Dari gambar dan miniaturnya, gedung itu mirip huruf Q namun oval. Tidak terlalu mewah namun unik dan istimewa.

Di ruang tiket tertera keterangan bahwa tidak perlu membayar untuk masuk ke dalam museum ini.
Dekat pelataran terpajang kerangka helikopter hancur, salah satu 'karya' arus tsunami. Dan tepat di depan pintu masuk tertulis peringatan bagi pengunjung yang memiliki riwayat sakit jantung atau gak kuatan mendingan langsung berbalik arah aja -yang ini kalimat editan saya. Beda kata tapi maksudnya gitu lah-.

Lorong sempit dengan dinding yang didesain alami menjulang tinggi di kanan kiri. Air yang terus mengalir dari tiap tepi lorong, memercik dan sedikit membasahi kita. Meski pastinya jauuuuh berbeda, nuansa air dan kecemasan mulai menggiring pengunjung ke bencana itu.

Lorong air yang terlewati berujung pada ruangan sangat luas berdinding cermin. Tebaran prasasti diletakkan berjajar rapi di lantai yang berundak. Saya melihatnya seperti nisan.

Tidak sekadar hiasan, di tiap 'nisan' itu ada Lcd yang menayangkan slide foto peristiwa yang sampai sekarang masih menorehkan sedih di hati kita. Allah, Allah, dan Allah terdengar dari gumaman orang-orang yang melihatnya. Tidak ada lagi yang akan kita ingat saat berada di titik takut dan sedih selain Dia.

Bukan, slide itu bukan menjadikan korban sebagai bahan tontonan. Tidak satupun foto yang saya anggap tragis dan tidak pantas untuk ditunjukkan karena memperlihatkan korban dalam kondisi yang memalukan. Tidak sekedar korban manusia. Rumah, gedung, sekolah, pasar, jalanan bahkan kota luluh lantak. Yaa Rabb, sulit dijelaskan.

Kami meneruskan langkah. Keluar dari ruangan, terlihat sebuah kamar bertuliskan Sumur Doa. Sumur Doa...? Apa pula? Bayangan saya mungkin berisi tulisan-tulisan doa dan harapan dari para keluarga korban. Nyatanya salah. Di dalam kamar melingkar, pandangan mata yang hanya disinari sedikit cahaya kekuningan menangkap ribuan nama korban yang melekat di dindingnya, diiringi suara lantunan ayat al-Qur'an. Saya mulai gemetar menerka masa depan. Seperti apa jalan cerita kematian saya nantinya? Bisa jadi mayat saya juga bernasib entah, menghilang tak ditemukan, bahkan tak juga ada nama yang tertuliskan sebagai penanda seperti nama-nama di dalam sumur ini.

Pandangan nanar masih berputar mengelilingi kamar, terus menyapu nama-nama hingga ke atas dan tak lagi terbaca. Ruangan ini perpaduan antara kerucut dan tabung. Mengecil ke atasnya, tapi tidak sampai meruncing. Tepat ketika saya melihat ke puncak, tangis saya pecah. ALLAH...! Lafadz itu tertulis besar di atap kubah, terlihat indah sekaligus gagah. ALLAH... terbaca sangat besar menyimbolkan kebesaran-Nya. 

Nama para korban Tsunami pada sumur Doa
Lantunan al-Qur'an masih terus terdengar. Sumur doa seolah bercerita bahwa mereka para korban kini telah berada dalam kasih sayang-Nya. Sumur doa seperti mengingatkan kita akan kembali kepada-Nya. Dalam sumur doa saya berdoa. Doa untuk para almarhum-almarhumah, juga doa untuk kita.


Wajah basah air mata, tapi sesak dada mereda. Mungkin benar, tangisan mampu membuat kita lebih lega. Saya kembali melangkah. Kali ini kejutan yang saya dapatkan sangat indah.

Jembatan menanjak yang terletak di lantai dua ini terasa tinggi karena pandangan kita dapat langsung tertuju ke lantai satu. Kolam dengan ikan-ikan yang berenang tenang, dan bola-bola batu serupa karang terlihat di situ.

Di atas titian tergantung bendera dari berbagai negara bertuliskan satu kata. Di sisi bendera Saudi Arabia saya membaca Assalam dengan huruf hijaiyah. Di samping bendera Inggris tertulis Peace, dan bendera Malaysia tercetak kata Damai. Berpuluh bendera dan tulisan berbeda yang bermakna sama. Satu kata yang sepertinya menjadi tujuan seluruh manusia dan dunia, DAMAI...!

Jembatan mengarah pada ruangan pertunjukan. Serupa bioskop yang memiliki jadwal, kami harus menunggu untuk bisa masuk. Tepat di sebelahnya, ada kamar berisi potret-potret besar seperti banner tapi lebih kokoh. Tentu saja bukti sejarah tsunami. Sebagian besarnya gambaran before and after. Foto-foto kecil berbingkai tertempel pada dinding.

Tepat jam setengah tiga, kami kembali ke ruang pertunjukan. Mirip bioskop mini berisi lima atau enam deret bangku, yang per deretnya mungkin ada sepuluh tempat. Kurang lebih kapasitas lima puluh orang.

Sebelum film dimulai, petugas berwajah asli Aceh menyampaikan aturan plus larangan selama film diputar dan tujuan agar kita bisa mengambil hikmah.

Dalam tayangan yang tak lebih dari sepuluh menit, kembali emosi kita tergugah. Tayangan demi tayangan mengingatkan lemahnya manusia. Bahkan oleh air pun kalah. Harta yang mungkin selama ini kita jaga, saat tergulung dan menimpa tak lagi ada harganya. Orang dan barang menjadi sama, sama-sama terbawa air bah.

Selain duka, ada hal indah yang terlihat dalam tayangan ini. Ketika seluruh dunia bergerak dan bertindak. Fitrah manusia memang belas kasih. Iba adalah naluri. Bantuan datang dari berbagai belahan bumi. Bahkan gajah pun dimanfaatkan untuk mengeksekusi. 

Sedihnya, kenapa nilai kasih ini menggeliat hanya ketika ada bencana hebat? Entah...


Over all, Museum Tsunami saya rekomendasikan untuk dikunjungi bila ke Aceh. Porsinya pas banget, gak menyajikan kesedihan lebay dan sarat akan hikmah. Makin mengidolakan sang arsiteknya, Bapak Ridwan Kamil. Great job euy...!

Last but not least saya menulis ini di atas batu karang, menikmati kerennya salah satu pantai di Aceh. Tak ada musik yang tepat untuk menemani catatan ini selain suara ombaknya.
Air, Api... 
Lautan, Gunung...
Juga Manusia...
Semua dasarnya indah bila tak marah. 
Semua akan jadi bencana saat murka.

Assalam, Peace, Damai...!




Penulis adalah salah satu penulis Buku Umrah Backpaker yang berkolaborasi bersama dengan mbak Butet Lubis Atau Elly Lubis. 
Tulisan ini sepenuh sudah atas persetujuan penulis untuk di muat di blog ini.  (yiihaa ada Guest Post euy hihihi)


Pantai Deudap Pulau Nasi Dalam Dekapan

$
0
0

Penumpang Kapal yang berlabuh ke Pulau Nasi dari Pelabuhan Lamteng
Angin timur bertiup kasar. Lautan yang tadinya biru, seketika berubah menjadi putih. “bakat ka raya! Yang ragu-ragu pulang!”sang pawang boat “Tuah Raseuki” berteriak ketika para penumpang masih sibuk mencari posisi duduk. Kapal penumpang dari kayu itu mulai oleng ke kiri dan ke kanan. Anehnya, tak seorangpun yang berwajah pucat. Tuah raseuki tetap berlayar. Pantang menyerah bila layar terkembang. Luar biasa perjuangan masyarakat pulo Aceh ini. Ombak meninggi pun bukan menjadi halangan mereka pulang.
 
Penumpang berdesakan dari pelabuhan Ulee Lheue hendak Ke Pulau Nasi. 
Ziyad duduk di tepi dermaga, bersanding dua dengan Bilqis adiknya. Mereka dengan sabar menanti giliran. Muka Ziyad masih awas melihat gerak gerik penumpang yang hilir mudik dihadapannya. “Yah, jadi kita ke pulo Aceh”Ia mulai tak sabar. Kala melihat semakin ramai penumpang menyesaki kapal kayu yang mulai terlihat oleng.  

Ziyad Dan Biliqis setia menunggu giliran, walaupun akhirnya batal 
“Kita berangkat besok pagi saja ya Bang” Saya terpaksa menunda keberangkatan hari itu dan mengantinya di hari selanjutnya. Di mana laut lebih tenang karena berangkat lebih pagi. Saya menempati janji. Dan akhirnya, kami mendapatkan tempat duduk dan kondisi kapal jauh lebih lega dibandingkan kapal sebelumnya.

Kapal KM Satria Baroe menjadi primadona bagi Ziyad dan Bilqis. Mereka bisa dengan leluasa menikmati perjalanan hari itu. Perjalanan laut selama satu jam setengah hanya membuatnya semakin bersemangat. Ia dan sang adik, untuk pertama kalinya mengunjungi pulau “terbuang” di sisi terbarat Indonesia. Kepulauan Pulo Aceh. Pulau breuh sebagai pulau berpenduduk terbarat Indonesia. Dan pulau nasi, sebagai sahabat penduduk pulau breuh tersebut.

Angin timur, air pasang, cuaca yang mulai memendungkan diri, menjadi kata-kata sambutan dari Pulau Nasi hari ini. Saya, Ziyad, Bilqis dan Istri, akhirnya berhasil menginjakkan kaki ke pulau Nasi. Tak ada yang istimewa dari pulau ini. Perjalanan mengarungi samudera hindia dengan boat kayu, tak ada rumah makan, tak ada penginapan, tak ada angkutan umum. Hanya beberapa warung kopi yang terdapat setiap 5 km di sepanjang sisi pantai.

Sesekali, burung perkutut yang terbang bebas bernyanyi di sepanjang sisi kanan jalan yang masih berhutan lebat. Merdu sekali. Hujan yang mulai turun gerimis, menimbulkan sensasi baru dengan sesuara dengung kodok yang bernyanyi merayu kekasih hatinya. Dan, dentuman ombak laut yang berdetum keras menjadi pelengkap alunan irama alam persembahan dari Pulau Nasi.
***** 
Tidak ada sunset sore itu. Hanya mendung yang terus menebal dan menghitam. Sisi barat dan sisi timur pulau kecil ini bernasib tak beda. Gelap. Beberapa pemuda kampong Deudap hanya menghabiskan waktu duduk bersama di warung kopi di persimpangan jalan menuju pelabuhan Desa Deudap.  Senyum simpul dan tipis terlempar ke arah Saya dan keluarga. Terkesan ramah dan santun yang luar biasa kepada para pendatang.
Taraa.. Pelabuhan Desa Deudap, Pulau Nasi
Walaupun langit mendung dan gerimis turun sesekali, rasanya sayang bila sudah jauh-jauh ke pulau untuk mencari ketenangan, hanya dihabiskan di rumah sewa saja. Iya, saya akhirnya menyewa salah satu rumah warga yang secara kebetulan, pemiliknya masih berasal dari kampong yang sama dengan saya. Di ambang sore, saya akhirnya memutuskan untuk tetap berkeliling pulau Nasi. Mengajak serta anak dan istri. Pakaian hujan, helm, topi, jaket, beres! Motor tua, saya pacu sejadi-jadinya. Jalanan naik turun, berkelok dan menukik sejadinya. Licin tak terperi, berbatu dan sedikit berpasir. Ditambah lagi hujan yang terus mengguyur perlahan, menjadikan jalanan beraspal ini layaknya papan seluncuran. Sedikit saja lalai, Bam!

Akhirnya, setelah berkeliling pulau, Saya memutuskan untuk duduk menikmati hempasan angin timur di tepi pelabuhan desa Deudap.

Sisi kanan Pelabuhan Desa Deudap Pulau Nasi
Pelabuhan penyeberangan ke Banda Aceh di Pulau Nasi ada dua pelabuhan, Pelabuhan Lamteng dan Pelabuhan Deudap. Setiap pelabuhan memberikan kesan menggoda tersendiri. Lamteng misalnya, pelabuhan ini tersembunyi di dalam teluk Lamteng. Di sisi kiri pelabuhan ditumbuhin batang bakau dengan pohon besar-besar dan akar yang mencuat dari dasar tanah. Persis seperti belati yang di tanam menghadap ke atas. Di sisi kanan, ada dua dermaga kecil yang digunakan oleh masyarakat untuk melansir penumpang dari boat kayu ataupun hasil tangkapan ikan.

Ikan-ikan bermain di sisi pelabuhan Lamteng
Sedangkan pelabuhan Deudap, pelabuhan ini juga terletak tersembunyi. Bedanya, ia tersembunyi di balik himpitan pulau. Secara geografis, desa deudap atau pelabuhan deudap berhadapan langsung dengan pulau Bunta dan Pulau Batee. Dua pulau ini, terkenal sebagai penghasil arus laut yang cukup mengerikan. Pelabuhan deudap sendiri, hanya digunakan untuk bongkar muat barang dan penumpang. Sesekali, hanya beberapa nelayan yang melansir hasil tangkapan ikannya di sini. Bentuknya memanjang, dari ujung timur sampai ke ujung barat. Tidak berteluk, sehingga membutuhkan kemampuan khusus untuk melabuhkan kapal dengan arus laut yang luar biasa.

pagi di Pelabuhan Desa Deudap Pulau Nasi

Teman terbaik sepanjang perjalanan hidup 5 tahun ini. ehem ehem :D
Pasir putih, dengan laut yang sedikit buram karena angin timur, membuyarkan minat anak-anak untuk bermain air sore itu. Mereka hanya asyik mengikuti ibundanya yang senang memilih keong. Saya sendiri, lebih tertarik mencermati sampah laut. Sesekali, ada botol minuman dari Thailand, Malaysia, dan tak jarang dalam negeri. Sampah bongkol kayu terdapat disetiap sisi pantai. Terkesan sedikit kotor. Masyarakat pulau nasi, sebenarnya sudah mengeluarkan larangan untuk tidak mengotori laut, hanya saja, mereka yang tidak doyan mengunjungi laut layiknya masyarakat kota, membuat laut mereka yang indah menjadi terbengkalai begitu saja.

Saya mencoba membayangkan, bila mentari pagi cerah merona, angin barat bertiup tenang, gradasi warna hijau toska diselingi biru muda dan sedikit hitam ketika terlihat karang di kejauhan. Ah, betapa indahnya pantai deudap ini. Di hadapan pantai ada gugusan pulau yang menghijau, beberapa nyiur terlihat melambai perlahan. Hasrat hati yang menggebu ingin sekali rasanya menjelajahi pulau tak bertuan itu. Tapi, angin timur menghalangi semua langkah hati.

touch down! they did't
Sedikit kecewa memang, ketika berlibur di pinggir pantai tapi cuaca tak bersahabat seperti ini. Di sisi lain, “Alhamdulillah hujan juga akhirnya, sayang sekali padi kami di sawah sudah hampir sebulan tidak hujan” kata Kak Ti si ibu empunya rumah sewa yang saya tinggali. Begitulah, selalu saja hujan itu membawa cerita yang berbeda. Bak pisau yang bermata dua. Menikam ke atas sekaligus ke bawah. Musibah bagi saya, tapi bagi masyarakat pulau Nasi, hujan menjadi sebuah satu bab cerita kesenangan mereka atas berkah dari langit.

coba cerah.. hiks..

Akhirnya, tekat hati berjanji untuk kembali semakin menguat, walau harus menantang angin timur atau menunggu angin barat kembali, Pulau Nasi, wait for me again!
Viewing all 268 articles
Browse latest View live