Pagi masih, keriuhan terjadi di depan Sosui Resort tempat saya menginap. Sebagian orang berusaha mendirikan tenda. Sebagian lainnya, memasang tiang dan net untuk pertandingan bola Voli Pantai. Dan, sebagian lainnya, sibuk meluruskan garis-garis yang akan menunjukkan jika lapangan bola voli akan berdiri sesaat lagi. Tak lama berselang, sebuah lapangan Voli pantai ekspres berdiri, lengkap dengan tenda dan kursi untuk para penonton.
Beberapa anak dengan papan selancar ditangannya berdiri mematung. Ikut hanyut dalam keriuhan pagi itu. Ada delapan belas tim yang tengah bersiap untuk adu smash, sedangkan sebagian para surfer dari mancanegara terlihat acuh tak acuh. Melenggang begitu saja, menjinjing papan selancar, lalu meluncur mengejar ombak yang berada di sisi timur lapangan tersebut.
sayangnya, saya lupa menanyakan namanya hehe |
“nggak biasa ada kek begini di pantai Sorake bang”, ujar seorang anak yang duduk sedari awal berdirinya tenda. Saya hanya mengangguk pelan. Berusaha mengerti ujaran yang keluar begitu saja dari mulutnya. Wajah dan kulitnya tak lagi putih seperti penduduk Nias pada umumnya.
Ia, terlalu bersahabat dengan ombak di pantai ini. matanya yang sedikit sipit, rambutnya lurus kekuning-kuningan, wajahnya yang oval, dan logat bicaranya yang begitu unik, tetap menandakan bahwa dia, memang anak Nias Selatan, putra lokal yang begitu mencintai Surfing.
Ia tak sendiri, tapi ada beberapa anak-anak lainnya yang saya taksir berumur belasan tahun, bahkan ada yang masih dibawah 10 tahun. Menenteng papan surfing bak profesional. Beradu ketangkasan dengan para surfer yang datang dari berbagai mancanegara, langsung ke Sorake, Nias Selatan, hanya untuk bermain surfing.
pertandingan Voli pantai ini masih dalam rangkaian Yaahowu Nias Festival (sumber : genpi.co/Rizki Poli) |
Yaahowu! Pekik sang pembuka acara voli pantai. entah sudah berapa kali saya terkaget-kaget dengan pekikan yang menyerupai “Horas” dalam budaya batak. Nias dan Batak adalah dua hal yang berbeda. Walaupun, masih sama-sama merupakan bagian dari Sumatra Utara, perbedaan yang mencolok terlihat dari keduanya. Rumah adat, bahasa, budaya, pakaian, sampai bentuk wajah pun beda.
Tak lama, acara voli pantai dimulai di pasir putih pantai Sorake. Sedangkan, anak-anak yang sedari tadi menonton kesibukan para pekerja membangun lapangan ekspres voli pantai, kini tengah melarungkan diri ke tengah lautan. Bermain bersama ombak. Sambut menyambut, menikung sesuka hati, mengayuhkan kaki berkejaran dengan ombak yang satu persatu membulatkan diri.
Suasana penginapan di musim sepi (?) |
“ini lagi nggak ramai bang Yud. Biasanya kalau lagi ombak tinggi, di sini akan susah kita dapatkan penginapan. Dimana-mana pasti penuh” ungkap bang Willy, guide saya selama di Pulau Nias. Pria yang mengaku lahir di Pulau Simeulue Aceh ini, akhirnya memilih menghabiskan sisa hidupnya di Nias Selatan. Tak ada lagi bahasa Aceh dari mulutnya, bahasa Simeulue pun patah-patah. Tapi, ia mengaku bangga masih bisa pulang ke Aceh beberapa waktu lalu.
Langit tak menunjukkan tanda-tanda akan cerah. Panas terik bercampur awan mendung tipis telah menemani hari-hari selama di pulau Nias. Tak sekalipun menyurutkan semangat para bocah bermain surfing. Pun begitu dengan wisatawan mancanegara.
gagal sunrise, tak apa. (sumber foto : https://www.instagram.com/yudha.pradhana) |
Ombak yang berada tepat di penginapan Sosui ini adalah ombak Right, jadi masih cukup aman dimainkan oleh para pemula. Dan yang uniknya, untuk bisa bermain ombak di Pantai Sorake, kamu tak perlu berjalan jauh sampai ke tengah laut agar bisa menjajal ombak Nias yang terkenal di dunia ini. Cukup menyusuri jalan setapak yang telah dibangun oleh pemerintah setempat, lalu lewati tumpukan karang-karang, dan, taraa... silahkan bermain ombak sepuasmu, kawan!
Ada dua pantai yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara di Pulau Nias. Pertama pantai Sorake dan satunya lagi adalah pantai Lagundri. Ketika angin timur mulai bertandang ke kawasan Nias Selatan, ombak yang ada di kedua pantai yang berdekatan ini, mampu mencapai 12 meter.
mereka beraksi! ( (sumber : genpi.co/Rizki Poli)) |
Maka, masuk akal apa yang dikatakan oleh bang Willy, jika musim surfing tiba, penginapan yang berada di sepanjang pantai Sorake, Lagundri, atau pun daerah sekitarnya akan full book. Menurut bang Willy, jika datang dan ingin melihat para pesurfing dunia, sebaiknya bookinglah kamar atau penginapan secepatnya.
Hari kian siang, saya dan tim Genpi.co harus segera bergerak. Menyusuri keindahan lainnya dari Pulau Nias ini. rangkaian acara Ya’ahowu Nias Festival yang telah berlangsung selama hampir dua hari ini, terlalu sayang untuk dilewatkan terutama, Fahombo Batu! Yups, ada 100 (seratus) pemuda Nias Selatan yang akan melakukan Fahombo Batu tanpa jeda, alias Lompat Batu Tradisional Nias.
tetap asyik walaupun menjelang mendung |
Siapa yang tak tertarik untuk menyaksikan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sempat diabadikan dalam uang kertas seribu rupiah edisi tahun 1992 ini? ah, terlalu sayang jika harus dilewati. Sudah jauh-jauh ke Nias. Walaupun badan meriang dan galau. Berkemas, kita maju jalan! Desa Bawomataluo, aku datang!