Quantcast
Channel: FROM ACEH WITH LOVE
Viewing all articles
Browse latest Browse all 268

Tips Berwisata Adventure bersama balita Di Banda Aceh

$
0
0

Pucok Krueng Raba (Arie yamani)

Orang bilang, kalau sudah berkeluarga, masih punya anak balita akan sedikit susah untuk menikmati hobi backpaker atau traveling. Saya harus mengakui, ya. Itu benar. Tapi ketika keinginan untuk menyusuri tempat-tempat baru nan eksotis terus mengganggu hati dan jiwa, maka mau tidak mau, semuanya harus bisa di jalani.

Seputaran Banda Aceh, satu persatu telah tumbuh dan berkembang destinasi wisata baru. Ada yang baru di permak, ada yang baru launching, ada yang baru di temukan. Bilang saja, krueng raba dan pucoek krueng. Yang terletak tidak jauh dari kota Banda Aceh. Sekitar 16 kilometer ke arah barat. Atau 1 kilometer dari Pantai Lhoknga. Atau, snorkeling Ke Pulau Tuan, yang letaknya hanya 5 kilometer dari mesjid raya Baiturrahman Banda Aceh. Dan masih berderet tempat wisata lainnya yang dapat melenakan perasaan mereka yang berjiwa “jalan-jalan”.

Sedari masa masih duduk bangku menengah atas, saya sudah menyukai tantangan alam. Baik itu adventure, touring, dan sekedar traveling. Motor tua edisi tahun 1969, vespa 1981 dan VW combi 1981 pernah menjadi koleksi keluarga saya. Semuanya karena saya menyukai hal-hal yang berbau sensasi jalan-jalan.

Kini, menikah, dan mempunyai dua orang anak yang masih balita. Sudah hampir 5 tahun ini, saya tidak bisa lagi menikmati hal-hal yang saya ceritakan di atas. Menikah, memiliki anak, seolah membuat saya terikat. Tak bisa lagi bebas bergerak. “Ka meu-ikat gakie” (sudah terikat kaki) begitulah ungkapan orang aceh.

Di jembatan jalan menuju gunung Semen
Hati kecil terus beronta, sesekali saya ingin pergi sendiri. Tapi, melihat uluran tangan dari anak perempuan saya, niat itu kembali saya urung.

Kenapa tidak saya angkut saja semuanya. Satu keluarga saya boyong naik motor. Bonceng berempat. Duduk erat-erat, bersama menikmati semua destinasi wisata aceh. Mulai dari yang dekat-dekat dulu. Paling tidak, niat lama kembali tersalurkan. Pun, sekalian saya mengajari anak-anak mengenai alam sejak dini. (ini cuma alasan biar ibunya anak-anak ngasih ijin :D ) 

Babak barupun mulai,  trip pertama, kami berempat, menjajaki Pucoek krueng Raba. Sebuah destinasi wisata alam yang baru-baru ini ngetrend di kalangan pecinta traveling aceh. Saya mengikat anak yang pertama dengan kain panjang. Duduk di depan dilengkapi helm kecil dan juga jaket. Anak saya yang perempuan di gendong erat oleh ibunya. Istri saya? Ya duduk manis di kursi paling belakang, yang langsung berbatasan dengan palang besi jok motor.

  1. Memulainya di Pagi hari
Saya memilih pagi hari, pertama cuaca Banda Aceh yang kala siang begitu menyengat, akan merepotkan saya ketika anak-anak kepanasan. Selain rewel, panasnya mentari siang dapat membawa efek yang tidak baik pada kesehatan anak. Kedua, jika memilih sore hari, sering membuat saya dan keluarga kekurangan waktu. Karena budaya aceh, kala magrib menjadi sebuah waktu yang sangat “sakral” yang harus di hormati. 
"Bek ba aneuk miet watee mugreb" (jangan bawa jalan anak bayi/balita waktu magrib
Sehingga, menjadi sebuah hal tabu, jikalau anak balita masih berkeliaran di luar rumah kala adzan magrib berkumandang. Pun, rata-rata jarak destinasi wisata di seputaran Banda Aceh, bisa dikatakan tidak begitu dekat. Juga tidak terlalu jauh. Akan tetapi cukup menyita waktu tempuh. Sehingga, bila memilih sore hari, bisa di pastikan kita tidak akan puas menikmati tempat wisata yang kita tuju. Kecuali, bila kita memilih di dalam kota Banda Aceh, semisal Gunongan, PLTD Apung, dan Masjid Raya.

    2. Menentukan Tempat yang cocok

Pintu masuk Pucoek Krueng
Ada banyak tempat wisata yang masih tergolong ramah dan bisa untuk bawa keluarga. Walaupun itu tempat wisata baru di Banda Aceh,semisal Air terjun Kuta Malaka, Ujung Kelindu di Aceh Besar, Pucoek Krueng Raba, situs Kapal KPLP Malahayati di Banda Aceh, dan lainnya. Saya sendiri, memilih Pucoek Krueng Raba. Walaupun tempatnya cukup jauh, tapi tempat tersebut masih mendukung untuk membawa keluarga dan anak Balita. Memang, jalan dari pantai lhoknga sampai ke pucoek krueng masih tergolong rusak. Tapi masih bisa di kenderai oleh kenderaan bermotor, bahkan ada yang membawa kenderaan roda 4 sampai ke ujung jalan. Pun, kondisi tempat wisata tersebut begitu tenang dan sejuk. Karena masih banyaknya pepohonan rindang yang hidup mengelilingi tempat wisata tersebut.(ya iyalah, orang ke gunung kok)


  3.  Cari yang murah meriah dan Aman

Sudah bisa di pastikan, bila membawa keluarga, dana yang dikeluarkan juga sedikit ekstra dibandingkan ketika saya travelling sendirian. Cukup banyak pilihan tempat berwisata yang murah meriah, di seputaran Banda Aceh. Tapi, murah dan meriah saja tidak cukup. Harus aman! Ini yang paling penting.  Karena, membawa anak balita itu bukan seperti bawa anak yang sudah masuk jenjang Sekolah dasar. Mereka masih begitu riskan. Bilang saja, anak saya yang bontot, masih berusia 1,5 tahun. Begitu turun dari motor, langsung ngacir. Walaupun masih tertatih, dia bisa hilang dalam sekejap. Bukan sekali dua kali, istri saya tiba-tiba di teriaki oleh para pengunjung lain di beberapa tempat wisata. Hanya karena si gadis saya ini tiba-tiba sudah kepinggir sungai, atau kepinggir laut, atau kepinggir jalan raya. Ya begitulah, murah saja tidak cukup. Tapi juga harus aman!

  4.  Logistik dan P3K

Bawa balita, tapi tak bawa perlengkapan mereka? Inilah yang di sebut salah satu bentuk kiamat kecil! Bayangkan kalau mereka tiba-tiba jatuh dan terluka. Walaupun cuma lecet kecil, mereka akan menangis sejadi-jadinya. Obat-obat yang mereka pakai sehari-hari menjadi hal yang wajib yang harus kita persiapkan. Popok, kantong plastik kecil, baju ganti, makanan ringan, dan air. Tapi ingat, tidak perlu bawa sampai dua tas ransel. Tapi bawa saja secukupnya. Seperlunya, tergantung sejauh mana dan jenis destinasi seperti apa tempat yang akan kita tuju nantinya. Ketika ke pucok krueng, saya hanya membawa 4 lembar popok, masing-masing 2. Dua pasang baju ganti, satu botol air mineral, dan beberapa snack. Selebihnya? Yaaa kameralah.. hihi




   5. Safety Riding

Terkadang, karena terkesan pergi sedikit jauh, para pria akan memacu kenderaan dengan sedikit kencang. Begitupun saya. Melihat jalanan Banda Aceh di pagi minggu sedikit sepi, langsung tancap gas. Padahal, anak saya yang tua duduk di bagian depan. Akhirnya, melihat tingkahnya yang sudah tidak nyaman lagi karena dia sedikit ketakutan, saya memacu motor seperlunya saja. Tidak terlalu pelan, karena itu bisa membuat anak-anak pegal duduk terlalu lama di motor. Tidak juga terlalu kencang. Kenapa? Bukankah di atas orang gila ada orang gila lainnya? Bila anda sudah gila, maka paculah kenderaan anda sesuka hati. Bisa saya pastikan kalau akhirnya akan ada orang gila lainnya yang memacu kenderaan lebih kencang dari anda. Akhirnya? Kecelakaan pun tidak terhindarkan. Lagi-lagi, anak balita yang menjadi korbannya. Hanya karena ayahnya kumatgila. Kasihan, bukan?

Bila semuanya sudah siap, jangan lupa berdoa. Maka traveling mengelilingi tempat eksotis di Banda Aceh dan sekitarnya bersama keluarga dan anak balita, bukan lagi menjadi suatau halangan. Indahnya panorama alam, tempat-tempat sejarah, serta situs-situs tsunami yang masih tersembunyi, tetap bisa di nikmati walaupun membawa balita dan keluarga.

si kecil di pucok krueng Raba
Jadi? Tunggu apalagi? Traveling ke Banda Aceh dan sekitarnya sekarang! Bawa anak dan istri, karena mereka bukanlah halangan untuk menikmati indahnya panorama alam aceh! Udah… jangan bikin alasan!  Baru punya anak dua saja sudah bikin alasan, ini ada yang 11 anak semuanya bisa di ajak keliling dunia!










Banda Aceh, 28/03/15 
YR

Viewing all articles
Browse latest Browse all 268